Sukses

Erdogan Siap Jadi Juru Damai Rusia-Ukraina

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan angkat bicara soal masalah invasi Rusia ke Ukraina.

Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, tidak setuju pada ancaman invasi Rusia terhadap Ukraina. Turki menyiratkan siap memenuhi kewajiban sebagai anggota NATO apabila terjadi invasi.

Tak hanya itu, Presiden Erdogan mengaku telah mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas diplomasi.

"Saya harap Rusia tidak akan membuat serangan bersenjata atau menduduki Ukraina. Langkah tersebut tidak akan menjadi tindakan bijak untuk Rusia atau kawasan," tegas Presiden Recep Tayyip Erdogan, dilansir Al Arabiya, Kamis (27/1/2022).

Presiden Erdogan berkata perlu ada dialog untuk mendengarkan keresahan dari pihak Rusia dalam hal keamanan.

Sebagai sekutu Rusia dan Ukraina, Erdogan berkata bahwa memiliki niat baik untuk menjembatani Presiden Vladimir Putin dan Presiden Volodymyr Zelenskiy.

"Saya ulangi bahwa kami siap melakukan segala hal yang perlu dan saya menyampaikan pesan-pesan ini kepada Presiden Putin dan Presiden Zelenskiy," jelas Erdogan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Joe Biden dan Pemimpin Eropa Rapatkan Barisan

Sementara di Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berkata telah berkomunikasi dengan para pemimpin di Eropa. Ia berkata para pemimpin satu suara terkait masalah Ukraina.

"Saya melakukan pertemuan yang sangat, sangat, sangat baik. Kekompakan total dengan semua pemimpin Eropa," ujar Presiden Biden di Gedung Putih, Senin 24 Januari 2022 seperti dikutip dari situs Whitehouse.gov, Rabu (25/1).

Namun, Joe Biden masih enggan membocorkan apa yang ia bahas.

Juru Bicara Gedung Putih, Jen Psaki, sebelumnya telah mengingatkan akan ada konsekuensi apabila Rusia berani melangkah melewati perbatasan Ukraina.

"Jika ada pasukan militer Rusia bergerak melewati perbatasan Ukraina, hal itu adalah memperbarui invasi, dan itu akan mendapatkan respons yang cepat, keras, dan bersatu dari Amerika Serikat dan Sekutu-sekutu kita," ujar Jen Psaki melalui situs White House.

Konflik wilayah antara Rusia dan Ukraina sudah sangat lama terjadi, Pada 2014, Putin juga merebut wilayah Krimea dari Ukraina, namun kendali Rusia di wilayah itu tak diakui masyarakat internasional.

3 dari 3 halaman

Infografis 5 Tips Kuatkan Daya Tahan Mental agar Tubuh Lebih Sehat Cegah COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.