Sukses

Blunder, Ukraina Minta Maaf Usai Samakan Hitler dan Kaisar Jepang

Pemerintah Ukraina mengirimkan permintaan maaf kepada Jepang karena menyamakan pemimpin Nazi, Adolf Hitler, dan Kaisar Jepang.

Liputan6.com, Tokyo - Pemerintah Ukraina mengaku menyesal karena telah membandingkan Kaisar Hirohito dengan para fasis seperti Adolf Hitler dan Benito Mussolini. Ketiga orang itu adalah bagian dari kekuatan Axis di Perang Dunia II. 

Foto itu muncul pada sebuah video di Twitter. Ukraina berkata sedang melawan "rusisme" yang merupakan gabungan dari kata Rusia dan fasisme. Pemerintah Jepang secara resmi protes pada video tersebut dan Ukraina minta maaf. 

"Permintaan maaf kami secara tulus karena membuat sebuah kesalahan di versi sebelumnya dari video ini. Kami tidak berniat menyinggung masyarakat bersahabat di Jepang. Pada video baru di atas kami telah mengoreksi kesalahannya," tulis Twitter @Ukraine, dikutip Selasa (26/4/2022). 

Menurut laporan Kyodo, Deputi Kepala Kabinet Yoshihiko Isozaki berkata pemakaian foto Kaisar Hirohito tidaklah tepat. 

"Itu tidak patut dan sangatlah disesalkan," ujarnya. 

Namun, Isozaki berkata foto itu telah diganti. Dukungan Jepang kepada Ukraina terkait Rusia pun masih tidak berubah. 

Sejauh ini, Jepang adalah salah satu negara Asia yang sangat tegas mendukung Ukraina melawan invasi Rusia. Negara itu juga memberikan sanksi kepada Rusia, serta menerima warga Ukraina yang datang ke negaranya. 

Jepang dilaporkan menyediakan utang sebesar US$ 300 juta untuk Ukraina, serta persediaan seperti masker gas. 

Kaisar Hirohito adalah penguasa Jepang ketika Perang Sino-Jepang, pendudukan Indonesia, serta Perang Dunia II. Hirohito menyerah usai AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ukraina Minta Bantuan Senjata Lebih Kuat ke Amrik

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengunjungi Ibu Kota Ukraina, Kiev di tengah invasi Rusia memasuki bulan ketiga. Dalam kunjungan itu, Ukraina meminta agar AS memberikan bantuan senjata yang lebih kuat untuk melawan serangan Rusia.

Dilansir laman Channel News Asia, Senin (25/4),  Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan negaranya akan mengatasi "masa-masa kelam", dalam pidato emosional di Katedral Saint Sophia yang berusia 1.000 tahun di Kiev untuk menandai Paskah Ortodoks karena pertempuran di timur membayangi perayaan keagamaan. 

Perjalanan Blinken dan Austin, yang diumumkan sebelumnya oleh Zelensky, akan menjadi kunjungan tingkat tertinggi ke Ukraina oleh pejabat AS sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi ke negara itu pada 24 Februari.

Terkait hal tersebut, Gedung Putih belum mengonfirmasi kunjungan apa pun. Departemen Luar Negeri dan Pentagon menolak berkomentar.

"Kami terinspirasi oleh ketahanan umat Kristen Ortodoks di Ukraina dalam menghadapi perang agresi brutal Presiden Putin," kata Blinken di Twitter. 

"Kami terus mendukung mereka dan, hari ini, kami berharap mereka dan semua orang lain merayakan harapan Paskah dan segera kembali ke perdamaian."

3 dari 4 halaman

Mahasiswa AS Dirikan Dinding Bunga di Ukraina

Bunga-bunga cantik tertempel erat di sebuah dinding di jalanan Ukraina bagian barat. Siapa saja boleh menempelkan bunga di dinding berisikan foto-foto korban meninggal akibat invasi Rusia.

Menurut catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), perang Rusia vs Ukraina yang terjadi sejak 24 Februari 2022 telah menewaskan ribuan orang. Termasuk sedikitnya 2.224 orang warga sipil.

Salah seorang relawan yang bertugas merapikan bunga-bunga, Tetiana Kasian, mengaku hatinya hancur begitu melihat orang-orang yang ada di foto itu.

Dari pria, wanita, sampai anak-anak, semuanya tersenyum. Yang bikin perasaan jadi tidak karuan, beberapa di antaranya bahkan orang-orang yang dia kenal. 

"Ini sungguh memilukan," kata Tetiana kepada wartawan AFP dikutip dari situs Channel News Asia pada Senin, 25 Februari 2022.

"Saya tidak pernah berpikir bahwa itu akan terjadi di Ukraina pada abad ke-21," dia menambahkan.

Pria 32 tahun tersebut mengaku berasal dari kota pelabuhan selatan, Mariupol. Saat ini, kata Tetiana, daerah tempat tinggalnya itu hampir seluruhnya berada di bawah kendali Rusia.

Dengan nada lirih Tetiana pun berkata,"Saya bahkan tidak tahu apakah masih dapat melihat orangtua saya lagi tidak.".

 

 

4 dari 4 halaman

Banyak Korban

AFP menyebut bahwa foto-foto laminasi yang ditampilkan di Lviv tengah hanya mewakili sebagian kecil dari masyarakat yang jadi korban.

Di antara mereka ada pesenam berumur 11 tahun, Kateryna Diachenko, yang mati terbunuh di rumahya di Mariupol akibat tembakan rudal Rusia.

Ada juga paramedis tentara, Valentina Pushich, yang kehilangan nyawanya saat mencoba membantu mengevaluasi warga sipil di dekat ibu kota.

Lalu ada mahasiswa India, Naveen Gyanagoudar, yang tewas di kota timur Kharkiv dalam perjalanan untuk beli makanan.

Lebih lanjut AFP melaporkan bahwa setelah misa pada Minggu Paskah Ortodoks, lusinan orang berhenti di depan tugu peringatan tersebut.

Terlihat seorang wanita tua dengan penuh hati-hati memeriksa beberapa gambar dan setiap nama di bawahnya.

Seorang warga Amerika yang lahir di Venezuela, Leo Soto, rela melakukan perjalanan jauh dari negara bagian Florida, Amerika Serikat, hanya untuk memasang upeti bunga.

"Ini adalah dinding harapan," kata pria 27 tahun yang masih tercatat sebagai mahasiswa sekolah perhotelan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.