Sukses

Joe Biden Tambah Bantuan ke Ukraina Rp 11,8 Triliun Saat Rusia Klaim Rebut Mariupol

Rusia mengklaim telah berhasil merebut Mariupol yang merupakan jalur bagi Moskow menuju wilayah Krimea yang mereka rebut sejak 2014.

Liputan6.com, Jakarta - Kota Mariupol di Ukraina, menjadi salah satu lokasi strategis yang diincar Rusia selama agresi militer berlangsung sejak 24 Februari lalu. Kini Rusia mengklaim telah berhasil merebut Mariupol yang merupakan jalur bagi Moskow menuju wilayah Krimea yang mereka rebut sejak 2014.

Operasi militer Rusia pun kini memasuki fase kedua, dengan fokus di wilayah Donbass, Ukraina timur. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden langsung mengumumkan akan memberikan paket bantuan keamanan tambahan senilai US$ 800 juta atau Rp 11,8 triliun kepada Ukraina untuk membantu menahan gempuran operasi militer Rusia.

Dalam sambutan yang disampaikan dari Ruang Roosevelt Gedung Putih, Biden mengatakan paket tersebut "meliputi artileri berat, senjata, puluhan howitzerdan 144.000 butir amunisi howitzer", serta "dronetaktis tambahan", sembari mengatakan bahwa AS akan terus berbagi "intelijen tepat waktu yang signifikan" dengan Ukraina.

Selain bantuan keamanan, Biden juga mengumumkan bahwa Washington akan memberikan bantuan ekonomi langsung senilai 500 juta dolar AS kepada Kiev untuk membantu pemerintah Ukraina mendukung warga sipil yang menderita akibat perang dan mereka yang menyediakan layanan penting selama konflik.

Dari 3,5 miliar dolar dalam otoritas penarikan langsung presiden terkait Ukraina yang telah disetujui Kongres untuk tahun fiskal 2022, pemerintahan Biden sejauh ini telah menggunakan lebih dari 2,4 miliar dolar. "Pekan depan saya harus mengirim permintaan anggaran tambahan ke Kongres untuk menjaga agar senjata dan amunisi mengalir tanpa gangguan" ke Ukraina, kata Biden, dilansir Xinhua, Jumat (22/4/2022).

Menurutnya, AS akan melarang semua kapal yang berafiliasi dengan Rusia untuk berlabuh di pelabuhan-pelabuhan AS, sebuah "langkah penting lainnya" untuk menghentikan Rusia mendapatkan keuntungan dari sistem ekonomi internasional.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Klaim Rusia Kuasai Mariupol

Sejak awal invasi Rusia, kondisi Mariupol digempur habis-habisan. Masjid Sultan Sulaiman juga tampak rusak akibat peperangan yang terjadi. Warga lokal pun kesulitan mengakses air dan listrik. 

Presiden Rusia Vladimir Putin menyambut gemilang perebutan kota Mariupol. Ia menyebutnya sebagai "pembebasan" dan akan memberi penghargaan ke para tentara yang merebut wilayah negara lain tersebut. 

"Saya ingin mereka semua tahu bahwa kami semua melihat mereka sebagai pahlawan. Inilah bagaimana seluruh rakyat Rusia melihat mereka," ujar Presiden Vladimir Putin, dikutip media pemerintah Rusia, TASS, Jumat (22/4/2022).

Kota Mariupol disebut telah dikuasai pasukan Rusia dan pasukan separatis Republik Rakyat Donetsk. Ada satu tempat yang belum dikuasai, yakni pabrik besi Azovstal yang menjadi benteng terakhir para nasionalis Ukraina.

Presiden Putin meminta agar ada blokade di pabrik tersebut hingga "lalat tak bisa masuk atau keluar". Para pejuang Ukraina yang berada di dalam pabrik juga diberikan tawaran untuk menyerah. 

Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu menyatakan ada 4.000 prajurit Ukraina yang terbunuh dalam pertempuran di Mariupol dan 1.500 lainnya menyerah. Namun, Shoigu tidak mengungkap ada berapa korban jiwa dari pihak Rusia. 

Rusia mengklaim telah mengevakuasi 142 ribu warga Mariupol. Menhan Rusia berkata siap untuk memastikan daerah itu tetap damai.

3 dari 4 halaman

Putin Dikecam

Presiden Rusia Vladimir Putin menuai kecaman besar dari kalangan oligarki negaranya sendiri: Oleg Tinkov. Hartawan di sektor perbankan itu berani angkat suara melawan Vladimir Putin, meski di Rusia tindakan subversif terancam kena sanksi.

Oleg Tinkov berkata peperangan di Ukraina tidak memiliki tujuan apa-apa, namun rakyat tak bersalah tewas.

"Saya tidak melihat SATU pun keuntungan dari perang gila ini! Orang-orang tak bersalah dan tentara tewas," ujar Oleg Tinkov melalui Instagram, dikutip BBC, Kamis (21/4/2022).

Oleg Tinkov adalah miliarder yang kekayaannya tergerus akibat invasi Rusia. Forbes melaporkan ia kehilangan status miliarder pada 2022 karena sahamnya jatuh 90 persen lebih dan kekayaannya turun lebih dari US$ 5 miliar.

Ia merupakan pendiri dari bank digital Tinkoff. Nilai sahamnya juga jatuh di bursa London. Kekayaannya kini sekitar US$ 800 juta. Tinkov tak sendiri, kekayaan CEO Yandex  Arkady Volozh juga merosot usai invasi ke Ukraina terjadi.

 

4 dari 4 halaman

Masalah di Pemerintahan Rusia

Tinkov juga terang-terangan berkata bahwa 90 persen warga Rusia tidak mendukung invasi, dan berkata 10 persen lainnya adalah "moron".

Ia juga menyebut negaranya "shitty" dan penuh nepotisme, penjilat, dan penurut. Hal-hal itu dinilai berdampak pada kualitas militer.

Terkait Presiden Vladimir Putin, Oleg Tinkov meminta tolong ke Barat agar Vladimir Putin diberikan jalan untuk "menyelamatkan mukanya" agar keluar dari situasi invasi ini. 

"Kepada 'kumpulan negara Barat' tolong berikan Mr Putin sebagai jalan keluar yang jelas untuk menyelamatkan wajahnya dan menghentikan pembantaian ini. Tolong jadilah lebih rasional dan manusiawi," ucap oligarki tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.