Sukses

Ranil Wickremesinghe, Mantan PM Sri Lanka Diangkat Lagi jadi PM Demi Akhiri Krisis

Mantan Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe yang telah lima kali menjabat, diangkat kembali untuk menjabat pada posisi tersebut pada Kamis 12 Mei 2022 waktu setempat.

Liputan6.com, Kolombo - Mantan Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe yang telah lima kali menjabat, diangkat kembali untuk menjabat pada posisi tersebut pada Kamis 12 Mei 2022 waktu setempat. Langkah itu dilakukan dalam upaya menstabilkan negara pulau itu, yang dilanda krisis politik dan ekonomi, kata seorang pejabat partai.

"Ia dilantik sebagai perdana menteri malam ini (Kamis malam waktu setempat) karena sejumlah anggota Parlemen memintanya untuk mengambil alih dan menyelesaikan masalah-masalah negara," kata Vajira Abeywardena, seorang pejabat Partai Persatuan Nasional pimpinan Wickremesinghe seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (13/5/2022). 

Abeywardena menambahkan, lebih dari 160 dari 225 anggota parlemen mendukung pemilihan Wickremesinghe, tetapi informasi ini tidak bisa dikukuhkan pihak ketiga. Tidak ada komentar langsung dari Presiden Gotabaya Rajapaksa yang berwenang untuk menunjuk PM Sri Lanka selanjutnya.

Jika Rajapaksa memilih Wickremesinghe, itu akan tampak sebagai usaha mengakhiri kekerasan yang dipicu oleh krisis dan memulihkan kredibilitas internasional, sementara pemerintahnya merundingkan paket talangan (bailout) dengan Dana Moneter Internasional dan rencana restrukturisasi (penyusunan kembali) utang.

Saudara laki-laki presiden, Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri sebagai perdana menteri hari Senin, menyusul serangan kekerasan oleh pendukung mereka terhadap pemrotes damai yang antipemerintah. Pengunduran dirinya secara otomatis membubarkan Kabinet, sehingga menyebabkan kekosongan pemerintahan.

Otoritas Sri Lanka mengerahkan kendaraan lapis baja dan pasukan di jalan-jalan ibu kota pada Rabu 11 Mei, setelah serangan terhadap para pengunjuk rasa memicu gelombang kekerasan di seluruh negeri. Sembilan orang tewas dan lebih dari 200 orang luka-luka.

Menjabat Posisi PM ke-6

Selama pidato nasionalnya, seperti dikutip dari BBC, Mahinda Rajapaksa mengatakan dia menunjuk perdana menteri baru yang memimpin mayoritas dukungan di parlemen, serta kabinet baru.

Ranil Wickremesinghe telah berada di kancah politik Sri Lanka selama beberapa dekade - ini akan menjadi tugas keenamnya sebagai perdana menteri, meskipun dia tidak menduduki masa jabatan penuh.

Dia dianggap dekat dengan Rajapaksa, dan para ahli percaya dia dipilih karena dia akan menjamin keamanan mereka dan perjalanan aman yang mungkin mereka minta.

Tapi dia saat ini tidak mendapat banyak dukungan di dalam oposisi atau di antara publik.

Di tengah krisis Sri Lanka, jam malam nasional yang menutup toko, bisnis, dan kantor dicabut selama beberapa jam pada Kamis pagi, tetapi diberlakukan kembali pada sore hari.

Ekonomi Sri Lanka terjun bebas dan orang-orang putus asa karena barang-barang pokok seperti makanan dan bahan bakar habis atau tidak terjangkau.

Di Kolombo, penduduk mulai mengantre di luar SPBU bahkan sebelum jam malam dicabut. Lebih banyak kendaraan terlihat di jalan ketika orang-orang bergegas keluar untuk membeli kebutuhan pokok.

Segera Beri Daftar Kabinet Baru

Menurut Associated Press, PM saat ini, Wickremesinghe kemungkinan akan memberikan daftar Kabinet kepada presiden untuk diangkat, kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh konstitusi.

Jika ada keberatan terhadap perdana menteri atau Kabinet baru, anggota parlemen dapat mengajukan mosi tidak percaya kepada ketua DPR saat badan tersebut bersidang kembali pada hari Selasa. Mosi tersebut kemudian akan diperdebatkan dan disetujui.

Wickremesinghe yang berusia 73 tahun, telah berada di Parlemen selama 45 tahun. Partai politiknya bubar pada tahun 2020 di tengah krisis kepemimpinan dan anggota paling seniornya pergi untuk membentuk partai baru, yang saat ini menjadi oposisi utama negara itu.

Reputasi Wickremesinghe rusak selama masa jabatan sebelumnya sebagai perdana menteri, ketika dia berada dalam pengaturan pembagian kekuasaan yang sulit dengan Presiden Maithripala Sirisena saat itu.

