Sukses

Emmanuel Macron Akan Persulit Hidup Warga Prancis yang Tak Mau Divaksin COVID-19

Dalam wawancara dengan media Prancis, Emmanuel Macron akan mempersulit hidup warganya yang menolak vaksinasi COVID-19.

Liputan6.com, Paris - Presiden Prancis Emmanuel Macron telah memperingatkan bahwa dia akan 'mempersulit hidup orang-orang' di Prancis yang belum vaksinasi COVID-19.

"Saya benar-benar ingin merepotkan mereka, dan kami akan terus melakukan ini sampai akhir," katanya kepada surat kabar Prancis Le Parisien.

Namun lawan politiknya mengatakan, bahasa kasar yang dia gunakan dalam wawancara itu tidak layak menjadi presiden, demikian dikutip dari laman BBC, Rabu (5/1/2022).

Komentarnya muncul ketika RUU tentang izin COVID-19 ditunda oleh anggota parlemen oposisi yang bersatu melawan pemerintah.

Perdebatan di parlemen tentang RUU itu, akan melarang mereka yang tidak vaksinasi COVID-19 dari sebagian besar kehidupan publik, dicegah untuk keluar setelah tengah malam.

Undang-undang itu diperkirakan akan disetujui dalam pemungutan suara minggu ini, tetapi telah membuat marah para penentang vaksin dan beberapa anggota parlemen Prancis yang mengatakan bahwa mereka telah menerima ancaman pembunuhan atas masalah tersebut.

Dalam wawancaranya dengan Le Parisien pada Selasa (4/1), Emmanuel Macron mengatakan bahwa meskipun dia tidak akan "memvaksinasi dengan paksa", dia berharap dapat mendorong orang untuk disuntik vaksin COVID-19.

"Saya tidak akan mengirim [orang yang tidak divaksinasi] ke penjara," katanya.

"Makanya perlu kami sampaikan kepada mereka, mulai 15 Januari, Anda tidak akan bisa lagi pergi ke restoran. Anda tidak akan bisa lagi pergi minum kopi, Anda tidak akan bisa lagi pergi ke teater. Anda akan tidak bisa lagi pergi ke bioskop."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Reaksi Lawan dan Pendukung Macron

Bahasa yang digunakan Macron untuk menghalangi orang yang tidak vaksinasi COVID-19 dianggap bahasa gaul dan memicu reaksi keras dari politikus oposisi.

"Tidak ada keadaan darurat kesehatan yang membenarkan kata-kata seperti itu," kata Bruno Retailleau, pemimpin Senat dari Partai Republik sayap kanan, seperti dikutip AFP.

"Emmanuel Macron mengatakan bahwa dia telah belajar mencintai orang Prancis, tetapi tampaknya dia sangat suka membenci mereka."

Pemimpin sayap kanan Marine le Pen mentweet: "Seorang presiden seharusnya tidak mengatakan bahwa Emmanuel Macron tidak layak untuk jabatannya."

Sementara itu politisi kiri Jean-Luc Melenchon menggambarkan pernyataan itu sebagai "pengakuan yang menakjubkan".

"Jelas, izin vaksinasi adalah hukuman kolektif terhadap kebebasan individu," tambahnya.

Prancis adalah salah satu negara dengan tingkat vaksinasi COVID-19 tertinggi di Uni Eropa, dengan lebih dari 90% dari populasi orang dewasa mendapat suntikan penuh.

Selama berbulan-bulan, Prancis telah meminta warganya untuk menunjukkan bukti vaksinasi atau tes COVID-19 negatif untuk mengakses banyak tempat umum.

Macron masih belum secara resmi menyatakan dia akan mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua dalam pemilihan presiden April mendatang, tetapi mengatakan kepada Le Parisien dalam wawancara pada Selasa (4/1) bahwa dia ingin dan akan mengklarifikasi keputusannya "setelah situasi kesehatan memungkinkan".

3 dari 3 halaman

Infografis Donald Trump Vs Jurnalis CNN dan Emmanuel Macron

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.