Sukses

Industri Peternakan Sapi Australia Khawatir Penyakit Mulut dan Kuku, Waspada Penerbangan dari Bali

Seorang dokter hewan asal Australia yang kini bermukim di Bali, Dr Ross Ainsworth, memperingatkan wabah PMK bisa saja masuk ke Pulau Dewata lalu turis Negeri Kanguru yang berlibur berpotensi menularkan.

, Bali - Australia tengah dibuat bimbang dengan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak. Negara tersebut khawatir bakal terserang penyakit tersebut melalui wisatawan dari Bali, yang merupakan wilayah paling banyak dikunjungi turis dari Negeri Kanguru.

Seperti diketahi Indonesia kini sedang menghadapi wabah PMK yang menyerang ternak sapi, domba, babi, dan kambing, meskipun hingga saat ini belum ada laporan mengenai wabah tersebut dari Bali.

Ribuan ternak diyakini telah terinfeksi di Jawa Timur dan Aceh, tapi wabah PMK - salah satu penyakit terburuk yang menyerang hewan – diperkirakan telah menyebar ke berbagai wilayah lainnya.

Wabah merebak selama musim libur Lebaran, yang ditandai dengan mobilitas penduduk yang sangat tinggi ke berbagai daerah.

Seorang dokter hewan asal Australia yang kini bermukim di Bali, Dr Ross Ainsworth, memperingatkan wabah PMK bisa saja masuk ke Pulau Dewata.

"Pada hari libur nasional, minggu lalu, banyak orang dari Surabaya dan bagian Jawa lainnya yang mengendarai mobil sendiri ke sini," ujarnya kepada ABC Australia seperti dikutip Jumat (13/5/2022).

"Jadi, cukup mengkhawatirkan karena penyakit PMK ini bisa segera masuk ke Bali," katanya.

Wisatawan dari Bali Berpotensi Tinggi Menularkan

Wisatawan yang kembali dari Bali memiliki risiko tinggi membawa penyakit hewan tanpa sengaja ke Australia yang berpotensi menghancurkan industri peternakan di negara ini.

Dr Ainsworth mengatakan jika PMK ditemukan di Bali, risiko turis Australia bertemu hewan yang terinfeksi sangat tinggi.

"Wisatawan akan sangat mudah menjumpai sapi dan berpotensi tertular hanya dengan berkunjung di kawasan wisata," katanya.

"Jika kemudian mereka pulang dengan membawa material yang terinfeksi, katakanlah air liur ternak di sepatu mereka, maka mereka tanpa sengaja akan membawa penyakit ini masuk ke Australia. Cukup menakutkan," papar Dr Ainsworth.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Potensi Kerugian Rp 1 Kuadriliun

Menurut orgnisasi peternak Cattle Council, wabah PMK di Australia dapat merugikan sektor peternakan hingga A$100 miliar (Rp 1 kuadriliun).

Dr Ainsworth menyebut penerbangan langsung dari Bali ke Darwin yang dibuka kembali bulan lalu menimbulkan risiko terbesar karena wabah PMK hanya dapat bertahan hidup di luar hewan inang untuk waktu singkat.

Rute Bali-Darwin ditempuh dalam waktu sekitar tiga jam.

Sedangkan penerbangan langsung dari Sydney, Melbourne, Darwin, dan Perth ke Denpasar semuanya telah dibuka kembali untuk pertama kalinya sejak pandemi COVID-19.

Analis industri daging Simon Quilty menyatakan jika pariwisata Australia ke Bali bangkit kembali hingga mencapai rata-rata 1,3 juta orang per tahun, risiko turis Australia membawa pulang penyakit PMK semakin besar.

"Kita tidak menginginkan adanya jalan bebas hambatan PMK antara bandara-bandara kita dan Bali," katanya.

 

3 dari 4 halaman

Pabrik Virus

Bali memiliki sekitar 2,5 juta ekor ternak sapi dan 900.000 ekor babi.

Menurut Quilty, ternak babi yang terinfeksi PMK menjadi perhatian khusus.

"Babi menghasilkan jutaan spora yang pada dasarnya menyebarkan virus dan menjadi pabrik virus," jelas Quilty.

"Jika hal itu sampai ke Bali dan menyerang populasi babi, maka kita pastikan akan menyebar ke seluruh Bali," kata Quilty.

Wabah PMK sendiri diyakini masuk ke Indonesia melalui kambing yang diselundupkan dari Malaysia.

Indeks Harga Daging yang dirilis Badan Pangan Dunia mencapai rekor tertinggi di bulan April setelah naik 16 persen dalam 12 bulan terakhir.

"Dengan kenaikan seperti itu timbullah keputusasaan," kata Quilty.

"Tidak ada keraguan bahwa ada hewan yang sakit dari negara sekitar – sejauh ini sepertinya dari Malaysia – yang telah dijual ke pasar (Indonesia) dengan harga diskon. Mereka yang ingin mendapatkan protein yang lebih murah," demikian menurut analisa Quilty.

"Saya pikir kita bisa menarik garis tegas antara rekor kenaikan harga pangan global dan terjadinya penyebaran penyakit hewan," jelasnya.

4 dari 4 halaman

Ini 6 Daerah di Indonesia yang Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Ternak

Kementerian Pertanian (Kementan) menetapkan 6 kabupaten di 2 provinsi Indonesia terjangkit wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.

"Dua daerah itu adalah Provinsi Aceh dua kabupaten, dan empat kabupaten di Jawa Timur," kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melansir Antara di Jakarta, Rabu (11/5/2022).

Dua kabupaten yang dilanda wabah PMK pada hewan ternak yakni di Aceh, yaitu Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Aceh Timur. Sementara empat kabupaten di Jawa Timur yaitu Gresik, Sidoarjo, Lamongan, dan Mojokerto.

Data Kementerian Pertanian menyebutkan jumlah kasus hewan ternak yang terinfeksi PMK di Jawa Timur sebanyak 3.205 ekor dengan kasus kematian mencapai 1,5 persen. Sementara kasus positif PMK di Aceh sebanyak 2.226 ekor dengan kasus kematian 1 ekor.

Penyakit mulut dan kuku pada hewan ini menjangkiti hewan ternak dengan kuku terbelah seperti sapi, kambing, domba, dan babi. Penularan penyakit ini terjadi melalui virus yang penyebarannya lewat udara atau airborne maupun kontak langsung.

Mentan Syahrul menegaskan bahwa penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak ini tidak menular pada manusia, melainkan hanya sesama hewan ternak.

Mentan menyebut bahwa Kementerian Pertanian bersama dengan pemerintah daerah sudah melakukan intervensi dengan melakukan pengendalian agar virus tersebut tidak terjadi mutasi.

Kementerian Pertanian bersama dengan pemerintah daerah tingkat provinsi, kabupaten, dan kota telah membentuk gugus tugas pengendalian penyakit mulut dan kuku.

Mentan menerangkan bahwa pemerintah melakukan tiga langkah antisipasi yaitu langkah darurat dengan turun langsung mengintervensi melalui lokalisasi wabah agar tidak semakin menyebar, dan juga dengan mendistribusikan obat-obatan, vitamin, antibiotik, serta menyiapkan vaksin.

Langkah kedua yaitu dilakukan pengendalian agar wabah penyakit mulut dan kuku tidak semakin menyebar dan virusnya tidak bermutasi. Sedangkan langkah ketiga yaitu dengan melakukan pemulihan pada hewan ternak di Indonesia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.