Sukses

Gara-Gara Komputer Bermasalah, Swiss Tutup Wilayah Udara Beberapa Jam

Penerbangan masuk dan keluar dari Swiss ditangguhkan selama berjam-jam dan wilayah udara Swiss ditutup karena masalah komputer di layanan kontrol lalu lintas udara Skyguide.

Liputan6.com, Zurich - Penerbangan masuk dan keluar dari Swiss ditangguhkan selama berjam-jam dan wilayah udara Swiss ditutup karena masalah komputer di layanan kontrol lalu lintas udara Skyguide.

Jenewa dan Zurich menghentikan penerbangan awal, tetapi bandara Jenewa mengumumkan lalu lintas udara secara bertahap dilanjutkan.

Skyguide mengatakan kerusakan teknis pada dini hari Rabu berarti wilayah udara Swiss harus ditutup untuk lalu lintas karena "alasan keamanan".

Beberapa penerbangan dialihkan ke Milan di Italia utara.

Juru bicara Skyguide Vladi Barrosa mengatakan kepada situs berita Tagesanzeiger seperti dikutip dari BBC Rabu (15/6/2022) bahwa masalahnya tampaknya merupakan kesalahan perangkat keras. Mereka tidak percaya bahwa sistem mereka telah diretas.

Perusahaan kemudian mengumumkan bahwa "kerusakan teknis di Skyguide telah diselesaikan" dan penutupan wilayah udara dicabut pada 08:30 (06:30 GMT).

Gambar lalu lintas udara Flightradar di seluruh Eropa Barat menunjukkan lubang besar dalam penerbangan di atas Swiss pada Rabu pagi.

Penerbangan tetap berjalan seperti biasa di bandara Basel-Mulhouse, karena meskipun Basel berada di Swiss, bandara itu sendiri berada di wilayah Prancis dan dilindungi oleh kontrol lalu lintas udara Prancis.

Bandara Jenewa mengatakan beberapa penerbangan telah dibatalkan, tetapi lalu lintas udara secara bertahap dilanjutkan mulai pukul 08:30.

Seorang penumpang di Zurich memposting gambar semua penerbangan yang tidak dapat lepas landas.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pakistan Tutup 3 Wilayah Udaranya

Otoritas Penerbangan Sipil (CAA) Pakistan pada Rabu 28 Agustus 2019 mengeluarkan notice to airmen (NOTAM), menutup tiga rute wilayah udara Karachi dari 28 Agustus hingga 31 Agustus. Semua penerbangan internasional diminta untuk menghindari tiga rute di wilayah udara Karachi sesuai dengan NOTAM.

India Today melaporkan, sejauh ini CAA belum memberikan alasan penutupan. Namun, rute alternatif telah disarankan oleh otoritas.

Pemberitahuan itu mengemuka saat Menteri Teknologi Pakistan Fawad Hussain Choudhry menyatakan bahwa negaranya sedang mempertimbangkan penutupan lengkap wilayah udara ke India, seraya menambahkan bahwa Kabinet federal juga berencana untuk melarang India menggunakan wilayahnya untuk perdagangan dengan Afghanistan.

"Perdana Menteri sedang mempertimbangkan penutupan lengkap wilayah udara untuk India, larangan lengkap tentang penggunaan rute Pakistan untuk perdagangan India ke Afghanistan juga disarankan dalam pertemuan Kabinet, formalitas hukum untuk keputusan ini sedang dipertimbangkan ...!" kata menteri itu dalam sebuah twit pada hari Selasa.

Perdana Menteri Pakistan Imran Khan sedang mempertimbangkan penutupan penuh wilayah udaranya dari pesawat India.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pakistan, Fawad Chaudhry di Twitter pada Selasa 27 Agustus.

Dikutip dari Al Jazeera pada Rabu (28/8/2019), Chaudry juga menyebut pertimbangan lain PM Khan untuk memblokir jalur perdagangan darat dari India ke Afghanistan yang melalui wilayah Pakistan tengah.

"PM sedang mempertimbangkan penutupan penuh wilayah udara untuk India, dan juga larangan penuh penggunaan rute darat Pakistan untuk perdagangan India ke Afghanistan, yang disampaikan di dalam rapat kabinet terakhir. Formalitas hukum untuk keputusan ini sedang dipertimbangkan. #Modi telah memulai, kami akan menyelesaikannya!" twit Chaudry.

Meski begitu, twit tersebut tidak memberi rincian lebih lanjut tentang mengapa Pakistan akan mempertimbangkan langkah-langkah melawan pemerintahan PM India Narendra Modi.

