Sukses

Kanselir Austria Bakal Temui Vladimir Putin di Moskow Hari Ini, Bahas Apa?

Pemimpin Austria akan menemui Presiden Rusia Vladimir Putin hari ini.

Liputan6.com, Jakarta - Kanselir Austria Karl Nehammer akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow pada Senin (11 April), kata juru bicara pemerintah Austria, dalam pertemuan tatap muka pertama antara Putin dan seorang pemimpin Uni Eropa sejak Rusia melakukan invasi ke Ukraina.

"Saya akan bertemu Vladimir #Putin di Moskow besok," tulis Nehammer di Twitter.

"Kami netral secara militer, tetapi (memiliki) posisi yang jelas tentang perang agresi Rusia melawan #Ukraina," tulisnya, merujuk pada posisi Austria. 

"Itu harus dihentikan! Perlu koridor kemanusiaan, gencatan senjata & penyelidikan penuh atas kejahatan perang."

Dilansir dari laman Channel News Asia, Senin (11/4/2022), juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengkonfirmasi kepada kantor berita RIA bahwa Putin akan mengadakan pembicaraan dengan Nehammer pada hari Senin.

Pertemuan yang direncanakan dengan pemimpin Rusia itu mengikuti perjalanan Nehammer ke Ukraina pada hari Sabtu, di mana kanselir Austria bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.

Putin sebagian besar telah dijauhi oleh para pemimpin Barat sejak awal konflik, meskipun ia bertemu dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett di Kremlin pada awal Maret.

Austria Netral telah memberikan bantuan kemanusiaan ke Ukraina serta helm dan pelindung tubuh untuk warga sipil daripada senjata. Nehammer, seorang konservatif, tampak tergerak oleh percakapan telepon dengan Zelenskiy dan mengatakan dia ingin menunjukkan dukungan.

Nehammer mengatakan di Twitter bahwa dia telah memberi tahu "mitra Eropa" lainnya mengenai kunjungannya ke Moskow, termasuk Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Turki Tayyip Erdogan dan juga presiden Ukraina.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

UE Pertimbangkan Sanksi Berat

Uni Eropa menyatakan Senin (4/4) akan mengadakan pembahasan mengenai babak baru sanksi terhadap Rusia, menyusul laporan mengenai kekejaman di kota-kota Ukraina yang telah diduduki pasukan Rusia.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengemukakan dalam sebuah pernyataan bahwa Uni Eropa “akan memajukan, karena masalahnya mendesak, pembahasan mengenai sanksi-sanksi lebih lanjut terhadap Rusia.”

Borrell mengatakan, “Pembantaian di kota Bucha dan kota-kota lain di Ukraina akan tercantum dalam daftar kekejaman yang dilakukan di tanah Eropa.”  

Sanksi-sanksi akan dibahas pekan ini. Para menteri luar negeri Uni Eropa akan dapat membacanya di sela-sela pertemuan NATO akhir pekan ini atau pada pertemuan rutin mereka pekan depan.

Pernyataan Borrell menyebutkan bahwa Uni Eropa akan menawarkan bantuan untuk para jaksa penuntut Ukraina yang mengumpulkan dan mengamankan “bukti kejahatan perang.”

Uni Eropa juga mendukung investigasi terhadap kejahatan yang dilakukan Mahkamah Kejahatan Internasional dan komisioner HAM PBB, menurut pernyataan itu.

3 dari 5 halaman

Sikap AS Terhadap Rusia

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengecam keras Rusia, menuduh negara itu melakukan kekejaman perang di Ukraina, sewaktu dunia menyaksikan gambaran sekilas pertama mayat-mayat warga Ukraina yang dibiarkan di jalan-jalan Bucha, pinggiran Kota Kiev, setelah pasukan Rusia meninggalkan daerah itu.

“Kami tidak dapat menahan rasa terkejut ini,” kata Blinken dalam acara di televisi CNN, State of the Union".

“Kita tidak dapat bungkam atas hal ini. Kita tidak dapat menganggap hal ini normal.”

Blinken mengatakan AS akan “berusaha keras mendokumentasikan” kejahatan perang Rusia di Ukraina meskipun Ukraina mengklaim telah merebut kembali wilayah utara-tengah di sekitar ibu kota. Pasukan Moskow telah ditarik dari wilayah Kiev untuk memusatkan serangan baru di kota-kota di bagian selatan di pinggiran Laut Hitam dan wilayah Donbas yang diperebutkan di bagian timur Ukraina.

Sementara itu, direktur Human Rights Watch wilayah Eropa dan Asia Tengah mengemukakan dalam sebuah pernyataan bahwa “kasus-kasus yang kami dokumentasikan merupakan kekejaman dan kekerasan yang disengaja dan tak terperikan terhadap warga sipil Ukraina.” Hugh Williamson menambahkan, “Pemerkosaan, pembunuhan dan tindak kekerasan lainnya terhadap orang-orang dalam tahanan pasukan Rusia harus diselidiki sebagai kejahatan perang.”

4 dari 5 halaman

Tudingan Genosida di Bucha

Mengacu pada mayat-mayat di jalan-jalan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan dalam acara Face the Nation di CBS, “Sungguh, ini adalah genosida.”

Ia mengatakan Ukraina “dihancurkan dan dimusnahkan” oleh pasukan Rusia.

Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengatakan kepada CNN, “Ini adalah kekejaman terhadap warga yang belum pernah kami lihat selama puluhan tahun” di Eropa.

“Ini merupakan tanggung jawab Presiden (Rusia Vladimir) Putin untuk mengakhiri perang.”

Sementara Sekjen PBB Antonio Guterres mencuit di Twitter, “Saya sangat terguncang oleh foto-foto warga sipil yang tewas di Bucha, Ukraina. Penting sekali adanya investigasi independen yang mengarah pada akuntabilitas yang efektif.”

Kementerian Pertahanan Rusia sendiri mengemukakan dalam sebuah pernyataan hari Minggu bahwa pihaknya tidak membunuh warga sipil di Bucha dan mengklaim bahwa rekaman video dan foto-foto yang menunjukkan mayat itu merupakan “provokasi lainnya” oleh Barat. Rusia meminta Dewan Keamanan untuk mengadakan pertemuan hari Senin untuk membahas tindakan “orang-orang Ukraina radikal” di Bucha.

5 dari 5 halaman

UE Setop Beli Gas Rusia

Menurut Badan Energi Internasional, 45% anggaran negara Rusia pada tahun 2021 berasal dari pendapatan minyak dan gas alam. Menurut informasi yang dikutip dari DW Indonesia, Senin (10/4/2022), selama ini pelanggan besarnya adalah negara-negara Eropa.

Untuk gas alam, hampir tiga perempat dari seluruh ekspor gas alam Rusia dikirim ke negara-negara Eropa.

Invasi Rusia ke Ukraina membuat negara-negara Eropa sekarang ingin secepatnya melepaskan diri dari ketergantungan pada energi Rusia. Dalam dua atau tiga tahun mendatang, ekspor ke Eropa kemungkinan besar akan turun secara drastis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.