Sukses

Presiden Ukraina Titip Pesan Perdamaian ke Mahasiswa Jepang

Pesan perdamaian dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke mahasiswa Jepang.

Liputan6.com, Tokyo - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara secara virtual di Universitas Toyo yang berlokasi di Tokyo, Jepang. Ia menitipkan pesan damai kepada para mahasiswa pada acara yang digelar Senin (4/7). 

"Terserah kita untuk memutuskan apakah dunia akan menjaga aturan hukum atau harus berurusan dengan ancaman-ancaman dari seorang diktator dengan senjata nuklir," ujar Presiden Zelensky, dikutip Kyodo, Selasa (5/7/2022).

Ia pun menambahkan bahwa Rusia telah membuat perdamaian menjadi "kenangan" karena terus-terusan bersikap agresif sejak mencaplok Krimea di tahun 2014.

Ketika ditanya oleh mahasiswa tentang sumber kekuatan dari Presiden Zelensky, ia menjawab memiliki semua kekuatan yang ia butuhkan untuk bekerja keras. Ia pun berharap jalan dialog bisa menjadi kunci di masa depan.

"Saya dengan tulus berharap bahwa di masa depan kamu hanya akan menggunakan kekuatan komunikasi," jelas Presiden Volodymyr Zelensky.

Universitas Toyo telah menandatangani persetujuan dengan tiga universitas di Kyiv untuk menerima mahasiswa-mahasiswa yang terkena dampak invasi Rusia ke Ukraina. Menurut pihak universitas, Presiden Zelensky sendiri yang ingin menyampaikan pesan ke para mahasiswa.

Posisi Jepang adalah mendukung Ukraina. Jepang telah mengirim bantuan-bantuan kemanusiaan kepada Ukraina sejak invasi dimulai, serta membuka pintu bagi pengungsi dari Ukraina. 

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida juga mengunjungi NATO summit pada akhir Juni 2022 lalu. Ini adalah pertama kalinya pemimpin Jepang menghadiri pertemuan tersebut, meski Jepang bukan anggota NATO.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rusia Caplok Kota Lysychansk dari Ukraina

Pemerintah Rusia masih terus merebut wilayah-wilayah Ukraina. Setelah Mariupol, kini kota Lysychansk dikonfirmasi jatuh ke tangan Rusia. 

"Setelah pertempuran berat untuk Lysychansk, pasukan pertahanan pertahanan Ukraina terpaksa mundur dari posisi dan garis yang mereka duduki," ujar pihak militer Ukraina, dikutip BBC, Senin (4/7/2022). 

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu telah lebih dahulu berkata telah merebut Lysychansk dan merebut seluruh daerah Luhansk. 

Pihak militer Ukraina berkata keputusan mundur adalah demi keselamatan warga. Rusia disebut lebih unggul dalam hal persenjataan.

"Untuk menjaga nyawa para pembela Ukraina, keputusan dibuat untuk mundur," jelas pihak militer. 

Pemimpin Republik Chechen, Ramzan Kadyrov, telah merilis video yang menunjukan petarun Chechen di pusat kota Lysychansk.

Di tempat lain, kota Slovyansk juga diserang oleh Rusia, dan mengakibatkan kematian setidaknya enam orang. Pulau Zmiinya juga dibom pada akhir pekan lalu. Beberapa hari sebelumnya, Severodonetsk juga luluh antak akibat serangan Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berjanji pasukan Ukraina akan kembali ke Lysychansk karena penambahan senjata-senjata modern yang mereka dapatkan.

 

3 dari 4 halaman

Aktivis Muda Harap Jokowi Dapat Nobel Perdamaian

Di dalam negeri, kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia-Ukraina dianggap sukses. Presiden Jokowi dianggap pantas mendapat Nobel Perdamaian. 

"Tentu harus kita dukung dan kita apresiasi, tentu saja berharap supaya tidak hanya wacana. Pak Jokowi dapat diberikan Nobel Perdamaian atas apa yang telah beliau lakukan," ujar Aktivis Kepemudaan Nasional, Chrisman Damanik, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (3/7).

Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) periode 2015-2017 ini mengakui kerja nyata Jokowi begitu terlihat dan dapat dirasakan oleh masyarakat dunia.

Menurut dia, Jokowi benar-benar membawa pesan perdamaian dari dalam hati. Sikap Jokowi mengunjungi Rusia dan Ukraina tidak didasari oleh kepentingan apapun, melainkan tulus untuk mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan kebaikan sesama.

"Presiden Jokowi juga telah membawa Indonesia ke mata dunia global yang menunjukkan Indonesia sangat menginginkan perdamaian di atas dunia," tutur Chrisman.

Lebih dari itu, dia menilai langkah Jokowi untuk menciptakan perdamaian dunia ini merupakan bentuk perwujudan mengamalkan amanat konstitusi yang begitu dipegang teguh bangsa Indonesia, yakni UUD 1945.

"Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia untuk bertemu dengan kedua presiden tersebut harus kita apresiasi karena melaksanakan amanat dalam pembukaan UUD 1945," kata Chrisman menandaskan.

4 dari 4 halaman

LSI Sebut Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia Dinilai untuk Cegah Krisis Ekonomi

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan menilai adanya motif lain dalam perhelatan Presiden Joko Widodo atau Jokowi ke Rusia dan Ukraina pada beberapa hari lalu.

Menurut dia, Jokowi yang diterima langsung oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy serta Presiden Rusia Vladimir Putin punya motif lain bukan sekedar perdamaian. Tetapi jadi tanda upaya langkah antisipasi bilamana krisis ekonomi terjadi. 

"Saya kira ini bisa disebut jaga-jaga, kalau jadi krisis ekonomi presiden sudah setidaknya menunjukkan pernah upaya serius yang ditunjukkan pemerintah," kata Djayadi saat diskusi politik bersama Total Politik di Jakarta Selatan, Minggu (3/7).

Dia menilai, imbas perang dua negara tersebut bisa saja menimbulkan krisis ekonomi, akibat dilakukannya embargo negara-negara Eropa pada Rusia.

Tak hanya itu, perjalanan Jokowi terutama ke Rusia dan Ukraina juga dinilai sebagai bentuk komunikasi publik pemerintah kepada masyarakat bahwa saat ini sebagian besar negara sedang menghadapi masa sulit.

Terlebih, akibat pandemi Covid-19 menjadi salah satu penyebab dari kesulitan tersebut yang kian diperparah dengan perang yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

"Tapi akibat adanya perang itu, kita menghadapi masalah lebih besar. Kalau anda bandingin, diesel, premium, di outlet luar negeri kan sudah 20 ribuan, di pertamina masih 13 ribuan. Artinya yang paling mahal pun disubsidi," jelas Djayadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.