Sukses

Sinkhole Raksasa Ditemukan di Guangxi China, Kedalamannya 192 Meter

Tim eksplorasi gua menemukan sebuah lubang runtuhan atau sinkhole karst raksasa di wilayah Leye, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah lubang runtuhan atau sinkhole karst raksasa ditemukan di wilayah Leye, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan. Temuan tersebut menjadikan total jumlah sinkhole semacam itu di Leye sebanyak 30.

Zhang Yuanhai, seorang insinyur senior di Institute of Karst Geology of China Geological Survey, mengatakan bahwa sinkhole yang terletak di dekat Desa Ping'e di daerah Luoxi tersebut memiliki panjang 306 meter, lebar 150 meter, dan kedalaman 192 meter. Volume sinkhole ini mencapai lebih dari 5 juta meter kubik dan dapat dikategorikan sebagai sinkhole berukuran besar.

Zhang mengatakan terdapat tiga gua besar di dinding sinkhole tersebut, yang diperkirakan merupakan sisa-sisa evolusi awal dari sinkhole itu, seperti dikutip dari Xinhua, Senin (9/5/2022). Sementara itu, di dasar sinkhole tersebut terdapat hutan primitif yang masih asri.

Chen Lixin, pemimpin tim ekspedisi gua Guangxi 702, mengatakan bahwa pohon-pohon kuno yang tumbuh di dasar sinkhole tersebut memiliki tinggi hampir 40 meter, dan terdapat pula tetumbuhan peneduh yang lebat dengan tinggi hingga sebahu.

Ekspedisi tersebut rampung pada Jumat 6 Mei, setelah anggota tim meluncur turun dengan tali hingga lebih dari 100 meter dan berjalan kaki beberapa jam untuk mencapai dasar lubang. Mereka kembali ke atas dengan selamat pada Jumat malam waktu setempat.

Sinkhole raksasa, yang juga dikenal sebagai Tiankeng (lubang surgawi) dalam bahasa Mandarin, merupakan dolin atau lubang raksasa dengan karakteristik geologis unik yang ditemukan di kawasan karst, terbentuk melalui fenomena keruntuhan yang terjadi beberapa kali. Sinkhole terutama banyak ditemukan di China, Meksiko, dan Papua Nugini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Fosil Reptil Laut Ditemukan di China

Sejumlah peneliti telah mengidentifikasi kerangka parsial dari reptil laut yang sebelumnya tidak diketahui sebagai ichthyosauromorph. Reptil itu diketahui hidup sekitar 250 juta tahun silam, menurut Universitas Geosains China (Wuhan).

Fosil yang berasal dari Zaman Trias Bawah tersebut digali di Kota Baise, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, dan dinamakan Baisesaurus Robustus oleh tim peneliti yang terlibat dalam penemuannya, seperti dilansir Xinhua, Kamis (14/4/2022).

Berdasarkan pekerjaan restorasi selama tiga bulan, para peneliti meyakini reptil tersebut memiliki panjang sekitar 3 meter, jauh lebih besar dibandingkan fosil-fosil ichthyosauriform Trias Awal lainnya yang ditemukan di China. Baisesaurus robustus lebih menyerupai lumba-lumba, menurut sejumlah gambar yang dibuat melalui proses restorasi ilmiah.

Dengan tulang kaki depan yang lebih panjang dan lebih kuat, reptil laut itu juga diyakini sebagai perenang yang tangguh dan kemungkinan besar merupakan predator unggul di lautan, kata Pemimpin tim yang juga lektor kepala di Fakultas Geosains universitas tersebut, Han Fenglu.

Studi itu baru-baru ini dipublikasikan secara daring di jurnal biologi internasional PeerJ.

Ichthyosauriform diperkirakan muncul di Bumi pada 250 juta tahun silam dan punah sekitar 90 juta tahun lalu. Reptil laut itu hidup pada zaman yang kurang lebih sama dengan dinosaurus, tetapi asal-usul dan sejarah evolusi awal mereka masih menjadi misteri. 

3 dari 4 halaman

Fosil Burung Hantu

Kerangka fosil burung hantu yang telah punah ditemukan di China barat laut. Para ahli paleontologi menemukan kerangka hewan yang hidup lebih dari enam juta tahun lalu itu dalam kondisi sangat baik.

Tulang mata yang telah menjadi fosil dari kerangka itu mengungkapkan bahwa burung hantu tersebut aktif di siang hari, bukan malam hari, menurut penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Science pada Selasa 29 Maret. Temuan ini menjadi catatan pertama tentang burung hantu purba yang aktif di siang hari.

Tim peneliti yang dipimpin Li Zhiheng dan Thomas Stidham dari Institut Paleontologi Vertebrata dan Paleoantropologi di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China menamai spesies itu Miosurnia diurna mengacu pada kerabat dekatnya yang masih hidup, Burung Hantu Elang Utara diurnal.

Kerangka fosil itu ditemukan di bebatuan deposit pada ketinggian lebih dari 2.100 meter di Cekungan Linxia di Provinsi Gansu, China, atau tepatnya di tepi Dataran Tinggi Qinghai-Tibet, menurut penelitian tersebut, seperti dikutip dari Xinhua, Rabu (30/3/2022).

Fosil tersebut terawetkan hampir seluruh kerangka mulai dari ujung tengkorak kemudian sayap dan kaki hingga tulang ekor, beserta bagian-bagian tubuh yang jarang terlihat sebagai fosil seperti tulang-tulang organ lidah, urat sayap dan otot kaki, bahkan sisa-sisa makanan terakhirnya berupa mamalia kecil.

"Ini adalah pengawetan yang menakjubkan dari tulang mata di tengkorak fosil ini yang memungkinkan kita untuk melihat bahwa burung hantu ini lebih menyukai siang dan bukan malam," kata Li, penulis pertama makalah tersebut.

4 dari 4 halaman

Fosil Stegosaurus

Para ahli paleontologi di Kota Chongqing, China barat daya, menemukan sebuah fosil stegosaurus berusia 169 juta tahun. Fosil itu telah diekskavasi dari sebuah lokasi penggalian fosil besar di wilayah Yunyang.

Ahli paleontologi China dan Inggris mengidentifikasi fosil itu sebagai spesies stegosaurus baru, menurut biro perencanaan dan sumber daya alam kota tersebut.

"Ini merupakan stegosaurus tertua yang pernah ditemukan di Asia dan salah satu fosil stegosaurus paling tua yang digali di seluruh dunia," ujar Dai Hui, peneliti di Biro Eksplorasi Geologi dan Mineral Chongqing.

Menilai dari fosil yang baru digali itu yang mencakup tulang punggung, bahu, kaki, dan tulang rusuk serta lapisan pelindung seperti "baju zirah", spesies baru tersebut memiliki panjang sekitar tiga meter dan tinggi dua meter, dengan dua pasang taji tulang besar di ujung ekornya.

China kaya akan spesies stegosaurus, menyumbang sekitar 40 persen dari jumlah spesies itu di dunia. Sebagian besar fosil stegosaurus tersebar di Sichuan, Chongqing, Xinjiang, Mongolia Dalam, dan Tibet, tutur Dai.

Para peneliti menamai dinosaurus itu Bashanosaurus primitivus. Kata "Bashan" mengacu pada nama kuno untuk daerah Chongqing, dan kata Latin "primitivus" untuk "pertama".

"Bashanosaurus primitivus memberikan bukti fisik baru untuk studi asal-usul stegosaurus," imbuh Dai.

Sebuah artikel penelitian terkait penemuan itu telah dipublikasikan di Journal of Vertebrate Paleontology pada Jumat 4 Maret 2022.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.