Sukses

Insinyur Palestina Ditusuk di Jantung, Polisi Israel Kejar Pelaku

Sudah ada satu orang yang ditangkap, namun ia bukan yang menusuk, melainkan rekan pelaku utama yang menusuk seorang insinyur Palestina.

Liputan6.com, Tepi Barat - Polisi Israel menangkap seseorang terkait insiden penusukan seorang insinyur muda Palestina bernama Ali Hassan Harb yang masih berusia 27 tahun. Pihak keluarga berkata Ali ditusuk tanpa sebab.

Pria yang ditangkap bukanlah pelaku utama, melainkan rekan dari pelaku. Pihak pengacara berkata ada penyerangan yang terjadi sehingga berujung penusukan.

Berdasarkan laporan The Times of Israel, Kamis (23/6/2022), insiden penusukan itu terjadi di Tepi Barat pada hari Selasa kemarin (21/6). Orang yang ditangkap adalah pemukim berusia 40 tahunan.

Para saksi mata dari Palestina berkata Ali ditusuk di bagian jantung oleh pemukim tersebut pada Selasa siang. 

Ketika itu posisi Ali berada di perbatasan kota Iskaka yang merupakan tempat tinggalnya. Ia bertemu sekelompok warga Israel yang datang membawa material-material yang diduga untuk membangun sebuah outpost ilegal.

Pengacara pria yang ditangkap menyebut kliennya diserang oleh lusinan orang Palestina. 

"Ini adalah kejadian saat para orang Yahudi secara ajaib diselamatkan. Ini adalah insiden mengerikan orang Arab menyerang orang Yahudi," ujar pengacara Adi Kedar yang bekerja di organisasi bantuan hukum sayap kanan: Honenu.

Biasanya, Honenu membantu orang Yahudi yang dituduh melakukan kejahatan kebencian.

Polisi Israel masih belum mengetahui identitas penusuk. Selain itu, polisi menolak membocorkan informasi karena masih tahap investigasi.

Kasus ini juga diinvestigasi oleh Shin Bet dan Uni Kejahatan Nasional di Kepolisian Israel di Divisi Judea dan Samaria yang sering melakukan investigasi pada kekerasan ekstremis Yahudi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hilltop Youth

Ayah dari korban, Hassan, berkata meminta putranya untuk membantu menghentikan pemukim Israel yang ingin mendirikan outpost ilegal.

"Saya memberitahu keluarga saya, termasuk Ali, dan mereka berangkat untuk mencoba menghentikan hal tersebut," ujar Hassan.

Seorang saudara yang menjadi saksi mati berkata Ali ditusuk tanpa sebab.

"Ia (pelaku) menusuk Ali tanpa sebab. Ali hanya datang untuk memberi tahu mereka untuk menyingkir dari tanahnya," ujar Ramzi Harb yang merupakan saudara Ali.

Turut disebut bahwa mayoritas warga Israel yang datang merupakan remaja muda yang tampil seperti Hilltop Youth. Kelompok Hilltop Youth adalah kelompok pemuda religius radikal.

Ada empat orang dewasa yang ikut datang, termasuk si penusuk.

Pada sebuah video di TKP, salah satu remaja Israel disebut membawa sekop. Saudara Ali yang lain berkata sekop itu menjadi bukti bahwa mereka ingin memeriksa lahan.

"Tidak ada orang yang hiking dengan sekop. Mereka ke sini untuk memeriksa lahan untuk melihat apakah mereka bisa membangun sebuah outpost," ujar sepupu Ali bernama Ahmad Harb (24).

Para rombongan orang Israel itu kemudian melarikan diri ketika lebih banyak warga Palestina yang mendatangi TKP. Pemakaman Ali pun dihadiri para simpatisan.

3 dari 4 halaman

Laporan Komisi Penyelidikan PBB: Israel Tak Cukup Hanya Mengakhiri Aneksasi Palestina

Sebelumnya dilaporkan, komisi penyelidikan independen yang dibentuk Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB setelah perang Gaza 2021, meminta Israel harus melakukan lebih dari sekadar mengakhiri pendudukan atau aneksasi di tanah yang diinginkan warga Palestina untuk membentuk negara.

Pernyataan itu disampaikan komisi penyelidikan independen Dewan HAM PBB dalam sebuah laporan yang dirilis pada Selasa 7 Juni.

Kementerian luar negeri Israel menyebut laporan itu "membuang-buang uang dan usaha" yang sama dengan sebuah upaya perburuan penyihir. Israel memboikot penyelidikan Dewan HAM PBB itu dan menuduhnya bias serta melarang para penyelidik masuk.

Munculnya mandat penyelidikan PBB itu dipicu konflik 11 hari yang terjadi pada Mei 2021 di mana 250 warga Palestina di Gaza dan 13 orang di Israel tewas. Mandat penyelidikan tersebut mencakup dugaan pelanggaran hak asasi manusia sebelum dan sesudah konflik itu dan berusaha untuk menyelidiki "akar penyebab" ketegangan.

Laporan komisi penyelidikan PBB itu mengutip bukti yang mengatakan Israel "tidak berniat mengakhiri pendudukan" dan mengejar "kendali penuh" atas apa yang disebut Israel sebagai Wilayah Pendudukan Palestina, termasuk Yerusalem Timur, yang diambil  Israel dalam perang 1967.

"Mengakhiri pendudukan saja tidak akan cukup," kata laporan itu dan mendesak tindakan tambahan Israel untuk memastikan pemastian hak asasi manusia yang setara.

4 dari 4 halaman

Diskriminasi Hukum Israel

Mengutip undang-undang Israel yang menolak naturalisasi bagi orang Palestina yang menikah dengan orang Israel, laporan PBB menyatakan Israel memberikan "status sipil, hak, dan perlindungan hukum yang berbeda" untuk orang-orang minoritas Arab.

Israel mengatakan, langkah-langkah tersebut untuk menjaga keamanan nasional dan karakter Yahudi negara itu. Kementerian Israel menambahkan: "Ini adalah laporan yang bias dan sepihak yang dinodai dengan kebencian terhadap Negara Israel dan berdasarkan serangkaian panjang laporan sepihak dan bias sebelumnya."

Israel menarik diri dari Gaza pada 2005. Namun, dengan bantuan Mesir, Israel menekan daerah kantong perbatasan yang sekarang dikuasai oleh kelompok Hamas.

Otoritas Palestina memiliki pemerintahan sendiri yang terbatas di wilayah Tepi Barat, yang dipenuhi dengan pemukiman Israel.

Hamas, yang bersumpah untuk menghancurkan Israel, memulai perang Mei 2021 dengan serangan roket menyusul gerakan untuk mengusir keluarga Palestina di Yerusalem Timur. Perang itu juga sebagai pembalasan atas peristiwa bentrokan polisi Israel dengan warga Palestina di dekat Masjid al-Aqsa, situs tersuci ketiga umat Islam.

Pertempuran Gaza disertai dengan kekerasan di jalanan yang jarang terjadi di Israel antara warga Yahudi dan Arab.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.