Sukses

Sempat Dilarang karena COVID-19, Pelajar di Jepang Kembali Diizinkan Ngobrol saat Makan Siang

Para pelajar di Jepang sempat mengalami aturan yang melarang mereka berbicara ketika jam makan siang demi mencegah penyebaran COVID-19.

Liputan6.com, Tokyo - Setelah dua tahun harus makan dalam keheningan tanpa suara, anak-anak di Jepang telah diizinkan untuk mengobrol dengan teman sekelas mereka saat makan siang, karena kasus COVID-19 di negara itu terus menurun.

Selama pandemi, ruang kelas sekolah dasar dan menengah bergema dengan suara peralatan makan yang bertemu dengan berbagai macam suara lainnya, tetapi para siswa kemudian diminta untuk hening sebagai bagian dari upaya untuk mencegah penyebaran virus. Demikian seperti dikutip dari laman The Guardian, Jumat (17/6/2022). 

Di banyak sekolah, anak-anak telah diberitahu untuk tidak makan sambil saling berhadapan dan menahan diri untuk tidak berbicara dengan teman sekelas mereka. Sebaliknya, mereka harus menjalani mokushoku – atau makan dalam diam.

Tetapi dengan kasus Covid-19 yang turun di seluruh negeri, beberapa sekolah telah meninggalkan aturan tersebut, di tengah kekhawatiran bahwa itu mempengaruhi perkembangan sosial dan pendidikan anak-anak berusia enam tahun.

Dewan pendidikan di Fukuoka di Jepang barat mengatakan pihaknya mencabut larangan percakapan makan siang di sekolah dasar dan menengah – di mana anak- anak makan bersama di ruang kelas mereka – asalkan siswa berbicara dengan tenang.

Namun, meja mereka akan tetap menghadap ke depan kelas, dan mereka harus mengenakan topeng saat bergabung dalam paduan suara komunal “ Itadakimasu ” – ungkapan selamat makan yang banyak digunakan sebelum makan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berbagai Reaksi

Langkah tersebut disambut baik oleh para guru di kota tersebut. 

“Makan tanpa suara sudah berlangsung lama sekarang,” Kenji Tanaka, seorang kepala sekolah dasar, mengatakan kepada Mainichi Shimbun. 

“Saya berharap jam makan siang sekolah yang menyenangkan akan segera kembali.”

Namun, orang tua berpendapat berbeda-beda. Sementara beberapa senang anak-anak mereka sekarang dapat berinteraksi secara normal dengan teman-teman mereka, yang lain mengatakan pencabutan larangan itu terlalu dini.

“Anak saya sudah terbiasa makan dalam diam, dan saya yakin dia tidak merasa kesepian karena dia bersama keluarganya ketika dia pulang,” kata seorang ibu. 

"Saya khawatir tentang kemungkinan infeksi, jadi saya berharap mereka akan terus makan tanpa berbicara."

3 dari 3 halaman

Pelonggaran Aturan

Tetapi prefektur lain juga melonggarkan aturan mereka. 

Miyazaki mengakhiri aturan makan siang yang hening awal bulan ini, sementara sekolah-sekolah di Chiba, dekat Tokyo, telah membuat kompromi yang memungkinkan anak-anak untuk saling berhadapan tetapi makan tanpa berbicara.

Tekanan untuk memperkenalkan kemiripan normalitas di sekolah-sekolah telah meningkat sejak pemerintah mencabut langkah-langkah virus "semu darurat" untuk populasi umum pada bulan Maret, termasuk pembatasan makan di luar.

Pejabat sekolah juga diminta untuk menerapkan pendekatan yang masuk akal untuk masker selama pelajaran olahraga setelah kenaikan suhu memicu serentetan kasus sengatan panas di antara anak-anak yang diharuskan memakai penutup wajah saat berolahraga.

Insiden tersebut mendorong menteri pendidikan, Shinsuke Suematsu, untuk mendesak para guru agar mengizinkan anak-anak melepas topeng mereka ketika mereka berjalan ke dan dari sekolah, dan selama pelajaran olahraga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.