Sukses

PM Inggris Boris Johnson Dilarang Masuk ke Rusia

Rusia melarang masuk PM Inggris Boris Johnson. Sebelumnya, PM Johnson berkunjung ke Ukraina.

Liputan6.com, London - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan sejumlah koleganya dilarang masuk Rusia. Alasan Rusia karena Inggris memiliki pendirian yang bermusuhan dengan Rusia.

Sebelumnya, PM Boris Johnson mengadakan kunjungan kejutan ke Ukraina. Ia bertemu Presiden Volodymyr Zelensky.

Dilaporkan BBC, Sabtu (16/4/2022), pemerintahan Inggris dinilai berusaha mengisolasi Rusia di dunia internasional, sehingga memicu kesulitan ekonomi di dalam negeri Rusia.

Pemerintahan Inggris juga dikritik Rusia karena mengirimkan bantuan senjata ke Ukraina. 

Selain PM Boris Johnson, ada juga nama Menteri Luar Negeri Liz Truss, Menteri Pertahanan Ben Wallace, serta sejumlah anggota kabinet. Langkah ini juga merupakan sanksi balasan dari Rusia.

Pemimpin Skotlandia, Nicola Sturgeon, juga kena sanksi, begitu pula antan Perdana Menteri Inggris, Theresa May.

Nama pejabat Inggris lain yang dilarang masuk Rusia adalah:

- Dominic Raab (Deputi Perdana Menteri, Lord Chancellor, dan Menteri Negara untuk Kehakiman)

- Grant Shapps (Menteri Negara untuk Transportasi)

- Priti Patel (Menteri Dalam Negeri)

- Rishi Sunak (Chancellor)

- Kwasi Kwarteng (Menteri Kewirausahawan, Energi, dan Strategi Industri)

- Nadine Dorries (Menteri Digitalisasi, Budaya, Media, dan Olahraga)

- James Heappey (Menteri Angkatan Bersenjata)

- Nicole Sturgeon (Menteri Pertama Skotlandia)

- Suella Braverman (Jaksa Agung Inggris dan Wales dan advokat utama untuk Irlandia Utara)

- Theresa May (anggota parlemen dan mantan Perdana Menteri Inggris)

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rusia Resmi Protes Bantuan Militer AS untuk Ukraina

Rusia telah secara resmi mengeluarkan protes kepada Amerika Serikat atas bantuan militernya ke Ukraina.

Moskow memperingatkan "konsekuensi yang tidak dapat diprediksi" jika pengiriman persenjataan canggih dilanjutkan, media AS melaporkan sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (16/4/2022).

Dalam sebuah catatan diplomatik minggu ini, Moskow memperingatkan Amerika Serikat dan NATO agar tidak mengirim senjata "paling sensitif" bagi Kiev untuk digunakan dalam konflik dengan Rusia, dengan mengatakan pengiriman tersebut "menambah bahan bakar" ke situasi dan bisa datang dengan "konsekuensi yang tidak dapat diprediksi", Washington Post melaporkan.

Peringatan itu datang pada minggu yang sama ketika Presiden AS Joe Biden menjanjikan paket bantuan militer baru senilai US$ 800 juta untuk Ukraina, termasuk helikopter, howitzer dan pengangkut personel lapis baja.

"Apa yang Rusia katakan kepada kami secara pribadi adalah persis apa yang telah kami katakan kepada dunia secara terbuka - bahwa sejumlah besar bantuan yang telah kami berikan kepada mitra Ukraina kami terbukti sangat efektif," kata seorang pejabat senior pemerintah – yang berbicara dengan syarat anonim tentang catatan itu.

Kementerian Luar Negeri AS menolak mengomentari laporan catatan resmi tersebut.

"Kami tidak akan mengkonfirmasi korespondensi diplomatik pribadi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri.

"Apa yang dapat kami konfirmasikan adalah bahwa, bersama dengan sekutu dan mitra, kami memberi Ukraina bantuan keamanan senilai miliaran dolar, yang digunakan mitra Ukraina kami untuk efek luar biasa untuk mempertahankan negara mereka terhadap agresi Rusia yang tidak beralasan dan tindakan kekerasan yang mengerikan."

3 dari 4 halaman

Korespondensi Diplomatik Formal

Menurut New York Times yang mengutip pejabat AS, catatan itu dikirim melalui saluran normal, dan tidak ditandatangani oleh pejabat senior Rusia.

Korespondensi formal menunjukkan Rusia prihatin dengan dukungan material Amerika Serikat yang sedang berlangsung untuk Ukraina, seorang pejabat AS anonim mengatakan kepada CNN.

CNN juga melaporkan bahwa satu sumber yang akrab dengan dokumen itu mengatakan keluhan itu bisa berarti Moskow bersiap-siap untuk mengadopsi sikap yang lebih agresif terhadap Amerika Serikat dan NATO ketika invasi ukraina terus berlanjut.

Biden mengatakan kepada mitranya dari Ukraina Volodymyr Zelensky tentang paket bantuan senjata baru melalui telepon pada hari Rabu, ketika Rusia memfokuskan kembali upayanya ke arah timur, garis depan baru perang tujuh minggu.

"Ketika Rusia bersiap untuk mengintensifkan serangannya di wilayah Donbas, Amerika Serikat akan terus memberi Ukraina kemampuan untuk mempertahankan diri," kata Biden.

"Paket bantuan baru ini akan berisi banyak sistem senjata yang sangat efektif yang telah kami sediakan dan kemampuan baru yang disesuaikan dengan serangan yang lebih luas yang kami harapkan akan diluncurkan Rusia di Ukraina timur."

Zelensky mengatakan di Twitter bahwa dia dan Biden telah membahas "paket tambahan bantuan keuangan makro defensif dan mungkin".

Bantuan baru termasuk beberapa peralatan yang lebih berat yang sebelumnya ditolak Washington untuk diberikan kepada Kyiv karena takut meningkatkan konflik dengan Rusia yang bersenjata nuklir, dan datang setelah bantuan senjata sebelumnya sudah dipasok ke tentara Ukraina.

4 dari 4 halaman

Perang Rusia-Ukraina Bikin Ekonomi Global Kian Terpuruk

Dalam sudut pandang ekonomi, Menteir Keuangan Sri Mulyani Indrawati invasi yang dilakukan Rusia di Ukraina pada pertengahan Februari lalu telah mengganggu momentum pemulihan ekonomi global.

Sebelumnya berbagai lembaga dunia memperkirakan pemulihan ekonomi pada 2022 akan lebih optimis dan semakin membaik. Sebaliknya, saat ini lembaga tersebut ramai-ramai mengoreksi ramalan pertumbuhan ekonomi global.

"Ekonomi global dihadapkan ke risiko baru yang tinggi dan membuat proyeksi perekonomian dunia merosot," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Sabtu (16/4/2022).

Lembaga dunia OECD telah mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 4,5 persen menjadi hanya 3,5 persen. Bank Dunia juga melakukan hal yang sama. Semula proyeksinya 4,4 persen kini menjadi 3,5 persen.

IMF pada Januari 2022 telah mengoreksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini dari 4,9 persen menjadi 4,4 persen. Diperkirakan IMF akan kembali mengubah proyeksinya menjadi lebih rendah lagi.

"Proyeksi IMF diprediksi akan turun lagi," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.