Sukses

Di Forum G20, Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Central Sepakat Hadapi Tantangan Ekonomi Global

Presidensi Indonesia menargetkan mekanisme keuangan baru tersebut dapat terselesaikan sebelum pertemuan tingkat Menteri Kesehatan G20 di bulan Juni.

Liputan6.com, Washington D.C - Anggota G20 mencatat peningkatan angka COVID-19 di beberapa wilayah telah menghambat pertumbuhan, mendisrupsi rantai pasok, dan meningkatkan inflasi, serta memperlambat pemulihan global.

Dalam hal ini, berdasarkan penilaian WHO dan World Bank, terdapat kesenjangan pembiayaan signifikan yang perlu ditangani.

Menurut Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani, G20 telah mencapai konsensus untuk mengatasi kesenjangan tersebut melalui pembentukan mekanisme keuangan baru yang didedikasikan untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan untuk kesiapsiagaan, pencegahan dan tindakan terhadap pandemi.

"Dana Perantara Keuangan (FIF) yang ditempatkan di World Bank adalah opsi paling efektif untuk mekanisme keuangan baru. Dalam hal ini, untuk memulai proses mendirikan FIF, Presidensi Indonesia perlu mengawal diskusi seputar isu tata kelola dan pengaturan operasional," ujar Sri Mulyani dalam pernyataan persnya di Forum G20 FMCBG, Kamis (21/4/2022) pagi waktu Indonesia.

Presidensi Indonesia menargetkan mekanisme keuangan baru tersebut dapat terselesaikan sebelum pertemuan tingkat Menteri Kesehatan G20 di bulan Juni. Ini akan menjadi salah satu manfaat nyata dari Presidensi G20 Indonesia, sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

Selanjutnya, terkait agenda Aristektur Keuangan Internasional, anggota G20 kembali menegaskan komitmennya untuk mendukung negara-negara berpenghasilan rendah dan rentan, terutama mereka yang berisiko mengalami kesulitan utang.

G20 juga menyambut baik pembentukan Resilience and Sustainability Trust (RST) dan mendorong lebih lanjut pemenuhan ambisi global sebesar USD 100 miliar dari kontribusi sukarela untuk negara-negara yang membutuhkan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Peningkatan Ketahanan dan Pemulihan Aliran Modal

Mengingat situasi saat ini, para anggota mengakui peran penting Bank Pembangunan Multilateral (MDB) untuk mendukung pembiayaan pembangunan di negara-negara yang rentan dan dalam meningkatkan partisipasi sektor swasta.

"Anggota G20 juga berbagi pandangan tentang langkah ke depan untuk meningkatkan ketahanan dan mendukung pemulihan volatilitas aliran modal serta menegaskan kembali komitmen untuk penguatan dan efektivitas Jaring Pengaman Keuangan Global dengan meletakkan IMF sebagai pusatnya."

"G20 akan melanjutkan proses reformasi tata kelola IMF melalui Tinjauan Umum Kuota ke-16 selambat-lambatnya 15 Desember 2023. G20 juga membahas kemajuan dari pelaksaaan Kerangka Kerja Bersama G20 tentang perlakuan utang, dan langkah-langkah selanjutnya untuk memastikan implementasi yang lebih tepat waktu, teratur, dan terkoordinasi serta dapat diprediksi. G20 menyambut baik kesepakatan perlakuan utang untuk Chad dan menantikan pembentukan Komite Kreditur untuk Zambia secara tepat waktu."

"Terakhir, mengenai agenda keuangan berkelanjutan, anggota G20 kembali mengaskan bahwa keuangan berkelanjutan sangat penting untuk pemulihan ekonomi global yang hijau, tangguh, dan inklusif serta pencapaian Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan."

Anggota G20 membahas komitmen yang dicapai pada bulan Februari untuk memastikan implementasi dari Peta Jalan Keuangan Berkelanjutan G20.

