Sukses

Joe Biden Tandatangani UU Keamanan Senjata di Amerika Serikat

Undang-undang, yang ditandatangani pada Sabtu pagi, mulai berlaku sebulan setelah seorang pria bersenjata masuk ke sebuah sekolah dasar di Uvalde, Texas.

Liputan6.com, Washington D.C - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menandatangani undang-undang yang digambarkan sebagai UU keamanan senjata karena penembakan terus memakan korban di negara itu.

Undang-undang, yang ditandatangani pada Sabtu pagi, mulai berlaku sebulan setelah seorang pria bersenjata masuk ke sebuah sekolah dasar di Uvalde, Texas.

Insiden itu menewaskan 19 anak dan dua guru yang telah memicu demonstrasi nasional menentang kekerasan senjata dan kelambanan politik, demikian dikutip dari laman Xinhua, Minggu (26/6/2022).

Ada lebih dari 21.000 kematian akibat kekerasan senjata dan 281 penembakan massal di seluruh Amerika Serikat sepanjang tahun ini, menurut data terbaru dari Arsip Kekerasan Senjata.

"Saya tahu masih banyak yang harus dilakukan," kata Biden dari Gedung Putih sebelum berangkat ke Eropa.

RUU tersebut meningkatkan pemeriksaan latar belakang untuk pembeli senjata berusia 18-21, sehingga mendapatkan senjata api melalui perdagangan ilegal sebagai pelanggaran federal dan menjelaskan definisi dari dealer senjata api berlisensi federal.

Dua hari sebelumnya, Mahkamah Agung AS membatalkan undang-undang negara bagian New York yang menempatkan pembatasan membawa pistol tersembunyi di luar rumah, yang kemungkinan akan memperumit upaya untuk mengekang kekerasan senjata.

"Saya sangat kecewa dengan keputusan Mahkamah Agung," kata Joe Biden dalam sebuah pernyataan, Kamis.

"Keputusan ini bertentangan dengan akal sehat dan Konstitusi, dan seharusnya sangat menyusahkan kita semua."

Senjata sudah mendarah daging dalam masyarakat AS dan perdebatan politik dan sosial bangsa.

Amerika Serikat memiliki lebih banyak senjata daripada negara lain mana pun di dunia -- dan jumlah itu terus bertambah, terutama karena konstitusinya yang melindungi hak untuk menyimpan dan memanggul senjata dan melobi dari kelompok hak senjata.

Pemilik senjata Amerika memiliki 393,3 juta senjata, atau 120 senjata api per 100 warga negara, menurut laporan tahun 2018 oleh Small Arms Survey, sebuah organisasi yang berbasis di Jenewa.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penembakan di Texas

Korban penembakan di Robb Elementary School di San Antonio, negara bagian Texas, terus bertambah. Berdasarkan informasi terkini, korban penembakan sekolah itu tembus 20 orang. 

Insiden penembakan terjadi pada Selasa (24/5) waktu setempat. Mayoritas korban adalah anak-anak. Guru juga ada yang tewas. 

Berdasarkan laporan AP News, Rabu (25/5/2022), ada 21 orang yang dilaporkan tewas akibat insiden tersebut. Ada 18 anak yang kehilangan nyawa.  

Guru yang tewas adalah Eva Mireles yang mengajar kelas 4 SD. 

ABC News menyebut pelaku juga menembak neneknya sebelum datang ke sekolah. Korban adalah anak kelas 3 dan 4 SD.

Kasus penembakan ini lebih parah ketimbang tragedi penembakan sekolah SMA Columbine (1999) dan SMA Stoneman Douglas (2018). 

Jumlah kematian di penembakan Texas itu diperkirakan masih terus bertambah. 

Hingga kini, kasus penembakan sekolah terparah di AS terjadi di SD Sandy Hook di negara bagian Connecticut. Pelaku bernama Adam Lanza yang berusia 20 tahun menewaskan 27 orang.

Adam Lanza disebut mengidap sejumlah masalah psikologis. Setelah melakukan aksi kejinya pada anak-anak, ia bunuh diri dengan tembakan di kepala.

3 dari 4 halaman

Laporan Sebelumnya

Sebelumnya dilaporkan, penembakan massal sekolah di Amerika Serikat (AS) terjadi lagi. Lokasi penembakan sekolah itu adalah Robb Elementary School di Uvade, San Antonio, negara bagian Texas. Ada 14 murid yang dilaporkan tewas dan satu orang korban lain adalah guru. Insiden terjadi pada Selasa (24/5) waktu setempat.

Dilaporkan AP News, Rabu (25/5), Gubernur Texas Gregg Abbot berkata pelaku adalah remaja berusia 18 tahun. Ini merupakan insiden paling parah dalam sejarah Texas.

Penembak itu bernama Salvador Ramos yang berasal dari komunitas masyarakat Latino yang berjarak 135 kilometer jauhnya dari kota San Antonio. Belum diketahui apa motif dari pelaku.

Gubernur Texas berkata pelaku menembak para murid dan guru. Dua aparat juga dilaporkan terluka, namun diperkirakan akan selamat.

Pelaku diduga ditewaskan oleh aparat, namun investigasi lebih lanjut masih diperlukan. Senjata yang dipakai pelaku diduga adalah rifle.

Wali Kota San Antonio Ron Nirenberg telah mengirimkan duka cita.

Anggota FBI telah datang ke gedung sekolah dan para polisi juga masih berjaga di sekitar TKP. Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre menyebut Presiden AS Joe Biden telah diberitahu mengenai insiden ini. Rencananya, Presiden Biden akan segera mengirimkan pernyataan. di Gedung Putih.

4 dari 4 halaman

4 Orang Tewas di RS Oklahoma

Penembakan massal kembali terjadi di Amerika Serikat, kali ini lokasinya adalah area St. Francis Hospital di Tusla, negara bagian Oklahoma.

Dilaporkan CNN, Kamis (2/6/2022), insiden itu terjadi pada Rabu petang waktu setempat. Pelaku penembakan juga tewas.

Aparat dikirim ketika ada laporan penembakan di gedung para dokter sekitar jam 16:52 sore waktu setempat. Sekitar 10 menit kemudian, aparat berhasil mencapai TKP.

Ketika tiba, aparat masih mendengar suara tembakan, sehingga mereka menuju sumber penembakan itu di lantai dua gedung.

"Kejadiannya cukup terbatas di satu seksi di lantai tersebut, di lantai kedua," ujar Eric Dalgleish, Kepada Deputi Departemen Polisi Tulsa.

Pelaku memiliki satu rifle dan satu handgun. Polisi menyebut pelaku tewas karena luka terhadap diri sendiri.

Evakuasi dilakukan kepada ratusan orang. Identitas penembak masih belum diungkap ke publik.

Salah satu pengunjung rumah sakit bernama Debra Proctor mengaku shock atas kejadian ini. Proctor datang karena ada janji dengan dokter. 

"Polisi ada di mana-mana di tempat parkier, di blok-blok sekitar," ujar Proctor. "Mereka masih berdatangan ketika saya pulang."

Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah mendapatkan briefing terkait kasus ini. Sebelumnya, Presiden Biden sempat mengecam pelobi senjata api setelah kejadian penembakan di sebuah SD di Texas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.