Sukses

Tak Bisa ke Bali Akibat Perang, Presiden Ukraina Berniat Hadir KTT G20 Secara Virtual

Berbicara secara virtual untuk pertama kalinya pada masyarakat Indonesia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengindikasikan bahwa ia akan mengikuti KTT G20 di Bali, November mendatang, secara virtual.

Liputan6.com, Jakarta - Berbicara secara virtual untuk pertama kalinya pada masyarakat Indonesia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengindikasikan bahwa ia akan mengikuti KTT G20 di Bali, November mendatang, secara virtual.

"Saya tidak dapat meninggalkan Ukraina. Saya tidak dapat datang kemana-mana secara langsung karena saya ingin tetap berada bersama rakyat saya, mereka membutuhkan dukungan saya dan saya membutuhkan dukungan mereka," ujar Zelenskyy.

"Saya akan bergabung bersama Anda jika tidak ada perang. Tetapi jika perang masih berlanjut, saya dapat mengikutinya secara online, jika pemimpin Anda (Presiden Jokowi, red.) menerima opsi ini," tambahnya sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (29/5/2022).

Sebelumnya dalam pembicaraan melalui telepon 28 April lalu, Presiden Joko Widodo telah mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk ikut menghadiri pertemuan puncak KTT G20.

Undangan ini bukanlah tanpa alasan. Jokowi ketika itu menjelaskan bahwa ajang forum ekonomi global tersebut merupakan katalisator dalam pemulihan ekonomi dunia yang saat ini sangat bergantung kepada dua hal, yakni pemulihan pandemi COVID-19 dan perang Ukraina.

Dalam acara yang diatur dan diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) hari Jumat (27/5), Zelenskyy juga menjelaskan mengenai situasi terkini di negaranya akibat invasi Rusia sejak 24 Februari lalu.

Dia mengatakan perang yang sudah berlangsung tiga bulan menyebabkan sekitar 22 juta gandum yang dihasilkan tidak dapat diekspor. Hal ini berdampak pada merosotnya pasokan gandum dunia karena Ukraina merupakan pengekspor gandum terbesar. Alhasil, harga bahan baku roti di banyak negara meroket.

Menipisnya cadangan gandum dunia berpotensi menimbulkan kelaparan di sejumlah negara, yang berujung pada munculnya kekacauan politik, ujarnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rusia Blokir Pelabuhan Ukraina

Pemblokiran pelabuhan yang dilakukan Rusia, tambahnya, diperhatikan dengan seksama oleh agresor potensial lain yang ingin merusak dan mengambil alih wilayah negara lain

"Jika Rusia berhasil tanpa dikenai sanksi dalam invasinya terhadap Ukraina, maka negara lain juga akan melihat blokade laut merupakan alat penekan di dunia modern. Sehingga tidak akan ada negara yang merasa aman," kata Zelenskyy.

Presiden Zelenskyy mengklaim sejak invasi, Rusia sudah menembakkan 2.389 peluru kendali yang sebagian besar menghantam infrastruktur sipil, seperti rumah, gudang makanan, pertokoan, apartemen dan jalan-jalan.

Lebih dari 600 fasilitas layanan kesehatan dibombardir, hampir dua ribu fasilitas pendidikan juga dihancurkan, mulai universitas, sekolah hingga taman kanak-kanak.

 

3 dari 4 halaman

Zelenskyy: Rusia Tak Serius Berunding

Zelenskyy menilai Rusia tidak serius untuk berunding dengan Ukraina agar tercapai kesepakatan guna menghentikan perang.

Dia menuding negara Beruang Merah itu bertindak seperti teroris, yakni menyerang lebih dulu dan merebut wilayah orang lain, baru kemudian mengajak negosiasi.

Pemimpin berusia 44 tahun itu menegaskan Ukraina baru bersedia berdialog jika Rusia menghentikan serangan dan mengakui telah melakukan kesalahan karena menginvasi Ukraina.

Rakyat Ukraina akan terus berjuang sampai pasukan Rusia mundur dari semua wilayah mereka, ujarnya.

Zelenskyy menyesalkan karena tidak kemajuan substantif dalam serangakain perundingan Rusia. Padahal dia menekankan Ukraina sangat ingin mengkahiri krisis kemanusiaan akibat perang yang terjadi dan hidup damai di tanah mereka sendiri.

 

4 dari 4 halaman

FPCI Serukan Indonesia Konsisten Tentang Penjajahan

Pendiri sekaligus Ketua FPCI Dino Pati Djalal, yang memberikan sambutan pendahuluan sebelum Zelenskyy bicara, mengakui bahwa telah terjadi pro kontra di masyarakat Indonesia dalam menyikapi invasi Rusia ke Ukraina.

Namun, dia meminta masyarakat Indonesia harus selalu ingat jati diri bangsa Indonesia yang pernah mengalami penjajahan dan berjuang untuk merebut kemerdekaan.

Oleh karena itu, ujarnya, bangsa Indonesia selalu konsisten menentang penjajahan Israel terhadap Palestina, sebagaimana Indonesia juga menolak invasi Irak ke Kuwait.

"Jadi tidak mungkin Indonesia mendukung invasi Rusia yang bertujuan untuk merenggut kemerdekaan Ukraina. Ingat juga bahwa kita adalah bangsa yang selalu membela kedaulatan dan integritas wilayah. Kita pasti akan melawan kalau kedaulatan kita dilanggar," ujar Dino.

Dino meminta pula rakyat Indonesia untuk ingat prinsip sila Persatuan Indonesia, di mana bangsa Indonesia sejak merdeka gigih mempertahankan persatuan dan kesatuan. Oleh karena itu pula Indonesia tidak ingin melihat bangsa lain terpecah belah.

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika ini menegaskan Indonesia tentu tidak ingin berpecah belah terjadi di negeri sendiri dan juga di negara lain seperti Ukraina.

Dino menyebutkan invasi Rusia telah mengakibatkan penderitaan rakyat Ukraina secara masif. Dia mengklaim Rusia melakukan beragam pelanggaran berat hak asasi manusia dan pembunuhan semena-mena terhadap warga sipil.

Perdamaian dan keamanan dunia, lanjutnya, hanya bisa tercipta jika semua negara mematuhi prinsip-prinsip dan hukum internasional. Tidak boleh ada satu negara pun yang seenaknya mencaplok negara lain. Alasan ini pula yang membuat Indonesia tidak mungkin mendukung invasi Rusia ke Ukraina.

Dino menegaskan lagi perang di Ukraina merupakan konflik internasional yang sangat serius, yang membahayakan perdamaian dunia, dan dampaknya akan merembet ke semua penjuru dunia.

Komisioner Tinggi PBB Untuk Urusan Hak Asasi Manusia mengatakan hingga hari Jumat, jumlah warga Ukraina yang tewas dalam perang itu mencapai 8.776 orang, di antaranya termasuk 261 anak-anak. Sementara 4.735 orang lainnya luka-luka, termasuk 406 anak-anak. Namun, angka sesungguhnya diyakini jauh lebih tinggi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.