Sukses

Presiden Ukraina Diundang ke G20, Menlu Rusia: Tidak Peduli

Menlu Rusia Sergey Lavrov mengaku tak peduli keputusan diundangnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke G20 Bali.

Liputan6.com, Moskow - Pihak Rusia mengaku tidak peduli terhadap keputusan pemerintah Indonesia yangmengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke acara G20 di Bali. Meski begitu, Rusia memberikan sindiran bahwa pihak Ukraina akan mengirimkan pesan bercucuran air mata.

"Zelensky adalah bagian tak terpisahkan dari tiap perkumpulan sekarang," ujar Menteri Rusia Sergey Lavrov, dilansir media pemerintah Rusia, TASS, Rabu (29/6/2022).

Menlu Lavrov berkata Presiden Volodymyr Zelensky senang mengirimkan pesan-pesan emosional senanti menunggu instruksi dari Amerika Serikat. Selamat ini, Rusia menuding Presiden Zelensky dikendalikan oleh Barat saat melawan invasi Rusia. 

"Sepertinya, saat menunggu instruksi dari Washington, ia (Zelensky) senang untuk mengirimkan pidato-pidato berlinang air mata dalam format apapun," ujar Lavrov. 

"Rusia tidak peduli," ia melanjutkan. 

Namun, Menlu Lavrov mengaku menghormati keputusan pemerintah Indonesia yang memberikan undangan ke pemimpin Ukraina untuk hadir di Bali. 

Sebelumnya, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva juga berkata tidak ambil pusing jika pihak Ukraina diundang.

Komentar Menlu Lavrov in dibuat ketika Presiden Jokowi sedang ke Eropa dalam rangka menemui Presiden Zelensky dan Presiden Vladimir Putin. 

Pakar international political economy dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Riza Noer Arfani, menyebut Presiden Jokowi dapat mencari celah untuk mendamaikan kedua negara dalam kunjungannya. Riza juga berharap kunjungan Jokowi bisa meredam dampak ekonomi yang dipicu konflik antara kedua negara.

"Kita sangat berurusan karena kita sedang pegang Presidensi G20. Dan kita menggunakan tagline Recover Togerther, Recover Stronger. Jadi itu yang paling urgent dipastikan Pak Jokowi bahwa perang ini, kita tahu berlarut-larut, agar nanti dampaknya ke pemulihan ekonomi tidak terlalu signifikan," ujar Riza kepada Liputan6.com, Jumat (24/6).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jokowi Berangkat ke Ukraina dengan Kereta Api dari Polandia Lizsa EgehamLizsa Egeham 28 Jun 2022, 19:34 WIB

Sebelumnya dilaporkan, Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan melanjutkan rangkaian kunjungan kerja ke Polandia, Selasa (28/6). Jokowi akan berangkat ke Ukraina dengan menggunakan moda transportasi kereta api, melalui Polandia pada Selasa malam nanti.

Berdasarkan siaran pers Sekretariat Presiden, Jokowi dan Ibu Negara Iriana beserta delegasi tiba di Bandar Udara Internasional Rzeszow-Jasionka, Polandia sekitar pukul 11.50 waktu setempat.\

Cuaca cerah menyambut kedatangan Jokowi dan rombongan di kota Rzeszow yang berjarak sekitar 80 kilometer dari perbatasan Ukraina.

Tampak di tangga pesawat, Jokowi dan Ibu Iriana disambut Wakil Gubernur Provinsi Rzeszow, Rodoslaw Wiatr, Duta Besar RI untuk Polandia Anita Luhulima, dan Atase Pertahanan RI Kolonel Adi Triadi beserta istri.

Dari Bandara, Jokowi dan rombongan kemudian akan menuju hotel tempat transit. Selanjutnya, dia akan menggunakan kereta api selama kurang lebih 12 jam untuk mencapai ibukota Ukraina, Kiev pada malam hari nanti.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Jokowi akan ke Ukraina melalui Polandia. Retno mengaku masih terus menjalin komunikasi intensif dengan berbagai pihak dalam rangka kunjungan Presiden ke Ukraina dan Rusia.

