Sukses

Polisi Hong Kong Tangkap 6 Jurnalis Terkait Dugaan Konspirasi Publikasi Berita Hasutan

Lebih dari 200 polisi Hong Kong dikirim untuk menggerebek kantor penerbitan, dengan operasi pencarian masih berlangsung.

Liputan6.com, Hong Kong - Polisi Hong Kong menangkap enam orang dari outlet berita independen karena dugaan "konspirasi untuk menerbitkan publikasi hasutan".

Baik anggota staf Stand News saat ini dan mantan pekerja termasuk di antara mereka yang menjadi sasaran, demikian dikutip dari laman BBC, Rabu (29/12/2021).

Lebih dari 200 polisi Hong Kong juga dikirim untuk menggerebek kantor penerbitan, dengan operasi pencarian masih berlangsung.

Polisi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka berwenang untuk "mencari dan menyita materi jurnalistik yang relevan".

Pemimpin redaksi Stand News saat ini dan mantan pekerja termasuk di antara mereka yang ditangkap, serta bintang pop yang menjadi ikon demokrasi Denise Ho, yang merupakan mantan anggota dewan Hong Kong.

Dia mengkonfirmasi dalam sebuah posting Facebook bahwa ia telah ditangkap atas tuduhan yang sama, dan telah dibawa ke Kantor Polisi Distrik Barat.

Mereka yang ditangkap - tiga pria dan tiga wanita - berusia antara 34 dan 73 tahun.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hong Kong Akan 'Selalu Membutuhkan Jurnalis'

Rekaman yang diposting di halaman Facebook Stand News menunjukkan beberapa polisi yang tiba di depan pintu ruangan Wakil Direktur Tugas kantor berita tersebut, Ronson Chan pada Rabu (29/12) pagi.

Chan tidak ditangkap tetapi dia dibawa untuk diinterogasi oleh polisi.

Malam sebelumnya, Chan menjadi tuan rumah makan malam tahunan Asosiasi Jurnalis Hong Kong (HKJA), di mana dia adalah ketuanya. Dalam pidatonya, dia merujuk pada penutupan Apple Daily, mengatakan bahwa insiden itu telah "mengguncang" Hong Kong.

Dia mengatakan kota itu akan "selalu membutuhkan kebenaran dan selalu membutuhkan jurnalis, tidak peduli betapa sulitnya jalan di depan".

Awal tahun ini, ratusan polisi menggerebek tempat Apple Daily yang sekarang sudah tidak beroperasi - sebuah media publikasi yang dikenal sebagai kritikus vokal terhadap kepemimpinan Hong Kong dan China.

Asetnya dibekukan, eksekutif ditahan dan surat kabar itu segera ditutup.

Penutupan tersebut, membuat Stand News menjadi salah satu publikasi pro-demokrasi terakhir di kota itu dan menjadi salah satu dari segelintir portal berita online yang relatif baru yang secara khusus menjadi terkenal selama protes pro-demokrasi 2019.

Penangkapan itu juga terjadi sehari setelah taipan media Jimmy Lai, pendiri Apple Daily, mengalami tuduhan yang sama bahkan saat dia menjalani hukuman penjara untuk serangkaian tuduhan terpisah.

HKJA mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka "sangat prihatin" tentang insiden Rabu (29/12), dan mendesak "pemerintah untuk melindungi kebebasan pers sesuai dengan Undang-Undang Dasar."

Hukum itu mulai berlaku ketika Hong Kong diserahkan kembali ke China dari Inggris, melindungi hak-hak seperti kebebasan berkumpul dan kebebasan berbicara.

Pihak berwenang Hong Kong semakin menindak perbedaan pendapat di kota itu, menyusul pemberlakuan undang-undang keamanan nasional.

Undang-undang kontroversial itu mengkriminalisasi pihak yang bersuara untuk pemisahan diri, subversi dan kolusi dengan pihak asing, dengan ancaman hukuman penjara maksimal seumur hidup.

Para kritikus mengatakan, undang-undang tersebut secara efektif mengurangi otonomi peradilan Hong Kong dan membuatnya lebih mudah untuk menghukum para demonstran dan aktivis.

3 dari 3 halaman

Infografis Gejolak Panjang di Hong Kong

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.