Sukses

WHO Bakal Tes Massal Afrika Usai Laporan 1.500 Lebih Dugaan Kasus Cacar Monyet

WHO tengah berupaya mengadakan tes cacar monyet di Benua Afrika.

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang dalam proses pengadaan ribuan tes cacar monyet untuk Afrika tetapi tidak merekomendasikan vaksinasi massal pada tahap ini, kata Direktur Afrika Matshidiso Moeti.

Dia menambahkan bahwa benua tersebut harus siap untuk vaksinasi jika diperlukan.

Keputusan untuk memulai persiapan datang karena kasus baru telah dilaporkan.

Tahun ini, benua tersebut telah mendokumentasikan 1.597 kasus yang diduga cacar monyet, dengan 66 kematian, direktur pelaksana Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika), Ahmed Ogwell Ouma, mengatakan pada hari Kamis. Demikian seperti dikutip dari laman Al Jazeera, Jumat (17/6/2022). 

Monkeypox, infeksi virus ringan, endemik di 11 negara Afrika, termasuk Republik Demokratik Kongo (DRC) dan Nigeria.

Tidak ada vaksin yang diketahui saat ini, tetapi vaksin cacar telah terbukti menawarkan perlindungan hingga 85 persen terhadap cacar monyet.

Administrator kesehatan sekarang percaya bahwa ketika kampanye vaksinasi cacar mulai mengandung cacar monyet di seluruh dunia, itu harus dimulai di Afrika.

“Posisi kami adalah bahwa vaksinasi adalah alat penting dan perlu dimulai di sini di Afrika,” kata Ouma selama pengarahan mingguan oleh CDC Afrika.

“Di sini … bebannya lebih besar, risikonya lebih tinggi dan penyebaran geografisnya juga lebih luas,” katanya.

Kasus yang dikonfirmasi di Afrika dilaporkan dari Kamerun, Republik Afrika Tengah, Republik Kongo, DRC, Nigeria, Maroko, Ghana, Liberia dan Sierra Leone, kata Ouma.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pusat Wabah Global

Tetapi Eropa tetap menjadi pusat wabah cacar monyet global , menurut WHO.

“Eropa tetap menjadi pusat wabah yang meningkat ini, dengan 25 negara melaporkan lebih dari 1.500 kasus, atau 85 persen dari total global,” Hans Kluge, direktur regional WHO untuk Eropa, mengatakan pada konferensi pers pada hari Rabu.

WHO akan mengadakan komite darurat minggu depan untuk menilai apakah wabah cacar monyet merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.

3 dari 4 halaman

WHO Ubah Nama

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan secara resmi mengganti nama penyakit cacar monyet atau "monkeypox", di tengah kekhawatiran munculnya stigma dan tindakan rasisme karena nama virus tersebut.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan pada Selasa 14 Juni 2022 pagi bahwa organisasi tersebut "sedang bekerja sama dengan mitra dan pakar dari seluruh dunia mengenai penggantian nama virus cacar monyet dan organisme penyebab virus tersebut".

Tedros mengatakan WHO akan mengumumkan nama baru dari cacar monyet secepat mungkin.

4 dari 4 halaman

Pemberian Nama

Keputusan WHO tersebut muncul kurang dari seminggu setelah 30 ilmuwan internasional menulis laporan mengenai "segera perlunya" untuk "menggunakan nama yang tidak bersifat diskriminatif dan tidak memberikan stigma berkenaan dengan virus cacar monyet."

WHO menyebut adanya dua jenis virus yang disebut sebagai "clade" atau klad cacar monyet di situs mereka, satu dari Afrika Barat, dan lainnya dari Cekungan Kongo (Afrika Tengah).

Namun menurut para ilmuwan dari Afrika dan dari bagian dunia lain tersebut, pemberian nama penyakit menular berdasarkan di mana penyakit tersebut pertama kali terdeteksi adalah hal yang tidak akurat.

Dalam usulannya, para ilmuwan meminta adanya klasifikasi cacar monyet yang sejalan dengan penamaan penyakit menular dengan cara "yang bisa memberikan dampak negatif seminimal mungkin terhadap bangsa, kawasan geografi, ekonomi dan orang dan juga mempertimbangkan evolusi dan penyebaran virus".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.