Sukses

KJRI Houston: Tak Ada WNI Korban Penembakan di SD Texas

Amerika Serikat kembali digegerkan dengan aksi penembakan di sebuah sekolah dasar (SD) yang kali ini berlokasi di Texas. KJRI Houston bergerak cepat mencari tahu kabar WNI di lokasi tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Amerika Serikat kembali digegerkan dengan aksi penembakan di sebuah sekolah dasar (SD) yang kali ini berlokasi di Texas. Pelaku penembakan massal pada Selasa 24 Mei 2022 waktu setempat ini diidentifikasi sebagai seorang remaja laki-laki.

"Telah terjadi penembakan di Sekolah Robb Elementary School / SD Uvalde, Texas, pada tanggal 24 Mei 2022 sekitar pukul 11.32 waktu setempat," demikian konfirmasi KJRI Houston melalui pesan tertulisnya yang dikutip Kamis (26/5/2022).

Situs DW Indonesia memberitakan bahwa penembakan Texas ini merupakan serangan terbaru dari rangkaian pembunuhan massal di Amerika Serikat dan merupakan aksi penembakan sekolah terburuk di negara itu dalam hampir satu dekade.

"Tercatat korban sebanyak 19 siswa dan 2 dewasa (guru). Pelaku ditembak mati oleh Apkam (aparat keamanan). Dalam kejadian tersebut tidak terdapat korban warga negara Indonesia (WNI)," jelas pihak KBRI Houston.

Meski tak ada warga Indonesia jadi korban, KJRI Houston telah mengeluarkan imbauan kepada WNI untuk berhati-hati, meningkatkan kewaspadaan, dan segera melaporkan situasi darurat ke aparat keamanan setempat dan Perwakilan RI.

KJRI Houston mencatat terdapat sekitar 10 ribu WNI yang menetap di Texas. 50 di antaranya tinggal di wilayah San Antonio.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Duka Keluarga Korban Penembakan di Sekolah SD Texas: Hari yang Menyedihkan

Eva Mireles pada Selasa (24/5) pergi ke lokasi bekerja yang tampaknya sangat disukai, mengajar kelas empat di kota kecil Texas, Uvalde.

Namun, dia tidak pernah pulang, ia dibunuh bersama dengan 19 murid dan guru lain dalam penembakan massal terbaru yang melanda sekolah-sekolah Amerika Serikat, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (25/5/2022).

Mireles, yang dilatih mengajar bilingual dan pendidikan khusus, bekerja di Robb Elementary School, di mana seorang remaja membunuh mereka semua dalam tembakan sebelum bunuh diri kata polisi.

Mireles mengajar anak-anak kelas empat, umumnya berusia 9 atau 10 tahun, kata sepupunya Cristina Arizmendi Mireles di Facebook.

"Sepupuku yang cantik! Hari yang menyedihkan bagi kita semua! Hatiku hancur berkeping-keping," kata Arizmendi Mireles.

Dalam biografi singkat yang diposting di situs web distrik sekolah di Amerika Serikat itu, Mireles menulis bahwa dia memiliki "keluarga yang mendukung, menyenangkan, dan penuh kasih" yang terdiri dari suaminya, putri lulusan perguruan tinggi.

Suaminya, Ruben Ruiz, adalah seorang perwira polisi di kepolisian dan seorang agen yang menyelidiki pembantaian itu.

"Saya suka berlari, mendaki, dan sekarang Anda mungkin melihat saya mengendarai sepeda," katanya.

Selengkapnya di sini...

3 dari 4 halaman

Joe Biden Emosional

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberikan respons yang tenang namun penuh emosi ketika membahas penembakan di Robb Elementary School, San Antonio, negara bagian Texas. Peristiwa itu terjadi pada Selasa (24/5) waktu setempat. 

Peristiwa di SD Texas itu adalah penembakan sekolah terburuk dalam sejarah Texas. Presiden Joe Biden memulai pidatonya membahas keadaan psikologis para orang tua, serta para anak-anak lain yang menjadi saksi mata peristiwa tersebut. 

Presiden Biden turut menyorot kenapa AS terus-terusan mengalami penembakan massal seperti ini, sementara tetapi negara-negara lain tidak.

"Penembakan massal seperti ini jarang terjadi di tempat lain di dunia. Mengapa? Mereka punya masalah mental. Mereka punya pertikaian domestik di negara-negar lain. Mereka memiliki orang-orang yang tersesat. Tapi penembakan massal ini tidak terjadi sesering yang terjadi di AS," ujar Presiden Joe Biden dalam konferensi pers di Gedung Putih dan didampingi Ibu Negara Jill Biden.

Salah satu insiden penembakan massal di sekolah yang terparah dalam sejarah AS adalah penembakan Sandy Hook. Ketika itu, Joe Biden masih menjabat sebagai wakil presiden. 

Presiden Biden lantas mendorong agar Amerika Serikat bisa berani melawan pelobi-lobi senjata, serta menghadapi pihak-pihak yang menghalangi pengesahan aturan senjata api.

"Saatnya mengubah rasa sakit ini menjadi aksi," ujar Presiden Biden. "Untuk semua orang tua, untuk semua warga, kita harus memperjelas ke semua pejabat terpiilh di negara ini. Saatnya bertindak!"

Sejumlah politisi dari Partai Republik diketahui dekat dengan pelobi senjata api, termasuk dengan National Rifles Assosiation (NRA). 

Selengkapnya di sini...

4 dari 4 halaman

Chris Evans dan Pesohor Hollywood Marah Besar soal Penembakan SD di Texas

Amerika Serikat kini tengah dihantam oleh insiden penembakan berdarah di sebuah SD di Texas. Data terakhir, kejadian pada Selasa (24/5/2022) waktu setempat di Robb Elementary School telah memakan korban setidaknya 21 orang.

Sebanyak 18 di antaranya adalah murid di sekolah tersebut.

Insiden ini jelas menimbulkan amarah publik. Termasuk para pesohor Hollywood. Chris Evans misalnya.

Tak lama setelah berita mengenai penembakan di sekolah dasar ini dipublikasikan, ia mengungkap sebuah cuitan penuh amarah di akun Twitter pribadinya.

"F**KING ENOUGH!!!!" tulis sang Captain America. Aktor 40 tahun ini tak sendirian.

Khloe Kardashian juga mengungkapkan amarahnya via sebuah unggahan di Instagram. "Aku tak bisa memahami tragedi yang terjadi di negara kita," tulisnya.

"Bagaimana ini bisa terjadi? Hatiku hancur. Aku berdoa, aku berharap, aku memohon....tolonglah para pembuat kebijakan, petugas pemerintahan, pemimpin bangsa, lakukan sesuatu untuk melindungi anak-anak kita," kata dia.

Saudaranya yang masih pengantin baru, Kourtney, juga menyuarakan keprihatinan.

"Sekolah harusnya menjadi tempat anak-anak kita belajar, mencari teman, tertawa, tumbuh, dan memahami diri mereka. Tempat aman di mana mereka bisa membayangkan masa depan," kata dia. "Bagaimana kita bisa sampai di titik di mana anak-anak kita dibunuh di sekolahnya?" ia melanjutkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.