Konflik dan gangguan komunikasi di antara mereka dipersalahkan atas penyimpangan intelijen yang menyebabkan serangan bom bunuh diri Minggu Paskah pada 2019 yang menewaskan lebih dari 260 orang.

Dia juga dituduh melindungi seorang teman yang dia tunjuk sebagai kepala Bank Sentral dari tuduhan perdagangan dengan orang dalam.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Keberatan dengan Penunjukkan Kembali Wickremesinghe yang Disebut Pelindung Keluarga Rajapaksa

Laporan Associated Press (AP) menyebut, pasukan keamanan telah diperintahkan untuk menembak orang-orang yang dianggap berpartisipasi dalam kekerasan itu karena aksi pembakaran dan perusakan sporadis terus berlanjut meskipun jam malam nasional yang ketat dimulai Senin 9 Mei malam.

Pengadilan pada Kamis 12 Mei melarang mantan perdana menteri Mahinda Rajapaksa, putranya yang merupakan mantan menteri pemerintahannya, dan 15 orang lainnya bepergian ke luar negeri sambil menunggu hasil penyelidikan atas serangan hari Senin terhadap pengunjuk rasa damai yang menuntut pengunduran diri Rajapaksa bersaudara, yang memicu kekerasan di seluruh negeri terhadap pendukung Rajapaksa. Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri di tengah kekerasan.

Para pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri Rajapaksa bersaudara karena krisis utang yang hampir membuat negara bangkrut dan menyebabkan kekurangan bahan bakar, makanan, dan kebutuhan pokok lainnya.

Beberapa politikus oposisi dan pemimpin agama keberatan dengan penunjukan Wickremesinghe, dengan mengatakan warga menginginkan reformasi menyeluruh.

Anggota parlemen oposisi Anura Dissananayake mengatakan pilihan Wickremesinghe lebih ditujukan untuk melindungi presiden dan keluarganya dari kemarahan publik, atas tuduhan korupsi dan perannya dalam krisis ekonomi daripada dalam memecahkan masalah negara.

Ketika dia sebelumnya menjadi perdana menteri dari 2015 hingga 2019, Wickremesinghe dituduh melindungi keluarga Rajapaksa yang berkuasa dari tuduhan korupsi dan kesalahan lainnya.

Pendeta Buddha dan Katolik juga keberatan dengan pemilihan Wickremesinghe.

"Keputusan ini diambil sama sekali dengan mengabaikan aspirasi orang-orang yang melakukan protes hari ini. Protes hanya bisa menjadi lebih buruk dengan keputusan ini,” kata Pendeta Omalpe Sobitha, seorang biksu senior.

Uskup Agung Katolik Kolombo Kardinal Malcolm Ranjith mengatakan "perubahan total sistem" diperlukan agar Sri Lanka keluar dari krisis.

 

 

3 dari 4 halaman

Analis, PM Pengganti Tak Punya Dukungan Publik Bak Menambah Bahan Bakar di Atas Krisis

Analis politik Ranga Jayasuriya mengatakan dengan menunjuk Wickremesinghe sebagai perdana menteri, “Presiden Gotabaya Rajapaksa tidak memadamkan api, tetapi menambahkan bahan bakar di atasnya.”

"Orang-orang akan lebih marah dengan penghinaan penunjukan seorang pria yang tidak memiliki dukungan publik," cuit Jayasuriya.

Duta Besar AS untuk Sri Lanka, Julie Chung, mengatakan dia berharap dapat bekerja sama dengan Wickremesinghe dan bahwa penunjukan Wickremesinghe serta "pembentukan cepat pemerintahan inklusif adalah langkah pertama untuk mengatasi krisis dan mempromosikan stabilitas."

“Kami mendorong kemajuan yang berarti di IMF dan solusi jangka panjang yang memenuhi kebutuhan semua warga Sri Lanka,” katanya dalam tweet.

4 dari 4 halaman

Sekilas Utang pada Krisis Sri Lanka

Sri Lanka hampir bangkrut --sejumlah media asing bahkan menyebutnya bangkrut melihat kondisi dalam negeri-- dan telah menangguhkan pembayaran pinjaman luar negeri sebesar $7 miliar yang jatuh tempo tahun ini. IMF mengatakan bantuan jangka pendek atau jangka panjang tergantung pada hasil pembicaraan dengan kreditur tentang restrukturisasi pinjaman.

Sri Lanka harus membayar kembali pinjaman luar negeri sekitar $25 miliar pada tahun 2026 dari total utang luar negeri saat ini sebesar $51 miliar.

Kementerian keuangan Sri Lanka mengatakan awal Mei ini bahwa cadangan devisa negara yang dapat digunakan telah anjlok menjadi $25 juta. Kekurangan mata uang asing telah memaksa penurunan tajam dalam impor, yang menyebabkan kekurangan parah kebutuhan pokok seperti bahan bakar, gas untuk memasak, makanan dan obat-obatan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.