Sukses

Iran Akui Negosiasi Nuklir Berlangsung dengan Baik

Iran mengatakan negosiasi nuklir berlangsung baik dan akan kembali kesepakatan nuklir 2015.

Liputan6.com, Teheran - Pemimpin tertinggi Iran mengatakan negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 “berjalan dengan baik”.

Ia juga mengatakan bahwa masa depan negaranya tidak boleh dikaitkan dengan keberhasilan atau runtuhnya pembicaraan nuklir dengan negara-negara kuat dunia, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (14/4/2022).

Ayatollah Ali Khamenei menyampaikan komentar itu pada hari Selasa (12/4), seperti dilaporkan oleh media pemerintah Iran, sebulan setelah satu tahun pembicaraan tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat terhenti.

“Tentu saja, alhamdulillah, tim perunding kami telah menolak intimidasi dan tuntutan berlebihan dari pihak lain, dan akan terus melakukannya dengan bantuan Tuhan, tidak diragukan lagi.”

Kedua negara saling menyalahkan karena kurangnya kemauan politik untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada.

Pada tahun 2018, Presiden Donald Trump meninggalkan kesepakatan nuklir itu dan menerapkan kembali sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.

Setahun kemudian, Iran mulai melanggar batasan yang pada program nuklirnya sesuai perjanjian 2015 untuk mempersulit pengembangan bom.

Iran mengatakan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menlu Iran: Kesepakatan Nuklir Akan Tercapai Jika AS Realistis

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian sebelumnya, pada Senin mendesak Amerika Serikat untuk menjadi "realistis" untuk membantu mencapai kesepakatan dalam pembicaraan Wina yang bertujuan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).

Diplomat Iran mengatakan dalam sebuah tweet bahwa "tuntutan berlebihan" dari Amerika Serikat dapat menyebabkan jeda dalam negosiasi Wina karena Iran "tidak akan pernah menyerah" pada tuntutan tersebut.

Amir-Abdollahian juga menunjukkan bahwa "kesepakatan dapat dicapai jika Amerika Serikat realistis."

Sebelumnya pada hari itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan bahwa Amerika Serikat harus bertanggung jawab atas penundaan pembicaraan di Wina.

Iran menandatangani JCPOA dengan kekuatan dunia pada Juli 2015. Namun, mantan Presiden AS Donald Trump menarik Amerika Serikat keluar dari perjanjian pada Mei 2018 dan menerapkan kembali sanksi sepihak terhadap Teheran, mendorong republik Islam itu untuk mengurangi beberapa komitmen nuklirnya di bawah kesepakatan sebagai pembalasan.

3 dari 4 halaman

Upaya Kembali Capai Kesepakatan

Sejak April 2021, delapan putaran pembicaraan telah diadakan di Wina antara Iran dan pihak-pihak JCPOA yang tersisa, yaitu China, Rusia, Inggris, Prancis, dan Jerman, untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu.

Selama beberapa minggu terakhir, laporan dari Wina menunjukkan bahwa para perunding "dekat" dengan kesepakatan dengan beberapa masalah utama yang tersisa yang membutuhkan "keputusan politik" dari para pihak.

Washington mengatakan, pada Rabu (16/3), bahwa pihaknya “sudah hampir mencapai” kesepakatan dengan Iran untuk menghidupkan kembali perjanjian tahun 2015 yang memungkinkan negara-negara Barat melonggarkan sanksi terhadap Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir Teheran.

Hal itu merupakan tanda kemajuan terbaru menyusul kebuntuan yang berkepanjangan yang selama ini terjadi.

Berhari-hari setelah Rusia memyampaikan tuntutan yang tampaknya akan membahayakan pembicaraan di Wina mengenai pemulihan perjanjian tersebut, Sinyal positif terlihat pada minggu ini yang menandakan bahwa kesepakatan nuklir akhirnya dapat tercapai.

Kesepakatan tersebut termasuk pembebasan dua warga negara Inggris keturunan Iran pada Rabu (16/3) setelah sebelumnya ditahan selama bertahun-tahun di Iran, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (18/3/2022).

Selain itu, beberapa masalah yang masih harus diselesaikan sebagai bagian dari menghidupkan kembali perjanjian tahun 2015 itu, kini telah menyempit menjadi hanya dua.

4 dari 4 halaman

Upaya Negosiasi

Negosiasi dimulai pada April lalu antara Inggris, China, Prancis, Jerman, Iran dan Rusia, dengan Amerika Serikat yang menjadi pihak yang tidak langsung terlibat dalam negosiasi.

“Kami hampir mencapai kesepakatan, tapi kami belum sampai di sana,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price. “Kami pikir masalah yang tersisa dapat dijembatani,” tambahnya.

Berbicara kepada para wartawan, Price menolak untuk mengkonfirmasi klaim Teheran bahwa hanya ada dua masalah akhir yang harus diselesaikan, turun dari sebelumnya empat masalah, sebelum negara itu setuju untuk memulihkan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) enam pihak yang bertujuan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.