Sukses

G20: Indonesia Ingin Ada Dana Global untuk Kebudayaan

Dana Global (Global Fund) menjadi salah satu proposal andalan Indonesia di G20 tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyampakan hasil G20 First Culture Senior Officials Meeting. Unsur kebudayaan menjadi salah satu andalan Indonesia untuk melaksanakan kolaborasi bersama negara-negara G20. 

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid menyebut perlunya dana global (global fund) yang bisa diakses para pekerja di bidang seni. Ide itu akan dikembangkan pada G20 tahun ini.

"Adanya global fund satu dana bersama yang bisa diakses oleh para pelaku budaya," ujar Hilmar Farid dalam konferensi pers virtual, Jumat (22/4/2022).

"Sumbernya (dana) dari negara anggota G20," jelasnya. 

Selain itu, Hilmar mengatakan kekuatan budaya digunakan di G20 Indonesia untuk mewujudkan slogan Recover Together, Recover Stronger. Budaya Indonesia yang majemuk dinilai memberikan pengalaman untuk menyatukan pandangan-pandangan berbeda, termasuk di G20.

"Maka kita lihat kekuatan kita di bidang kebudaaan sangat penting untuk dikomunikasikan di pembicaraan G20 secara keseluruhan," ucap Hilmar. 

Hilmar berharap diskusi mengenai kebudayaan di G20 dapat berlanjut di tahun-tahun mendatang. Isu budaya ini masuk ke working group G20 sejak G20 di Italia. Kerja sama budaya memang sudah terjadi pada level regional, bilateral, dan multilateral, dan diharapkan G20 bisa menunjang kerja sama itu. 

"Dalam konteks platform G20 memang baru presidensi Italia tahun lalu yang secara eksplisit membuat working group dan membuat budaya ini," jelas Hilmar. "Kita ingin di tahun ini hal tersebut bisa berlanjut. Agenda kebudayaan tetap menjadi bagian penting."

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Presidensi G20 Indonesia Capai Konsensus Atasi Kesenjangan Pembiayaan Pengendalian Pandemi

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Sentral Negara G20 membahas beberapa agenda utama, dalam pertemuan kedua IMF-World Bank Group (WBG) 2022 dan 2nd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG). Pembahasan salah satunya kesehatan global.

Para anggota G20 menyepakati bahwa tindakan kolektif dan terkoordinasi untuk mengendalikan pandemi Covid-19 tetap menjadi prioritas.

Anggota G20 mencatat peningkatan angka Covid-19 di beberapa wilayah telah menghambat pertumbuhan, mendisrupsi rantai pasok, dan meningkatkan inflasi, serta memperlambat pemulihan global.

Dalam hal ini, berdasarkan penilaian WHO dan World Bank, terdapat kesenjangan pembiayaan signifikan yang perlu ditangani.

Menkeu, dalam keterangan resminya, mengatakan G20 telah mencapai konsensus untuk mengatasi kesenjangan tersebut melalui pembentukan mekanisme keuangan baru yang didedikasikan untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan untuk kesiapsiagaan, pencegahan dan tindakan terhadap pandemi.

Menurutnya, Dana Perantara Keuangan atau Financial Intermediary Fund (FIF) yang ditempatkan di World Bank adalah opsi paling efektif untuk mekanisme keuangan baru.

Untuk memulai proses pendirian FIF, Presidensi G20 Indonesia perlu mengawal diskusi seputar isu tata kelola dan pengaturan operasional.

Presidensi G20 Indonesia menargetkan mekanisme keuangan baru tersebut dapat terselesaikan sebelum pertemuan tingkat Menteri Kesehatan G20 di bulan Juni mendatang.

Hal tersebut akan menjadi salah satu manfaat nyata dari Presidensi G20 Indonesia, sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

3 dari 3 halaman

Inggris dan Amerika Serikat Walk Out dari Forum G20, Sri Mulyani Santai

Menkeu Sri Mulyani Indrawati menanggapi santai sikap negara adidaya seperti Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Kanada yang melakukan walk out dari forum pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20.

Pertemuan itu berlangsung di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu 20 April 2022 waktu setempat.

Sri Mulyani mengaku tak terkejut atas aksi negara-negara tersebut. Sebab, mereka telah mengultimatum bakal hengkang dari forum jika Rusia ikut terlibat dalam pertemuan.

"Kami sudah tahu negara G7+ akan melakukan itu saat Rusia berbicara. Jadi itu bukan kejutan bagi kami," kata Sri Mulyani dalam sesi teleconference, Kamis (21/4).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menilai, aksi walk out Inggris dan Amerika Serikat tidak mengganggu kekhidmatan forum G20.

Adapun pertemuan G20 ini memang sengaja membahas soal perang antara Rusia dan Ukraina secara lebih insentif. Pasalnya, banyak negara anggota G20 mendesak Rusia menghentikan serangannya ke Ukraina.

"Para negara anggota mengungkapkan keprihatinan mendalam tentang krisis kemanusiaan, dampak ekonomi dari perang, dan menyerukan agar perang bisa berakhir sesegera mungkin," tutur Sri Mulyani.

Menurut dia, perang kedua negara tetangga tersebut bakal semakin menghambat proses pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Selain itu juga mengancam ketahanan pangan global dan mengakibatkan krisis energi.

"Negara-negara berpenghasilan rendah akan sangat terpengaruh (perang Rusia-Ukraina), karena mereka sudah menghadapi banyak tantangan seperti ruang fiskal yang terbatas dan kerentanan utang yang tinggi," tutur Sri Mulyani.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.