Sukses

Jerman Klaim Ketergantungan pada Sumber Daya Energi Rusia Kian Berkurang

Ketergantungan Jerman pada minyak Rusia saat ini 15 persen.

Liputan6.com, Berlin - Ketergantungan Jerman pada sumber daya energi Rusia telah berkurang secara signifikan, kata Presiden Jerman Frank Walter Steinmeier pada Rabu (4/5) saat berkunjung ke Bucharest.

Ketergantungan Jerman pada minyak Rusia saat ini 15 persen, demikian dikutip dari laman Xinhua, Kamis (5/5/2022).

Steinmeier kala itu mengatakan pada konferensi pers bersama dengan timpalannya dari Rumania Klaus Iohannis.

Presiden Rumania mengatakan bahwa negaranya mendukung larangan yang diusulkan Komisi Eropa terhadap minyak Rusia, yang akan dilaksanakan melalui periode penghentian selama enam bulan.

Pihak berwenang di Bucharest sekarang sedang mengerjakan solusi berkelanjutan yang dapat dimobilisasi dengan cepat, kata Iohannis.

"Rumania ingin berperan aktif dalam mencapai tujuan strategis UE untuk mendiversifikasi pasokan gas alamnya," katanya.

Pembicaraan antara kedua pemimpin juga terfokus pada dukungan yang diberikan kepada Ukraina dan pengungsi Ukraina, dukungan untuk aksesi Uni Eropa Republik Moldova, Ukraina dan Georgia, dan harapan Rumania mengenai aksesi ke wilayah Schengen.

Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit pada hari Selasa tentang sanksi pembalasan terhadap individu dan entitas sebagai tanggapan atas "tindakan tidak bersahabat" mereka atas konflik Rusia-Ukraina.

Pemerintah Rusia diperintahkan untuk menyusun daftar individu di bawah sanksi dalam waktu 10 hari.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Joe Biden Bakal Diskusi dengan Pemimpin G7 Soal Sanksi untuk Rusia

Presiden AS Joe Biden mengatakan dia akan berbicara dengan para pemimpin lain dari negara-negara maju Kelompok Tujuh (G7) minggu ini tentang potensi sanksi tambahan terhadap Rusia atas perang yang berlanjut dan intensif di Ukraina.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan Amerika Serikat terus berdiskusi dengan mitranya tentang sanksi lebih lanjut dan dapat mengambil "tindakan tambahan" untuk menekan Moskow. Demikian seperti dilansir dari laman Channel News Asia.

Pada konferensi Wall Street Journal, Yellen tidak akan meninjau tindakan spesifik apa pun yang sedang dipertimbangkan, tetapi menekankan bahwa tindakan lebih lanjut mungkin dilakukan "jika Rusia melanjutkan perang ini melawan Ukraina".

Biden mengatakan kepada wartawan, "Kami selalu terbuka untuk sanksi tambahan" ketika ditanya tentang rencana AS setelah Uni Eropa mengusulkan sanksi terberatnya terhadap Rusia, termasuk embargo minyak bertahap.

"Saya akan berbicara dengan anggota G7 minggu ini tentang apa yang akan kami lakukan atau tidak lakukan," tambah Biden.

Gedung Putih menolak mengatakan kapan Biden akan berbicara dengan para pemimpin negara-negara G7 lainnya - Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, Kanada, dan Italia.

Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki menolak menyebutkan nama oligarki potensial yang dapat ditambahkan ke daftar sanksi AS, tetapi mengatakan Amerika Serikat terus meninjau opsinya.

"Saya akan mengatakan, tidak ada yang aman dari sanksi kami," katanya.

3 dari 4 halaman

Serangan Intensif Rusia

Rusia telah mengintensifkan serangannya di Ukraina timur, kementerian pertahanan Ukraina mengatakan pada hari Rabu, hampir 10 minggu memasuki perang yang telah menewaskan ribuan orang, mencabut jutaan dan meratakan kota-kota Ukraina.

Rusia, yang menyebut tindakannya sebagai "operasi militer khusus", juga meningkatkan serangan terhadap sasaran di Ukraina barat, dengan mengatakan itu mengganggu pengiriman senjata Barat, dan sekutu dekat Rusia Belarus mengumumkan latihan tentara skala besar.

Langkah-langkah baru yang diumumkan oleh UE termasuk sanksi terhadap bank top Rusia dan larangan penyiaran Rusia dari gelombang udara Eropa, serta embargo minyak mentah dalam enam bulan.

Biden telah menghantam Rusia atas apa yang dia sebut "kejahatan perang besar" yang dilakukan di Ukraina, dan telah menggarisbawahi tekadnya untuk meminta pertanggungjawaban Moskow atas peluncuran perang darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

4 dari 4 halaman

Sanksi dari AS untuk Rusia

Washington telah menargetkan bank dan elit Rusia dengan serangkaian sanksi, termasuk langkah bulan lalu yang melarang orang Amerika berinvestasi di Rusia.

Ini bertindak pada bulan Maret untuk melarang minyak Rusia dan impor energi lainnya sebagai pembalasan atas invasi Moskow ke Ukraina, tetapi sebagian besar telah membebaskan transaksi energi dari sanksi keuangannya untuk menghindari secara tidak langsung memukul importir Eropa.

Yellen mengatakan dia yakin sanksi Barat telah berdampak besar pada ekonomi Rusia, membatasi investasi asing dan mencegahnya mengakses barang-barang yang dibutuhkannya untuk bersaing dalam ekonomi global dalam jangka panjang.

Dia mengatakan dorongan UE untuk memotong impor minyak Rusia tahun ini dapat mendorong harga minyak lebih tinggi, dan mengatakan dia perlu melihat bagaimana tepatnya hal itu harus dicapai.

Yellen menambahkan bahwa Amerika Serikat akan bekerja sama dengan Eropa untuk memastikan negara-negara di sana memiliki pasokan yang mereka butuhkan. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.