Sukses

Survei Pemerintah: Perlakuan Terhadap Wanita di Korea Selatan Tak Setara dengan Pria

Pada hasil survei yang baru dirilis pemerintah menunjukkan, lebih dari separuh penduduk Korea Selatan mengatakan bahwa kaum perempuan masih diperlakukan tidak setara dengan laki-laki.

Liputan6.com, Jakarta - Setiap lima tahun sekali, Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga Korea Selatan melakukan jajak pendapat. Pada hasil survei yang baru dirilis pemerintah menunjukkan, lebih dari separuh penduduk Korea Selatan mengatakan bahwa kaum wanita masih diperlakukan tidak setara dengan pria.

Menurut survei tersebut, sebanyak 53,4 persen responden mengatakan Korea Selatan adalah masyarakat yang tidak setara untuk wanita pada 2021. Angka tersebut turun dari 62,6 persen yang tercatat lima tahun lalu.

Jajak pendapat ini dilakukan pada 2021 terhadap 8.358 responden, yang mencakup 4.351 wanita dan 4.007 pria berusia 15 tahun atau lebih.

Banyaknya responden wanita berusia 20-an dan 30-an tahun yang berpendapat bahwa Korea Selatan bukanlah masyarakat yang setara bagi wanita masing-masing mencapai 73,4 persen dan 76,8 persen, sedangkan untuk responden pria berusia 20-an dan 30-an tahun masing-masing mencapai 29,2 persen dan 40,7 persen.

Jumlah responden yang mengatakan bahwa pria diperlakukan tidak setara dengan wanita masing-masing mencapai 6,7 persen untuk responden wanita dan 17,0 persen untuk responden pria.

Dari total jumlah tersebut, sebanyak 68,9 persen mengatakan istri sepenuhnya atau sebagian besar melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak dalam keluarga. Mereka yang mengatakan pria harus menjadi pencari nafkah utama keluarga mencapai 29,9 persen dari total responden pada 2021, turun dari 42,1 persen pada 2016. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Cabut Sebagian Aturan Pembatasan COVID-19

Korea Selatan mencabut hampir semua tindakan pencegahan COVID-19 pada Senin 18 April. Pencabutan itu sebagai langkah besar menuju kembali ke kehidupan normal ketika varian Omicron surut dan infeksi harian turun ke level terendah lebih dari dua bulan di bawah 50.000 kasus. 

Jam malam di restoran dan bisnis lainnya dicabut, bersama dengan batas 10 orang yang diizinkan untuk berkumpul. Mulai pekan depan, masyarakat akan diperbolehkan makan jajan di bioskop dan fasilitas publik dalam ruangan lainnya seperti stadion,s seperti dikutip dari laman Channel News Asia.

Namun, orang-orang masih diharuskan memakai masker, dengan pemerintah berencana untuk meninjau apakah akan mencabut aturan untuk masker di luar ruangan dalam dua minggu.

Pelonggaran aturan terjadi ketika jumlah kasus virus corona di Korea Selatan turun menjadi 47.743 pada Senin, terendah sejak 9 Februari, setelah melayang di lebih dari 620.000 sehari pada pertengahan Maret.

Beberapa aturan, bagaimanapun, tetap termasuk karantina wajib untuk pelancong yang tidak divaksinasi dan tes PCR negatif untuk yang divaksinasi penuh.

Korea Selatan sebagian besar telah berhasil membatasi kematian dan kasus kritis melalui vaksinasi yang meluas, dan telah mengurangi upaya penelusuran dan penahanan agresif yang menjadikannya kisah sukses mitigasi dari sebagian besar dua tahun pertama pandemi.

Hampir 87 persen dari 52 juta populasi telah divaksinasi lengkap, dengan 64 persen juga memiliki booster, menurut data Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea.

3 dari 4 halaman

Aturan bagi Pekerja

Sejalan dengan pelonggaran aturan, perusahaan secara bertahap kembali ke kantornya.

Sebagian besar staf di pembuat baja raksasa POSCO telah kembali ke kantor mereka bulan ini , menjadi salah satu perusahaan besar pertama yang membawa orang kembali.

LG Electronics mengatakan telah mengurangi proporsi karyawan yang bekerja dari rumah menjadi 30 persen dari 50 persen mulai Senin, sambil menghapus batas jumlah orang yang diizinkan dalam rapat.

Samsung Electronics mengatakan belum menerapkan rencana back-to-office dan sektor publik juga menunggu pedoman baru pemerintah.

Bank of Korea, yang memiliki 30 persen staf kantor pusatnya yang bekerja dari rumah, sedang mempertimbangkan untuk melonggarkan pedomannya, kata para pejabat.

Pemerintah telah merekomendasikan tempat kerja dengan 300 atau lebih karyawan mengadopsi jam kerja yang fleksibel dan memiliki 10 persen staf bekerja dari rumah.

4 dari 4 halaman

Kasus Sempat Melonjak

Kasus COVID-19 di China, Hong Kong, dan Korea Selatan sedang melonjak tinggi. Para pihak berwenang pun kesulitan untuk mengambil keputusan melonggarkan protokol kesehatan COVID-19.

Dilaporkan news18, China memutuskan untuk mengambil kebijakan lockdown bagi 30 juta orang. Di Hong Kong, tempat kremasi mulai kewalahan.

Korea Selatan mencatat rekor baru kasus harian COVID-19, yakni mencapai 600 ribu kasus akibat varian Omicron. Angka harian itu adalah yang tertinggi selama pandemi di Korsel.

Berdasarkan laporan WHO, Korea Selatan kini menjadi yang nomor satu di dunia dalam jumlah kasus baru di 7 hari terakhir dengan total 2,4 juta infeksi.

Sementara, Israel juga mencatat varian baru. Para otoritas lantas khawatir atas kasus tersebut. Strain terbaru itu adalah kombinasi dari dua sub-varian Omicron. Kasus itu terdeteksi di dua penumpang yang tiba di bandara Ben Guiron.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.