Sukses

Joe Biden: Warga AS di Ukraina Harus Pergi Sekarang, Situasi Bisa Jadi Gila

Presiden AS Joe Biden meminta semua warga negara Amerika yang tersisa di Ukraina untuk segera meninggalkan negara itu.

Liputan6.com, New York - Presiden AS Joe Biden meminta semua warga negara Amerika yang tersisa di Ukraina untuk segera meninggalkan negara itu. Ia menyebut alasannya karena meningkatnya ancaman aksi militer Rusia.

Departemen Luar Negeri AS mendesak warga Amerika di Ukraina untuk segera pergi.

"Warga Amerika harus pergi sekarang," kata Biden kepada NBC News seperti dikutip dari BBC Jumat (11/2/2022).

"Kita sedang berhadapan dengan salah satu tentara terbesar di dunia. Ini adalah situasi yang sangat berbeda dan segalanya bisa menjadi gila dengan cepat."

Biden mengatakan dia tidak akan mengirim pasukan untuk menyelamatkan orang Amerika jika Moskow menginvasi Ukraina. Dia memperingatkan bahwa "hal-hal bisa menjadi gila dengan cepat" di wilayah tersebut.

Rusia telah berulang kali membantah rencana untuk menyerang Ukraina meskipun mengerahkan lebih dari 100.000 tentara di perbatasan. Tapi negara itu baru saja memulai latihan militer besar-besaran dengan negara tetangga Belarusia, dan Ukraina menuduh Rusia memblokir aksesnya ke laut.

Kremlin mengatakan ingin menegakkan "garis merah" untuk memastikan bahwa bekas tetangga Sovietnya itu tidak bergabung dengan NATO.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pada Kamis 10 Februari bahwa Eropa menghadapi krisis keamanan terbesar dalam beberapa dekade di tengah ketegangan.

Ditanya apakah ada skenario yang dapat mendorongnya untuk mengirim pasukan untuk menyelamatkan orang Amerika yang melarikan diri, Biden menjawab: "Tidak. Itu perang dunia ketika Amerika dan Rusia mulai menembak satu sama lain. Kami berada di dunia sangat berbeda yang pernah kami rasakan".

Para pemimpin dunia, sementara itu, melanjutkan diplomasi hiruk pikuk mereka untuk meredakan krisis saat ini di Ukraina.

Rusia dan Ukraina mengumumkan pada Kamis malam bahwa mereka telah gagal mencapai terobosan dalam satu hari pembicaraan dengan pejabat Prancis dan Jerman yang bertujuan untuk mengakhiri konflik separatis di Ukraina timur.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ketegangan Delapan Tahun Setelah Rusia Mencaplok Krimea Selatan

Ketegangan saat ini terjadi delapan tahun setelah Rusia mencaplok semenanjung Krimea selatan di Ukraina. Sejak itu, militer Ukraina terlibat perang dengan pemberontak yang didukung Rusia di wilayah timur dekat perbatasan Rusia.

Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan dia berharap "pencegahan yang kuat" dan "diplomasi yang sabar" dapat menemukan jalan melalui krisis tetapi taruhannya "sangat tinggi".

Dalam konferensi pers bersama di Brussel dengan Sekjen NATO Jens Stoltenberg, PM Johnson mengatakan dia tidak percaya Rusia belum mengambil keputusan apakah akan menyerang Ukraina tetapi intelijen Inggris "tetap suram".

Ditanya apakah Inggris akan mempertimbangkan untuk melangkah lebih jauh dalam dukungannya untuk Ukraina, termasuk dukungan militer untuk pemberontakan jika Rusia menyerang, Johnson mengatakan dia akan "mempertimbangkan apa lagi yang bisa kami tawarkan".

“Mungkin saja, saya tidak ingin mengesampingkan hal ini, tetapi saat ini kami pikir paketnya adalah yang tepat,” kata PM Johnson.

 

3 dari 3 halaman

Infografis Gejala COVID-19 Omicron dan Cara Penanganan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.