Sukses

Rusia Masih Serang Ukraina, FAA Perluas Zona Larangan Terbang hingga Eropa Timur

FAA menyatakan pihaknya memperluas zona larangan terbang di Eropa Timur akibat konflik Rusia vs Ukraina.

Liputan6.com, Washington D.C - Kurang dari 24 jam pada Kamis 24 Februari 2022, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan "operasi militer khusus" di wilayah Donbass, Ukraina, Administrasi Penerbangan Federal (Federal Aviation Administration/FAA) Amerika Serikat (AS) mengeluarkan pengumuman perluasan zona larangan terbang.

FAA menyatakan pihaknya memperluas zona larangan terbang di Eropa Timur akibat konflik Rusia vs Ukraina.

Dalam sebuah pernyataan, FAA mengatakan pihaknya mengeluarkan Pemberitahuan untuk Misi Udara (Notices to Air Missions/NOTAM) yang berisi perluasan area di Eropa Timur dan Rusia tempat maskapai dan pilot AS dilarang beroperasi.

"NOTAM yang diperluas tersebut kini mencakup seluruh wilayah Ukraina, seluruh wilayah Belarus, dan sebagian barat Rusia," sebut pernyataan itu seperti dikutip dari Xinhua, Jumat (25/2/2022).

NOTAM merupakan pemberitahuan informasi penting bagi personel yang terkait dengan operasi penerbangan, namun belum diketahui pasti apakah akan dipublikasikan dengan sarana lain.

Kiev mengonfirmasikan bahwa target-target militer di seluruh Ukraina diserang dan telah memutus hubungan diplomatik dengan Moskow.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengamat Nilai Sanksi Terhadap Rusia Tak Efektif Redakan Perang dengan Ukraina

Berbagai pihak di dunia telah berupaya untuk menjalin komunikasi dengan Rusia guna mencegahnya meningkatkan potensi perang lebih jauh lagi dengan Ukraina. Misalnya saja Presiden AS Joe Biden yang telah memborbardir dengan banyak sanksi usai Presiden Putin memerintahkan serangan militer kepada Ukraina. 

Ditambah lagi respons dari PBB hingga sejumlah pemimpin dunia seperti PM Inggris Boris Johnson juga mengutuk Rusia dengan nada yang sama.

Namun, menurut Pengamat Hubungan Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana, sanksi tersebut tidak efektif menghentikan perang Rusia-Ukraina karena sejumlah alasan.

"Pertama, sanksi ekonomi baru akan terasa di level masyarakat Rusia dan para elit dalam waktu 6 bulan bahkan satu tahun ke depan," ujarnya ketika dihubungi Liputan6.com, Jumat (25/2/2022). 

Selain itu, alasan lainnya adalah bahwa Rusia harus dibedakan dengan Iran ataupun Korea Utara yang masih sangat bergantung pada banyak negara.

Kemudian, Rusia akan dibantu oleh sekutu-sekutunya, bahkan oleh China yang melihat potensi keuntungan secara finansial.

Selengkapnya di sini...

3 dari 3 halaman

Infografis Perang Dunia Ketiga

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.