Cerita Mahasiswa Indonesia di Rusia Terdampak Invasi Putin ke Ukraina

Liputan6.com, Moskow - Warga Negara Indonesia yang tinggal di Rusia ikut merasakan dampak invasi Rusia ke Ukraina.

Mulai dari berbagai aksi protes yang kerap terjadi di berbagai kota besar, hingga sanksi yang dijatuhkan oleh berbagai negara, yang mempengaruhi perekonomian dan kehidupan warga di Rusia.

Mengutip VOA Indonesia, Selasa (8/3/2022), adalah Nabila Agia salah satu dari sekitar 700 mahasiswa Indonesia yang tengah melanjutkan kuliah di Moskow, Rusia. Ia adalah mahasiswi S1 di Moscow State University of Civil Engineering di Moscow.

Walau banyak aksi protes yang berlangsung di kotanya, menurut ceritanya, para mahasiswa Indonesia di sana masih tetap bisa menjalani keseharian mereka seperti biasa.

"Hanya saja terdapat aksi perdamaian, yang dapat dicari dengan kata kunci 'aksi anti perang'," ujar Nabila Agia kepada VOA.

Pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia atau KBRI di Moskow telah mengeluarkan surat edaran yang mengimbau para warga negara Indonesia di Rusia untuk selalu menjaga diri dan menghindari kerumunan masyarakat.

Tidak hanya itu, mereka juga diimbau untuk selalu membawa dokumen pribadi dan terus mengikuti perkembangan situasi saat ini, baik melalui berita lokal maupun internasional.

Kesulitan Ambil Uang Tunai Maupun Pembayaran Non-Tunai 

Dampak sanksi yang dijatuhkan berbagai negara-negara barat, termasuk Amerika Serikat terhadap Rusia pasca-invasi ke Ukraina, juga ikut dirasakan oleh WNI yang tinggal di sana.

Layanan pembayaran non-tunai seperti GooglePay dan ApplePay saat ini sudah tidak bisa digunakan. Pihak KBRI juga mengimbau warga Indonesia untuk selalu memiliki uang tunai yang cukup. Namun, untuk menarik uang tunai pun tidak mudah.

Hal ini dirasakan oleh Rima Desi Milenia, mahasiswi Indonesia asal Wonosobo, Jawa Tengah, yang kini tengah kuliah jurusan hubungan internasional di Russian State University for Humanities di Moskow.

"Dari kemarin sudah mencoba 3 mesin ATM, tetapi tetap tidak bisa digunakan untuk mencairkan uang dari ATM Indonesia yang berlogo visa atau pun mastercard," kata Rima Desi Milenia yang sudah satu tahun belakangan ini bermukim di Rusia.

Walhasil, antrean panjang kini selalu membanjiri berbagai lokasi ATM di Rusia, termasuk yang ada di dalam mal. Warga pun kini hanya bisa menarik uang tunai dalam jumlah terbatas, yaitu sekitar 30 ribu rubel atau setara dengan 3,6 juta rupiah. Namun, ATM pun kerap kosong.

Invasi Rusia ke Ukraina juga membuat mata uang rubel pun melemah. Jika sebelumnya 1 rubel bisa setara dengan 190 rupiah, kini turun menjadi hanya sekitar 130 rupiah. Hal ini cukup meresahkan Nabila Agia yang sudah lima tahun belakangan ini tinggal di Rusia.

"Nilai valuta asing yang sedang naik turun menyebabkan kami juga kesulitan untuk menukar uang," ujar Nabila Agia.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.