Sukses

WHO: Virus COVID-19 Terus Berkembang Tapi Tingkat Keparahan Berkurang Seiring Waktu

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memberikan tiga kemungkinan skenario bagaimana pandemi dapat berkembang tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan pandemi COVID-19 kemungkinan akan terus berkembang seiring penularan yang berlanjut secara global.

Tetapi tingkat keparahannya akan berkurang karena kekebalan yang diperoleh melalui vaksinasi dan infeksi, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demikian dikutip dari laman Xinhua, Kamis (31/3/2022).

Berbicara pada briefing online, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memberikan tiga kemungkinan skenario bagaimana pandemi dapat berkembang tahun ini.

"Berdasarkan apa yang kita ketahui sekarang, skenario yang paling mungkin adalah virus terus berevolusi, tetapi tingkat keparahan penyakit yang disebabkannya berkurang seiring waktu karena kekebalan meningkat karena vaksinasi dan infeksi," katanya.

WHO juga memperingatkan bahwa lonjakan berkala dalam kasus dan kematian dapat terjadi ketika kekebalan berkurang, yang mungkin memerlukan peningkatan berkala untuk populasi yang rentan.

"Dalam skenario kasus terbaik, kita mungkin melihat varian yang lebih ringan muncul, dan booster atau formulasi vaksin baru tidak akan diperlukan," tambahnya.

"Dalam skenario terburuk, varian yang lebih ganas dan sangat mudah menular muncul. Terhadap ancaman baru ini, perlindungan orang terhadap penyakit parah dan kematian, baik dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya, akan berkurang dengan cepat."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Akhiri Fase Akut COVID-19

Kepala WHO mengajukan rekomendasinya kepada negara-negara untuk mengakhiri fase akut pandemi COVID-19 pada tahun 2022.

"Pertama, pengawasan, laboratorium, dan intelijen kesehatan masyarakat; kedua, vaksinasi, tindakan kesehatan masyarakat dan sosial, dan melibatkan masyarakat; ketiga, perawatan klinis untuk COVID-19, dan sistem kesehatan yang tangguh; keempat, penelitian dan pengembangan, dan akses yang adil ke alat dan persediaan, dan kelima, koordinasi, sebagai transisi respons dari mode darurat ke manajemen penyakit pernapasan jangka panjang."

Dia mengulangi bahwa vaksinasi COVID-19 yang adil tetap menjadi satu-satunya alat paling ampuh untuk menyelamatkan nyawa.

Namun, karena negara-negara berpenghasilan tinggi sekarang meluncurkan dosis keempat vaksinasi untuk populasi mereka, sepertiga populasi dunia belum menerima dosis tunggal, termasuk 83 persen populasi Afrika, menurut data WHO.

"Ini tidak dapat diterima oleh saya, dan seharusnya tidak dapat diterima oleh siapa pun," kata Tedros, bersumpah untuk menyelamatkan nyawa dengan memastikan setiap orang memiliki akses ke tes, perawatan, dan vaksin.

3 dari 3 halaman

Infografis Polusi Udara di Dunia Menurun saat Pandemi Corona

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.