Sukses

Ledakan Serupa Lubang Angin, Ini 5 Hal Penting Soal Gunung Meletus Pemicu Tsunami Tonga

Berikut ini lima hal terkait letusan gunung Tonga dan mengapa hal tersebut bisa terjadi.

, Tonga - Sabtu 15 Januari 2022 gunung berapi di Tonga meletus. Letusannya dahsyat dan bahkan memicu tsunami yang juga dirasakan Jepang.

Hingga kini masih belum diketahui secara pasti seberapa besar kerusakan akibat gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai yang membuat peringatan tsunami sempat dikeluarkan ke sejumlah negara, termasuk di pesisir timur Australia. 

Berikut ini lima hal terkait letusan gunung Tonga dan mengapa hal tersebut bisa terjadi, dikutip dari ABC Australia, Senin (17/1/2022): 

1. Apa itu Hunga Tonga-Hunga Ha'apai? Gunung Berapi Bawah Laut

Hunga Tonga, pulau yang baru muncul di bagian selatan Samudera Pasifik (NASA)

Secara teknis, gunung berapi yang meletus di Hunga Tonga-Hunga Ha'apai dikategorikan sebagai gunung berapi bawah laut, jelas Profesor Emeritus Richard Arculus dari Australian National University.

Tapi seperti yang ditunjukkan Profesor Arculus, kawah gunung berapi berada di atas air.

Kawah ini berada di antara dua daratan, yakni Hunga Tonga dan Hunga Ha'apai.

Lembaga antariksa NASA mengatakan dua daratan ini masih "muda" dan terbentuk karena ledakan.

2. Apakah Pernah Meletus Sebelumnya?

Foto diambil pada 21 Desember 2021 menunjukkan awan gas putih naik dari letusan Hunga Ha'apai terlihat dari garis pantai Patangata dekat ibu kota Tonga, Nuku'alofa. (MARY LYN FONUA / AFP)

Jawabannya iya, dan Profesor Arculus mengatakan gunung berapi ini "cukup aktif dalam 15 tahun terakhir".

Letusan di tahun 2015 pernah juga menjadi pemberitaan, karena awan abu dari ledakan membuat sejumlah maskapai penerbangan membatalkan penerbangan masuk dan keluar dari Tonga.

Pada saat itu, Peter Lechner, ahli meteorologi Otoritas Penerbangan Sipil Selandia Baru mengatakan kepada Radio Selandia Baru jika gunung berapi tersebut menyemprotkan abu vulkanik lebih dari 9.000 meter ke atas udara.

Profesor Arculus juga mengatakan gunung berapi itu pernah meletus pada tahun 2009, 1988, 1937, dan 1912.

3. Jadi Apa yang Terjadi Kali Ini? Ledakan Serupa Lubang Angin

Profesor Arculus menggambarkannya sebagai "ledakan besar menyerupai lubang angin."

Rekaman dari satelit menunjukkan ledakan di permukaan laut menyebar dan menjauh.

Profesor Arculus mengatakan awan abu, yang terlihat dari luar angkasa, adalah hasil interaksi air dan materi terfragmentasi panas.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

4. Seberapa Kuat Letusan Ini?

Sebagai perbandingan, Profesor Arculus mengatakan itu kekuatannya berkali-kali lebih kuat daripada ledakan gunung di White Island.

Gunung berapi White Island meletus pada Desember 2019 dan menewaskan 22 turis yang mengunjungi pulau tersebut, termasuk 17 warga Australia.

Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru mengatakan tidak ada laporan resmi tentang kematian atau cedera akibat letusan gunung berapi di Tonga, karena komunikasi yang masih terbatas.

Tapi setelah letusan gunung terjadi, negara kepulauan Tonga dilanda tsunami setinggi satu meter. Para saksi mata mengatakan letusan juga membuat goncangan selama beberapa menit.

Biro Meteorologi Australia telah mengeluarkan peringatan laut di negara bagian New South Wales, Australia, juga Pulau Lord Howe dan Pulau Norfolk.

Di negara Chile, Kantor Darurat Nasional memerintahkan evakuasi di beberapa daerah pesisir karena ada tsunami berskala kecil.

Claudio Aldea, Deputi Direktur Operasi Kantor Darurat Nasional di Chile sudah meminta masyarakat di wilayah Coquimbo dan Los Rios mengungsi ke zona aman, setidaknya 30 meter di atas permukaan laut.

Peringatan tsunami juga dikeluarkan untuk Selandia Baru, Jepang, Hawaii, Alaska, dan pantai Pasifik di Amerika Serikat.

5. Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya? 

Grace Legge, Ahli Meteorologi Senior untuk Biro Meteorologi Australia memperingatkan situasinya akan tetap berbahaya dan berubah.

Letusan bawah laut jauh lebih sulit diprediksi daripada pola cuaca atmosfer atau gempa bumi, katanya.

Profesor Arculus mengatakan aktivitas gunung berapi dapat berlanjut selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, tapi sulit untuk memprediksi kapan ledakan kuat lainnya akan terjadi lagi.

"Ini mungkin belum berakhir," katanya.Profesor Arculus mengatakan 'pumice' atau batu apung, yang merupakan batuan vulkanik ringan, akan mencapai pantai timur Australia dalam beberapa bulan ke depan.

Batu itu bisa mengapung, mudah hancur, dengan warna abu-abu dan penuh lubang.

3 dari 3 halaman

Infografis Cara Cek Tiket & Jadwal Vaksinasi Booster COVID-19 Gratis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.