Sukses

Meta Blokir Lebih dari 500 Akun Facebook Disinformasi COVID-19 Berbasis di China

Liputan6.com, Jakarta - Pemilik Facebook, Meta Platforms telah menghapus lebih dari 500 akun yang terhubung ke jaringan disinformasi online yang berbasis di China. Akun tersebut telah mempromosikan klaim ahli biologi Swiss palsu bernama "Wilson Edwards", yang menuduh Amerika Serikat ikut campur dalam upaya untuk menemukan asal usul COVID-19.

Dilansir BBC, Kamis (2/12/2021), Komentar Edwards dalam akun Facebook miliknya telah banyak dibawa oleh media pemerintah China. Namun, kedutaan Swiss mengatakan bahwa orang ini tidak ada dalam daftar kelompok ahli biologi di Swiss.

Meta mengatakan dalam laporannya bahwa kampanye media sosial sebagian besar tidak berhasil, dan menargetkan pemirsa berbahasa Inggris di Amerika Serikat dan Inggris dan pemirsa berbahasa China di Taiwan dan Hong Kong. Sebelumnya pada bulan Juli, akun yang menyamar sebagai ahli biologi Swiss bernama Wilson Edwards telah membuat pernyataan di Facebook dan Twitter bahwa Amerika Serikat menerapkan tekanan pada ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia yang mempelajari asal-usul COVID-19 dalam upaya untuk menyalahkan virus di China.

Beberapa media pemerintah China, termasuk CGTN, Shanghai Daily dan Global Times, telah mengutip apa yang disebut oleh pemilik akun ahli biologi palsu tersebut. Namun, kedutaan Swiss mengatakan pada bulan Agustus bahwa orang tersebut kemungkinan tidak ada, karena akun Facebook dibuka hanya dua minggu sebelum posting pertama dan hanya memiliki tiga teman.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Akun Palsu

Kedutaan Swiss menanggapi laporan tersebut dengan pernyataan bahwa, "tidak ada daftar warga negara Swiss dengan nama Wilson Edwards, dan tidak ada artikel akademis dengan nama tersebut". Oleh karena itu kedutaan Swiss segera mendesak media China untuk menghapus penyebutan akun palsu yang mengatasnamakan akun tersebut sebagai ahli biologi Swiss.

Meta Platforms mengatakan bahwa penyelidikannya atas masalah tersebut menemukan tautan ke individu di daratan China, termasuk karyawan Sichuan Silence Information Technology, dan individu yang terkait dengan perusahaan infrastruktur negara China yang berbasis di seluruh dunia.

Situs web Sichuan Silence Information menggambarkan perusahaan tersebut sebagai perusahaan keamanan jaringan dan informasi yang memberikan dukungan teknis kepada Kementerian Keamanan Publik China dan CNCERT, tim yang mengoordinasikan tanggap darurat keamanan siber China.

Meta mengatakan telah menghapus total 524 akun Facebook, 20 halaman, empat grup, dan 86 akun Instagram setelah meninjau laporan publik yang berpusat di sekitar akun ahli biologi Swiss palsu. Dalam laporan nya, Meta juga menambahkan bahwa aksinya tersebut menggunakan infrastruktur Jaringan Pribadi Virtual atau Virtual Personal Network (VPN) untuk menyembunyikan asalnya.

Foto profil akun tersebut juga tampaknya dibuat menggunakan kemampuan pembelajaran mesin. Penyelidikan tentang asal-usul COVID-19 memang telah menjadi sumber ketegangan antara AS, China, dan negara-negara lain, karena isu tetang sumber virus itu tetap menjadi perbincangan meskipun sudah hampir dua tahun setelah pertama kali ditemukan.

Penulis: Vania Dinda Marella

3 dari 3 halaman

Infografis Data Pengguna Facebook Indonesia Bocor

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.
    Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.

    China

  • Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China

    COVID-19

  • META

  • Facebook