Sukses

WHO: COVID-19 Varian Omicron Kini Telah Terdeteksi di 24 Negara

Liputan6.com, Cape Town - Varian Omicron yang bermutasi dengan cepat menjadi dominan di Afrika Selatan, kurang dari empat minggu setelah diidentifikasi di sana.

Amerika Serikat mengatakan kepada maskapai penerbangan untuk menyerahkan nama-nama penumpang dari bagian selatan Afrika yang dilanda Omicron.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kini varian itu telah terdeteksi setidaknya di 24 negara, dengan kasus mulai dari ringan hingga berat.

Indikasi awal yang menunjukkan bahwa varian Omicron mungkin jauh lebih menular daripada varian sebelumnya telah mengguncang pasar keuangan.

Banyak pihak khawatir bahwa pembatasan baru di seluruh dunia dapat menghambat pemulihan tentatif dari kerusakan ekonomi akibat pandemi.

Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) Afrika Selatan mengatakan, profil Omicron dan data epidemiologi awal menunjukkan bahwa varian ini mampu menghindari beberapa kekebalan tubuh.

Jumlah kasus baru yang dilaporkan di Afrika Selatan berlipat ganda dari Selasa hingga Rabu kemarin.

Ahli epidemiologi WHO Maria van Kerkhove mengatakan bahwa data tentang seberapa penularan Omicron harus tersedia "dalam beberapa hari".

CEO BioNTech mengatakan bahwa vaksin yang dibuatnya dalam kemitraan dengan Pfizer kemungkinan akan menawarkan perlindungan yang kuat terhadap penyakit parah dari varian baru Omicron.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perlombaan Melawan Waktu

Presiden Komisi Eksekutif Uni Eropa mengatakan ada "perlombaan melawan waktu" untuk mencegah varian baru.

Uni Eropa memajukan peluncuran vaksinnya untuk anak berusia lima hingga 11 tahun dalam seminggu hingga 13 Desember.

"Bersiaplah untuk yang terburuk, berharap yang terbaik," kata Ursula von der Leyen dalam konferensi pers.

Dia mengatakan, menurut para ilmuwan vaksinasi penuh dan suntikan booster memberikan perlindungan yang kuat.

Tetapi direktur kedaruratan WHO Mike Ryan kritis terhadap negara-negara maju yang mendorong suntikan penguat untuk sebagian besar populasi mereka yang divaksinasi penuh ketika banyak orang-orang yang rentan di banyak daerah miskin tidak memiliki vaksinasi sama sekali.

"Tidak ada bukti yang saya sadari yang mampu menunjukkan bahwa meningkatkan populasi secara keseluruhan akan memberikan perlindungan yang lebih besar bagi individu yang sehat terhadap kondisi rawat inap atau kematian," katanya.

Inggris dan Amerika Serikat telah memperluas program booster mereka sebagai tanggapan terhadap varian baru.

WHO telah mencatat berkali-kali bahwa virus corona akan terus memproduksi varian baru selama dibiarkan beredar bebas di populasi besar yang tidak divaksinasi.

3 dari 3 halaman

Infografis Omicron Menyebar dari Afrika Selatan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.