Sukses

Paus Fransiskus Patah Hati dengan Insiden Penembakan di Uvalde Texas

Serangan di Uvalde, sebuah komunitas kecil sekitar satu jam dari perbatasan Meksiko, adalah penembakan sekolah AS paling mematikan dalam beberapa tahun.

Liputan6.com, Vatikan - Paus Fransiskus pada Rabu (25/5) mengatakan dia "patah hati" atas penembakan di sekolah di Texas yang menewaskan sedikitnya puluhan anak dan dua guru, dan mengutuk perdagangan senjata.

"Saya patah hati dengan pembantaian di sekolah dasar di Texas. Saya berdoa untuk anak-anak, untuk orang dewasa yang terbunuh dan untuk keluarga mereka," kata Paus Fransiskus setelah audiensi umum mingguannya, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (26/5/2022).

"Sudah waktunya untuk mengatakan, cukup untuk perdagangan senjata tanpa pandang bulu. Mari kita semua berkomitmen untuk memastikan tragedi seperti itu tidak lagi terjadi."

Serangan di Uvalde, sebuah komunitas kecil sekitar satu jam dari perbatasan Meksiko, adalah penembakan sekolah AS paling mematikan dalam beberapa tahun, dan yang terbaru dalam serangkaian kekerasan senjata berdarah di seluruh Amerika.

Lebih dari selusin anak juga terluka dalam serangan di sekolah, yang mengajar lebih dari 500, sebagian besar adalah siswa Hispanik dan kurang mampu secara ekonomi.

Duka Keluarga Korban

Eva Mireles pada Selasa (24/5) pergi ke lokasi bekerja yang tampaknya sangat disukai, mengajar kelas empat di kota kecil Texas, Uvalde.

Namun, dia tidak pernah pulang, ia dibunuh bersama dengan 19 murid dan guru lain dalam penembakan massal terbaru yang melanda sekolah-sekolah Amerika Serikat, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (25/5/2022).

Mireles, yang dilatih mengajar bilingual dan pendidikan khusus, bekerja di Robb Elementary School, di mana seorang remaja membunuh mereka semua dalam tembakan sebelum bunuh diri kata polisi.

Mireles mengajar anak-anak kelas empat, umumnya berusia 9 atau 10 tahun, kata sepupunya Cristina Arizmendi Mireles di Facebook.

"Sepupuku yang cantik! Hari yang menyedihkan bagi kita semua! Hatiku hancur berkeping-keping," kata Arizmendi Mireles.

Dalam biografi singkat yang diposting di situs web distrik sekolah di Amerika Serikat itu, Mireles menulis bahwa dia memiliki "keluarga yang mendukung, menyenangkan, dan penuh kasih" yang terdiri dari suaminya, putri lulusan perguruan tinggi.

Suaminya, Ruben Ruiz, adalah seorang perwira polisi di kepolisian dan seorang agen yang menyelidiki pembantaian itu.

"Saya suka berlari, mendaki, dan sekarang Anda mungkin melihat saya mengendarai sepeda," katanya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Minta Doa Bagi Korban

Bibinya, Lydia Martinez Delgado, juga berduka untuk dan menulis sebuah postingan di Facebook, meminta doa untuk keluarganya dan seluruh kota Uvalde.

Komunitas itu, sekitar 130 km sebelah barat San Antonio, memiliki sekitar 16.000 penduduk, hampir 80 persen dari mereka adalah orang Hispanik atau Latin, menurut data Sensus Amerika Serikat.

"Saya marah karena penembakan ini terus berlanjut. Anak-anak ini tidak bersalah. Senapan seharusnya tidak tersedia dengan mudah untuk semua orang. Ini adalah kampung halaman saya, komunitas kecil kurang dari 20.000 orang. Saya tidak pernah membayangkan ini akan terjadi pada orang-orang yang sangat saya cintai," Martinez Delgado mengatakan dalam sebuah pernyataan.

"Yang bisa kita lakukan adalah berdoa untuk negara kita, negara bagian, sekolah, dan terutama keluarga kita semua," katanya.

 

3 dari 4 halaman

Kasus Penembakan Sekolah Terburuk di Sejarah Texas: 21 Orang Tewas

Korban penembakan di Robb Elementary School di San Antonio, negara bagian Texas, terus bertambah. Berdasarkan informasi terkini, korban penembakan sekolah itu tembus 20 orang.

Insiden penembakan terjadi pada Selasa (24/5) waktu setempat. Mayoritas korban adalah anak-anak. Guru juga ada yang tewas.

Berdasarkan laporan AP News, Rabu (25/5/2022), ada 21 orang yang dilaporkan tewas akibat insiden tersebut. Ada 18 anak yang kehilangan nyawa.

Guru yang tewas adalah Eva Mireles yang mengajar kelas 4 SD.

ABC News menyebut pelaku juga membunuh neneknya sebelum datang ke sekolah. Korban adalah anak kelas 3 dan 4 SD.

Kasus penembakan ini lebih parah ketimbang tragedi penembakan sekolah SMA Columbine (1999) dan SMA Stoneman Douglas (2018).

Jumlah kematian di penembakan Texas itu diperkirakan masih terus bertambah.

Hingga kini, kasus penembakan sekolah terparah di AS terjadi di SD Sandy Hook di negara bagian Connecticut. Pelaku bernama Adam Lanza yang berusia 20 tahun menewaskan 27 orang.

Adam Lanza disebut mengidap sejumlah masalah psikologis. Setelah melakukan aksi kejinya pada anak-anak, ia bunuh diri dengan tembakan di kepala.

 

4 dari 4 halaman

Laporan Sebelumnya

Sebelumnya dilaporkan, penembakan massal sekolah di Amerika Serikat (AS) terjadi lagi. Lokasi penembakan sekolah itu adalah Robb Elementary School di Uvade, San Antonio, negara bagian Texas. Ada 14 murid yang dilaporkan tewas dan satu orang korban lain adalah guru. Insiden terjadi pada Selasa (24/5) waktu setempat.

Dilaporkan AP News, Rabu (25/5), Gubernur Texas Gregg Abbot berkata pelaku adalah remaja berusia 18 tahun. Ini merupakan insiden paling parah dalam sejarah Texas.

Penembak itu bernama Salvador Ramos yang berasal dari komunitas masyarakat Latino yang berjarak 135 kilometer jauhnya dari kota San Antonio. Belum diketahui apa motif dari pelaku.

Gubernur Texas berkata pelaku menembak para murid dan guru. Dua aparat juga dilaporkan terluka, namun diperkirakan akan selamat.

Pelaku diduga ditewaskan oleh aparat, namun investigasi lebih lanjut masih diperlukan. Senjata yang dipakai pelaku diduga adalah rifle.

Wali Kota San Antonio Ron Nirenberg telah mengirimkan duka cita.

Anggota FBI telah datang ke gedung sekolah dan para polisi juga masih berjaga di sekitar TKP. Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre menyebut Presiden AS Joe Biden telah diberitahu mengenai insiden ini. Rencananya, Presiden Biden akan segera mengirimkan pernyataan. di Gedung Putih.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.