Sukses

Australia Tahan Petenis Novak Djokovic Jelang Sidang Terkait Visa, Vaksinasi COVID-19

Novak Djokovic telah ditahan di Australia menjelang sidang pengadilan yang akan menentukan apakah bintang tenis itu dapat tinggal di negara itu meski tanpa menerima vaksin COVID-19.

Liputan6.com, Melbourne - Novak Djokovic telah ditahan di Australia menjelang sidang pengadilan yang akan menentukan apakah bintang tenis itu dapat tinggal di negara itu meski tanpa menerima vaksinasi COVID-19.

Warga Serbia itu menghadapi deportasi setelah visanya dibatalkan untuk kedua kalinya, dengan pemerintah menyebut pria berusia 34 tahun itu sebagai ancaman bagi publik karena tidak menerima suntikan vaksin COVID-19 sebelum masuk ke Negeri Kanguru.

Pengacaranya mengajukan banding terhadap apa yang mereka sebut penilaian "tidak rasional", dengan sidang ditetapkan untuk hari Minggu 16 Desember 2022, demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (15/1/2022).

Djokovic masih dijadwalkan untuk bermain di Australia Open pada hari Senin di Melbourne.

Jika dia memenangkan turnamen untuk ke-10 kalinya, dia akan menjadi pemain tenis pria paling sukses dalam sejarah olahraga dengan 21 gelar Grand Slam.

Tetapi sidang hari Minggu, yang telah dijadwalkan pukul 09:30 waktu setempat (22:30 GMT pada hari Sabtu), sangat penting jika Djokovic ingin dapat mempertahankan gelarnya hanya beberapa jam kemudian.

Jika dia kalah banding, petenis nomor satu dunia itu menghadapi deportasi dan larangan visa tiga tahun.

Pada hari Sabtu, tak lama setelah sidang prosedural online, pengacara Djokovic mengkonfirmasi bahwa ia telah ditahan oleh petugas imigrasi di Melbourne, BBC melaporkan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kisruh Visa Djokovic

Visa Djokovic pertama kali dicabut tak lama setelah kedatangannya di Melbourne pada 6 Januari, setelah pejabat Pasukan Perbatasan Australia mengatakan dia "gagal memberikan bukti yang tepat" untuk menerima pengecualian vaksin.

Bintang tenis itu ditahan selama berhari-hari di sebuah hotel imigrasi, sebelum visanya dipulihkan oleh seorang hakim, yang memerintahkan pembebasannya, memutuskan bahwa pejabat perbatasan mengabaikan prosedur yang benar ketika dia tiba.

Tetapi pada Jumat malam, Menteri Imigrasi Alex Hawke sekali lagi membatalkan visa Djokovic di bawah kekuasaan terpisah dalam Undang-Undang Migrasi Australia.

Undang-undang tersebut memungkinkan dia untuk mendeportasi siapa pun yang dia anggap sebagai risiko potensial bagi "kesehatan, keselamatan atau ketertiban yang baik dari masyarakat Australia".

Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan keputusan itu mengikuti "pertimbangan yang cermat".

Menyinggung kritik keras yang dihadapi pemerintahnya karena mengizinkan pemain yang tidak divaksinasi ke Australia, Morrison mengatakan: "Warga Australia telah membuat banyak pengorbanan selama pandemi ini, dan mereka benar mengharapkan hasil dari pengorbanan itu dilindungi."

Tim hukum Djokovic mengatakan alasan mereka untuk mengajukan banding akan berpusat pada alasan "tidak valid" dari keputusan Hawke, yang menurut pengacara Nick Wood didasarkan pada ancaman "sentimen terhadap kelompok anti-vaksinasi yang menarik".

Wood menambahkan bahwa mendeportasi pemain Serbia itu berpotensi melakukan hal yang sama.

Presiden Serbia Aleksandar Vucic, sementara itu, mengutuk keputusan menteri Australia, mengatakan kepada Djokovic dalam pesan Instagram: "Novak, kami mendukung Anda."

"Jika Anda ingin melarang Novak Djokovic memenangkan trofi ke-10 di Melbourne mengapa Anda tidak segera mengembalikannya, mengapa Anda tidak mengatakan kepadanya 'tidak mungkin untuk mendapatkan visa'?" Vucic menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini