Sukses

AS Dukung Pro-Demokrasi Hong Kong, Kritik Pembantaian Tiananmen oleh China

Upaya para korban tindakan keras berdarah China terhadap demonstran pro-demokrasi di dalam dan sekitar Lapangan Tiananmen 33 tahun lalu tidak akan dilupakan, kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Liputan6.com, D.C - Upaya para korban tindakan keras berdarah China terhadap demonstran pro-demokrasi di dalam dan sekitar Lapangan Tiananmen 33 tahun lalu tidak akan dilupakan, kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken, ketika Hong Kong memperingatkan terhadap pertemuan yang melanggar hukum.

Sabtu menandai peringatan 33 tahun pasukan China melepaskan tembakan untuk mengakhiri kerusuhan yang dipimpin mahasiswa di dalam dan di sekitar alun-alun. Pihak berwenang China melarang peringatan publik atas peristiwa itu di daratan.

Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu waktu Asia, Blinken menyebut tindakan keras itu sebagai "serangan brutal".

"Upaya individu-individu pemberani ini tidak akan dilupakan. Setiap tahun, kami menghormati dan mengingat mereka yang membela hak asasi manusia dan kebebasan fundamental," tambahnya sebagaimana dikutip dari MSN News, Sabtu (4/6/2022).

"Sementara banyak yang tidak lagi dapat berbicara sendiri, kami dan banyak orang di seluruh dunia terus berdiri atas nama mereka dan mendukung upaya damai mereka untuk mempromosikan demokrasi dan hak-hak individu," kata Blinken.

"Kepada rakyat China dan kepada mereka yang terus berdiri melawan ketidakadilan dan mencari kebebasan, kami tidak akan melupakan 4 Juni."

Berbicara pada hari Kamis pada konferensi pers rutin di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengulangi garis standar pemerintah tentang peristiwa tersebut.

"Pemerintah China telah lama sampai pada kesimpulan yang jelas tentang insiden politik yang terjadi pada akhir 1980-an," katanya.

Kemudian pada hari Sabtu, para aktivis akan berkumpul di ibu kota Taiwan, Taipei, untuk memperingati hari jadi tersebut, kemungkinan satu-satunya bagian dari dunia berbahasa China di mana acara publik semacam itu akan berlangsung, meskipun dalam beberapa tahun terakhir telah ada peringatan besar-besaran di Hong Kong yang dikelola China.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Demo Pro-Demokrasi di Hong Kong Diblokir Beijing

Tahun lalu polisi memblokir taman Hong Kong untuk mencegah orang-orang berkumpul untuk memperingati hari jadi dan menangkap penyelenggara jaga yang direncanakan.

Polisi Hong Kong mengatakan pada Jumat malam bahwa bagian dari Victoria Park, tempat peringatan itu terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, akan ditutup, dan dengan pandemi COVID-19 yang terus berlanjut, orang-orang tidak boleh mengambil bagian dalam "pertemuan yang tidak sah dan pertemuan yang dilarang".

"Polisi akan mengerahkan tenaga kerja yang memadai di lokasi terkait besok dan mengambil tindakan tegas untuk menegakkan hukum, termasuk melakukan penangkapan. Publik tidak boleh menentang hukum," tambah mereka.

Tiongkok memberlakukan undang-undang keamanan nasional baru yang keras di Hong Kong pada Juni 2020 yang menghukum tindakan subversi, terorisme, dan kolusi dengan pasukan asing.

 

3 dari 4 halaman

18 April 1989: Protes di China Mengawali Tragedi Berdarah Lapangan Tiananmen

Pada 18 April 1989, ribuan mahasiswa China terus turun ke jalan di Beijing untuk memprotes kebijakan pemerintah dan mengeluarkan seruan untuk demokrasi yang lebih besar di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang komunis.

Protes tumbuh sampai pemerintah China dengan kejam menekan mereka pada bulan Juni selama apa yang kemudian dikenal sebagai Pembantaian Lapangan Tiananmen, demikian seperti dikutip dari Histoy, Senin (18/4/2022).

Selama pertengahan 1980-an, pemerintah komunis RRT perlahan-lahan merayap menuju liberalisasi ekonomi yang dikendalikan negara yang ketat di negara itu, dalam upaya untuk menarik lebih banyak investasi asing dan meningkatkan perdagangan luar negeri negara.

Tindakan itu memicu seruan di antara banyak warga China, termasuk banyak siswa, untuk reformasi sistem politik yang didominasi komunis di negara itu.

Pada awal 1989, protes damai terhadap pemerintah dimulai di beberapa kota terbesar di China. Protes terbesar diadakan pada 18 April di ibu kota Beijing.

Berbaris melalui Lapangan Tiananmen di pusat kota, ribuan siswa membawa spanduk, meneriakkan slogan, dan menyanyikan lagu-lagu yang menyerukan suasana politik yang lebih demokratis.

 

4 dari 4 halaman

Tanggapan Keras Pemerintah China

Tanggapan pemerintah terhadap demonstrasi menjadi semakin keras.

Pejabat pemerintah yang menunjukkan simpati kepada para pengunjuk rasa dibersihkan.

Beberapa pemimpin demonstrasi ditangkap, dan kampanye propaganda diarahkan pada mahasiswa yang berbaris, menyatakan bahwa mereka berusaha untuk "menciptakan kekacauan di bawah langit."

Pada tanggal 3 Juni 1989, dengan protes yang semakin besar setiap hari dan wartawan asing menangkap peristiwa dramatis di film, tentara China diarahkan untuk menghancurkan gerakan tersebut.

Sejumlah pengunjuk rasa China yang tidak diketahui tewas (perkiraan berkisar hingga ribuan) selama apa yang kemudian dikenal sebagai Pembantaian Lapangan Tiananmen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.