Pakistan telah membuka kembali wilayah udaranya pada pertengahan Juli, setelah hampir lima bulan menutupnya karena konflik militer dengan India.

Bulan-bulan pemblokiran itu memaksa penerbangan India untuk memutar jauh, di mana hal tersbeut menelan biaya jutaan dolar AS lebih tinggi dari operasional normal.

3 dari 4 halaman

Rusia-Ukraina Tutup Wilayah Udara bagi Penerbangan Sipil

Kamis (24/2/2022) Ukraina menutup wilayah udaranya untuk penerbangan sipil. Dengan alasan risiko tinggi terhadap keselamatan.

Bahaya terbang di daerah perbatasan Rusia dan Belarusia karena kegiatan militer yang berlangsung saat ini, juga diperingatkan oleh regulator penerbangan Eropa.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan operasi militer di Ukraina timur yang diperkirakan akan menjadi awal perang di Eropa.

Berdasarkan keterangan di situs webnya, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (24/2/2022), Perusahaan Layanan Lalu Lintas Udara Negara Ukraina mengatakan wilayah udara negara itu ditutup untuk penerbangan sipil mulai dari 00.45 GMT pada Kamis (24/2), sementara layanan lalu lintas udara juga ditangguhkan.

Sementara itu, Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) mengatakan wilayah udara di Rusia dan Belarusia dalam jarak 100 mil laut dari perbatasan mereka dengan Ukraina juga berisiko untuk dilewati.

"Secara khusus, terdapat risiko penargetan yang disengaja dan kesalahan identifikasi pesawat sipil," kata badan tersebut dalam buletin zona konflik.

“Kehadiran dan kemungkinan penggunaan berbagai sistem peperangan darat dan udara menimbulkan risiko tinggi bagi penerbangan sipil yang beroperasi di semua ketinggian dan tingkat penerbangan."

Industri penerbangan telah semakin memperhatikan risiko konflik yang ditimbulkan pada penerbangan sipil sejak penerbangan Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh di Ukraina timur pada 2014.

EASA mengatakan Kementerian Pertahanan Rusia telah mengirim pesan mendesak ke Ukraina tentang risiko tinggi terhadap keselamatan penerbangan. Hal itu dikarenakan adanya penggunaan senjata dan peralatan militer mulai pukul 00.45 GMT, dan meminta kontrol lalu lintas udara Ukraina untuk menghentikan penerbangan.

Situs web yang menunjukkan penerbangan intelijen di atas atau di dekat Ukraina saat pihak Barat dengan sengaja menunjukkan dukungan dengan mengirimkan sinyal yang dapat dideteksi dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan ruang kosong saat pesawat pergi dan Ukraina dinyatakan sebagai zona konflik.

Pada pagi hari, lalu lintas maskapai melintasi seluruh negeri di koridor yang ramai di utara dan barat.

Penerbangan maskapai El Al dari Tel Aviv ke Toronto tiba-tiba berbelok keluar dari wilayah udara Ukraina sekitar waktu penutupannya, menurut situs pelacakan penerbangan FlightRadar24.

4 dari 4 halaman

Turki Tutup Wilayah Udara bagi Pesawat Rusia Menuju Suriah

Turki juga pernah menutup wilayah udaranya bagi pesawat sipil dan militer Rusia yang terbang ke Suriah.

Penutupan wilayah udara Turki itu diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu, kantor berita AFP melaporkan mengutip media setempat pada Sabtu (23/4).

Pengumuman itu menandai salah satu respons terkeras Turki sejauh ini terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Turki selama ini tetap menjalin hubungan dekat dengan Moskow meski Ankara merupakan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Alliance Treaty Organization/NATO). Demikian seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu (24/4/2022)

"Kami menutup wilayah udara bagi pesawat militer Rusia -- dan bahkan (pesawat) sipil juga -- yang terbang menuju Suriah. Mereka punya waktu hingga April, dan kami meminta pada Maret," kata media Turki mengutip Cavusoglu.

Cavusoglu mengatakan ia menyampaikan keputusan itu kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, yang kemudian memberitahu Presiden Vladimir Putin.

"Satu atau dua hari kemudian, mereka mengatakan: Putin mengeluarkan perintah: kami tidak akan terbang lagi," kata Cavusoglu yang dikutip mengatakan hal itu kepada para wartawan Turki yang ada di pesawatnya menuju ke Uruguay.

Cavusoglu menambahkan bahwa larangan itu akan berlaku selama tiga bulan.

Belum ada respons dari Rusia, yang bersama Iran merupakan pendukung penting Presiden Suriah Bashar al-Assad, semasa perang saudara di wilayah itu. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.