Sukses

Putri Vladimir Putin Terancam Kena Sanksi Uni Eropa

Katerina dan Maria, putri Vladimir Putin, terancam sanksi dari Uni Eropa.

Liputan6.com, Moskow - Dua putri dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, terancam terkena sanksi dari Barat. Langkah ini diprediksi bisa menarik perhatian dari Presiden Vladimir Putin yang sedang menyerang Ukraina. 

Presiden Putin memiliki dua putri: Katerina dan Maria. Maria berbisnis di bidang kesehatan, sementara Katerina aktif meneliti kecerdasan buatan di Moscow State University. Keduanya pandai berbagai bahasa. 

Berdasarkan laporan Time, Rabu (6/4/2022), wacana sanksi itu sedang dibahas oleh Uni Eropa di tengah kabar pembunuhan rakyat sipil Ukraina di Bucha. Daftar orang yang terancam sanksi termasuk tokoh politik, taipan, anggota keluarga mereka, serta penyebar propaganda Rusia. 

Wacana ini harus disetujui oleh semua negara-negara anggota Uni Eropa sebelum terlaksana. Masih ada pula potensi perubahan daftar nama yang terancam sanksi. 

Sementara, pihak pemerintah Rusia mengaku belum mendalami ancaman sanksi tersebut. Jubir Kremlin, Dmitry Peskov, memilih lebih dahulu melihat proposal sanksi itu ketika rilis secara resmi.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

AS Sebut Kursi Rusia di PBB Layak untuk Ditangguhkan

Amerika Serikat (AS) berencana meminta penangguhan Rusia dari kursinya di Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Alasannya, menurut Duta Besar Amerika untuk PBB Linda Thomas-Greenfield, pada Senin (4/4), semakin banyak tanda yang menunjukkan pasukan Rusia mungkin telah melakukan kejahatan perang di Ukraina.

Thomas-Greenfield menyerukan agar Rusia dicopot dari kursinya di Dewan HAM setelah laporan akhir pekan lalu menunjukkan kekerasan terhadap warga sipil di kota Bucha, dekat ibu kota Ukraina, Kiev, setelah pasukan Rusia ditarik keluar. Laporan itu memicu gelombang kemarahan dan kecaman terhadap Rusia.

"Kita tidak bisa membiarkan negara anggota yang melanggar setiap prinsip yang kita pegang teguh untuk terus duduk dalam Dewan Hak Asasi Manusia PBB," kata Thomas-Greenfield dalam konferensi pers di ibu kota Rumania, Bucharest.

Thomas-Greenfield mengatakan pesannya sederhana kepada 140 anggota majelis yang memilih bulan lalu untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (6/4/2022).

"Gambar-gambar dari Bucha dan kehancuran di seluruh Ukraina mengharuskan kita sekarang menyelaraskan kata-kata kita dengan tindakan."

3 dari 3 halaman

Infografis COVID-19:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.