Sukses

AS Sebut Indonesia Negara Kunci dalam Implementasi Hasil Kesepakatan COP26

John Kerry mengatakan bahwa Amerika Serikat terus berupaya mengimplementasikan hasil kesepakatan tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Utusan khusus Presiden Amerika Serikat untuk urusan iklim atau Special Presidential Envoy for Climate John Kerry mengatakan bahwa Indonesia adalah negara kunci dalam implementasi kesepakatan COP26.

Dalam pengarahan pers melalui telepon tentang Konferensi dan Hasil Laut, John Kerry mengatakan bahwa Amerika Serikat terus berupaya mengimplementasikan hasil kesepakatan tersebut.

"Kami bekerja sangat dekat dengan negara-negara kunci di COP26 untuk mengimplementasikan kesepakatan dalam pertemuan di Glasglow," kata Kerry dalam Telephonic Press Briefing on Our Ocean Conference and Outcomes, Rabu (13/4/2022) sore WIB.

"Dan salah satu key countries (negara kunci) adalah Indonesia. Saya membangun banyak komunikasi dengan Menteri Luhut," ujar John Kerry.

John Kerry juga menyebut bahwa Amerika Serikat akan siap membantu Indonesia dalam merealisasikan kesepakatan COP26, salah satunya adalah masa deforesasi.

"Kami juga punya tim di Indonesia saat ini," ujar Kerry.

"Indonesia sangat menghargai upaya menghentikan penggundulan hutan. Kami sangat aktif mengimplementasikan apa yang telah disepakati di Glasgow."

"Kami juga siap membantu Indonesia menangani masalah ini dengan teknologi dan financial," jelas Kerry.

Sementara itu, Asistant Secretary Amerika Serikat untuk urusan Ocean and International Environmental and Scientific Affairs Monica Medina, mengatakan bahwa isu lingkungan juga akan dibahas di KTT G20.

Tahun ini Indonesia memegang keketuaan G20 dan salah satu isu yang turut dibahas adalah urusan lingkungan dan perubahan iklim.

"Hal terpenting lainnya soal Indonesia dan G20 yaitu akan melakukan diskusi terbuka soal lautan yang menjadi bagian dari masalah lingkungan dunia," ujar Medina.

"Ini merupakan satu langkah maju ke depan dan sebuah progres bagi negara-negara anggota G20."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

AS-Indonesia Terus Kurangi Emisi Karbon

Sebelumnya, Penasihat Senior untuk Utusan Khusus Presiden AS Urusan Iklim, Robert Blake menyebut realisasi hasil kesepakatan dalam pertemuan para petinggi dunia di KTT COP26 terus dilakukan, terutama menjelang KTT G20 di Indonesia.

Dalam kunjungannya ke Indonesia pada Maret 2022, Robert Blake menyebut bahwa berbagai upaya dilakukan, di antaranya pembentukan kelompok koordinasi berbagai negara.

"Kami membentuk kelompok untuk berkoordinasi tentang bagaimana berbagai negara dapat bekerja sama untuk mengembangkan kerja sama itu. Dan sektor apa yang ingin diprioritaskan Indonesia sebagai bagian dari kerja sama tersebut," ujar Robert Blake pada roundtable event bersama awal media di Jakarta, Rabu (16/3/2022).

"Kedua, seperti yang saya sebutkan, Indonesia adalah salah satu penandatangan kebijakan di KTT COP26 terutama inisiatif Net Zero. Dan seperti yang saya katakan sebelumnya, itu akan menjadi bagian yang sangat penting."

Robert Blake mengarakan bahwa AS memiliki grup seperti Laboratorium Energi Terbarukan Nasional dan telah bekerja di sini selama bertahun-tahun, dan memiliki keahlian mendalam di Indonesia.

"Ketiga yang ingin saya sebutkan adalah penggundulan hutan. Sekali lagi Indonesia membuat komitmen penting di kebijakan COP26 dan kami sudah bekerja sangat ekstensif melalui program di USAID kami."

"Dan sekali lagi, di sini kami dapat memberi Anda lembar fakta tentang apa yang terlibat, tapi itu pada dasarnya untuk mendukung. Anda tahu hutan dan penggunaan lahan yang lebih hijau. Dan kami telah melakukan banyak pekerjaan di dalam kawasan hutan. Kami ingin berbuat lebih banyak, dan sekali lagi, kami menyambut baik hal ini."

3 dari 4 halaman

Hasil Kesepakatan KTT COP26

Kesepakatan yang bertujuan untuk mencegah perubahan iklim yang berbahaya telah dicapai pada KTT COP26 di Glasgow.

Pakta Iklim Glasgow adalah kesepakatan iklim pertama yang secara eksplisit berencana untuk mengurangi batu bara, bahan bakar fosil terburuk untuk gas rumah kaca.

Kesepakatan itu juga menekan pengurangan emisi yang lebih mendesak dan menjanjikan lebih banyak uang bagi negara-negara berkembang - untuk membantu mereka beradaptasi dengan dampak iklim.

Tetapi janji itu tidak cukup jauh untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5C.Komitmen untuk menghapus batubara yang termasuk dalam rancangan negosiasi sebelumnya menyebabkan penyelesaian dramatis setelah India memimpin oposisi terhadapnya.

4 dari 4 halaman

Jokowi Janji Akan Kebut Restorasi Hutan

Presiden Jokowi ikut berkomitmen dalam Deklarasi Hutan dan Penggunaan Lahan di COP26 Glasgow. Poin utama dalam deklarasi itu adalah untuk mengebut pemulihan atau restorasi hutan.

Total ada 114 pemimpin yang ikut deklarasi tersebut, termasuk juga Kanada, China, Rusia, Brasil, dan Kongo. Mereka semua mendukung 85 persen hutan yang mencakup lebih dari 13 juta mil persegi.

Area tersebut menyerap sepertiga CO2 global yang berasal dari bahan bakar fosil setiap tahunnya.

"Hutan-hutan adalah salah satu pertahanan kita terhadap perubahan iklim yang berbahaya," ujar Alok Sharma, Presiden COP26, dalam pernyataan resmi.

"Momen bersejarah ini akan membantu mengakhiri dampak menghancurkan dari deforestasi dan mendukung negara-negara berkembang dan komunitas masyarakat asli daerah yang merupakan penjaga banyak kawasan hutan dunia," lanjutnya.

Alok Sharma pun turut mengingatkan pentingnya membatas kenaikan suhu bumi pada 1,5 derajat celcius.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.