"Presiden akan meneruskan perjalanan ke Ukraina melalui Polandia. Saya juga melakukan komunikasi intensif dengan berbagai pihak dalam rangka kunjungan Bapak Presiden ke Ukraina dan ke Rusia. Tentunya komunikasi ini terus kita lakukan dengan Ukraina dan Rusia sendiri," kata Retno di Munich Jerman, Senin, 27 Juni 2022.

3 dari 4 halaman

Agenda Jokowi

Pengaturan agenda kunjungan Jokowi dan Iriana beserta rombongan terbatas ke Ukraina tentunya sudah dipersiapkan sangat matang. Namun, tentu saja pengaturan tersebut bersifat fleksibel menyesuaikan setiap dinamika kondisi di lapangan.

Sebelumnya, Jokowi dan rombongan akan berangkat ke Ukraina untuk menemui presiden negara itu yakni Volodymyr Zelenskyy. Di sana, ia akan mengajak Zelenskyy untuk membuka ruang dialog dalam rangka perdamaian.

"Akan bertemu dengan Presiden Zelensky misinya adalah mengajak presiden Ukraina untuk membuka ruang dialog, dalam rangka perdamaian untuk membangun perdamaian. Karena perang memang harus dihentikan dan juga yang berkaitan dengan rantai pasok pangan harus diaktifkan kembali," ujar Jokowi, Minggu 26 Juni 2022.

Setelah dari Ukraina, Jokowi akan lanjut melakukan kunker ke negara lain yaitu Rusia. Nantinya, ia akan menemui Presiden Vladimir Putin dengan misi yang sama dibawanya ke negara sebelumnya.

"Dari Ukraina saya akan menuju ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin, sekali lagi dengan misi yang sama. Saya akan mengajak Presiden Putin untuk membuka ruang dialog dan sesegera mungkin untuk melakukan gencatan senjata dan menghentikan perang," jelasnya.

4 dari 4 halaman

Dino Patti Djalal Ungkap Saran dan Konsep Perdamaian

Presiden Joko Widodo (Jokowi) diagendakan ke Rusia dan Ukraina pada Juni ini, meski kedua negara masih dalam kondisi perang. Upaya tersebut menjadi sorotan tak hanya di dalam negeri tapi juga luar negeri.

Jadwal pasti Jokowi ke Rusia diketahui dari media Negeri Beruang Merah akan berlangsung pada 30 Juni, sementara lawatannya ke Ukraina belum dapat dipastikan. Bisa sebelum atau sesudahnya. 

Merespons upaya Presiden Jokowi tersebut, Ppengamat sekaligus pendiri FPCI Dino Patti Djalal mengatakan bahwa harus ada misi yang jelas.

"Pertama misi dari kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia dan Ukraina ini harus jelas, apakah ini suatu kunjungan bilateral biasa atau suatu kunjungan dalam rangka G20, atau suatu kunjungan yang membawa misi perdamaian," katanya kepada Liputan6.com melalui video singkat beberapa waktu lalu.

"Kalau hanya kunjungan bilateral saja, rasanya kurang pas karena ini suatu situasi yang sangat luar biasa, yaitu perang di Ukraina yang sangat besar, dan tidak wajar untuk melakukan kunjungan bilateral rutin dalam suasana seperti ini," imbuh mantan Dubes Indonesia untuk AS tersebut.

Kalau dalam konteks G20, menurut Dino tak perlu presiden Indonesia yang datang langsung menyampaikan undangan.

"Untuk urusan mengundang Presiden Putin untuk hadir ke KTT G20 di Bali saja, tentunya presiden tidak perlu secara fisik jauh-jauh terbang ke Moskow untuk menyampaikan undangan tersebut. Bisa disampaikan melalui duta besar.," jelasnya.

"Yang paling pasti adalah kunjungan ini suatu kunjungan misi perdamaian Indonesia untuk membantu mengakhiri konflik Rusia dan Ukraina yang sekarang telah membuahkan perang besar," tuturnya.

Jika kunjungan Presiden Jokowi terealisasi, maka ia akan menjadi pemimpin Asia pertama yang mengunjungi Rusia dan Ukraina di tengah konflik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.