Hal ini termasuk mengembangkan kerangka kerja sukarela dan tidak mengikat untuk transisi keuangan, meningkatkan kredibilitas komitmen lembaga keuangan, dan mengembangkan alat kebijakan demi meningkatkan instrumen keuangan berkelanjutan dengan fokus pada peningkatan aksesibilitas dan keterjangkauan.

Konsensus ini akan sangat mendukung salah satu target utama Presidensi G20 Indonesia dalam melakukan transisi energi yang adil dan terjangkau (just and affordable).

3 dari 4 halaman

Kecam Perang Rusia-Ukraina

Dalam meeting G20 FMCBG, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani menyampaikan konsentrasi para anggota member terhadap isu Rusia-Ukraina yang terjadi.

"Meeting dihadiri oleh anggota G20 dengan berbagai negara lain, termasuk Ukraina ditambah dengan kelompok dan organisasi internasional," ujar Sri Mulyani dalam pernyataan persnya, pada Kamis (21/4/2022) pagi secara virtual waktu Indonesia.

"Meeting dilakukan di bawah situasi berat, di mana Rusia melakukan serangan terhadap Ukraina. Terus berlanjut dan mempengaruhi sejumlah negara di luar Eropa," ujar Sri Mulayani.

Dalam pertemuan tersebut, anggota member G20 menaruh perhatian pada masalah yang dihasilkan, seperti krisis kemanusiaan.

"Anggota G20 menyampaikan perhatiannya yang mendalam atas situasi ini, terutama krisis kemanusiaan, dampak ekonomi dan financial dari perang dan meminta diakhirnya perang secepatnya," ujar Sri Mulyani.

"Banyak negara mengutuk perang tersebut yang melanggar banyak hal, terutama hukum kekerasan internasional. Sejumlah anggota menaruh perhatian pada konsekuensi ekonomi dari sanksi yang akan berlaku."

Efek lain yang ditumbulkan juga disampaikan oleh Sri Mulyani, dimana negara-negara kecil pada ujungnya akan menerima imbas dari permasalahan tersebut.

"Para anggota member membagikan pandangannya terhadap perang yang hanya akan memperlama proses pemulihan ekonomi dunia."

"Konsentrasi mereka juga mengarah pada ketahanan pangan dan krisis energi. Low income dan negara miskin akan menjadi yang paling terdampak dari masalah yang penuh tantangan ini."

4 dari 4 halaman

G20 Pegang Peran Krusial

Dalam sesi konferensi pers setelah acara, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, "Anggota G20 menekankan peran krusial G20 sebagai forum kerja samaekonomi internasional, untuk mengatasi tantangan ekonomi dunia yang kompleks.

Maka dariitu, para anggota juga mendukung langkah penyesuaian terhadap agenda yang tengah berjalan guna menanggulangi dampak ekonomi dari perang, sambil tetap menjaga komitmen untuk mencari solusi bagi tantangan global yang telah berlangsung lama agar dunia pulih kembali dengan kuat secara berkelanjutan, inklusif, dengan pertumbuhan yang seimbang.

"Sebagai pemegang Presidensi G20 saat ini, Indonesia menjamin dialog terbukauntuk meraih konsensus dalam isu-isu penting yang memengaruhi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapainya, Indonesia mengadopsi sejumlah prosedur yang telah disepakati sejak presidensi-presidensi sebelumnya, di antaranya memiliki kewajiban untuk mengundang seluruh anggota G20 ke dalam pertemuan dan mengawal diskusi secara efektif demi mencari solusi yang melibatkan suara semua anggota."

Indonesia telah menerima dukungan penuh dari anggota untuk bekerja sama mengatasi tantangan global, sembari tetap mengusung agenda utama Presidensi Indonesia, Recover Together, Recover Stronger. Dengan semangat multilateralisme, para anggota dapat mencapai konsensus dipertemuan kedua FMCBG hari ini."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.