Sukses

Gagasan Hancurkan Asteroid Pakai Senjata Nuklir, Gagal Akibat Perjanjian Internasional?

Sebelumnya, ide untuk mengatasi bahaya asteroid pernah dibahas. Salah satunya yaitu menggunakan senjata nuklir.

Liputan6.com, Washington D.C - NASA baru saja meluncurkan pesawat ruang angkasa bernilai jutaan dolar untuk menabrak asteroid. Tujuannya untuk melindungi Bumi dari benda asing yang mampu membahayakan.

Sebelumnya, ide untuk mengatasi bahaya ini sudah pernah dibahas. Salah satunya yaitu menggunakan senjata nuklir.

Beberapa ahli sebelumnya mengatakan bahwa perangkat nuklir, jika digunakan dengan cara yang benar bisa menjadi salah satu dari beberapa alat konseptual dalam kotak peralatan pertahanan Bumi.

Untuk setiap asteroid kecil dan jauh yang dapat mengancam Bumi dalam beberapa dekade mendatang, misi seperti DART "memiliki kemungkinan yang cukup bagus untuk menyelesaikan pekerjaannya," kata Brent Barbee, seorang insinyur ruang angkasa di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, demikian dikutip dari New York Times, Kamis (25/11/2021).

"Tetapi jika asteroid lebih besar dari itu, atau jika waktu peringatan lebih pendek dari itu, maka di situlah Anda bisa beralih di luar dari penggunaan perangkat nuklir," kata Barbee.

Para astronom dan pejabat dari berbagai badan antariksa telah mensimulasikan pembelokan asteroid dari Bumi dengan kekuatan ledakan nuklir.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Simulasi Senjata Nuklir Hancurkan Asteroid

Simulasi penghancuran asteroid lainnya telah menunjukkan bahwa bahan peledak nuklir dapat digunakan untuk memusnahkan beberapa asteroid kecil dengan jarak dua bulan sebelum menabrak, dan ini dianggap mampu menimbulkan sedikit risiko bagi Bumi.

"Ada banyak aspek yang menantang dari misi nuklir dan bagaimana perangkat ini akan berinteraksi dengan asteroid," kata Barbee.

Perjanjian yang melarang penggunaan senjata nuklir, dan Perjanjian Ruang Angkasa soal landasan hukum internasional yang ditandatangani pada 1960-an, melarang penempatan atau penggunaan senjata nuklir.

Itu menunjukkan bahwa penggunaan darurat pesawat ruang angkasa bersenjata nuklir di negara mana pun untuk menangkis asteroid pembunuh akan sama dengan belanggar perjanjian yang ada.

Tapi kesulitan hukum itu bisa diselesaikan dengan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB.

 

3 dari 4 halaman

Dipertanyakan oleh Para Ahli

Apa yang direncanakan NASA kemudian dipertanyakan oleh para ahli, demikian dikutip dari laman Nature.com.

Peneliti mempertanyakan apakah pesawat NASA ini dapat mengubah lintasannya dari asteroid yang benar-benar berbahaya.

"Kemungkinan sesuatu yang cukup besar dapat menjadi masalah, yang semestinya bisa kita belokan," kata Andy Rivkin, seorang ilmuwan planet di Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins (JHU-APL) di Laurel.

Diluncurkan dari California pada 23 November 2021, pesawat ruang angkasa itu disebut Double Asteroid Redirection Test DART1.

Targetnya adalah sepasang asteroid yang bergerak bersama melalui ruang angkasa.

Pada akhir September atau awal Oktober tahun depan, DART diprediksi akan menabrak Dimorphos dengan kecepatan 6,6 kilometer per detik.

Tabrakan itu seharusnya mengecilkan orbit Dimorphos. Dimorphos dinamai menurut bahasa Yunani yang berarti 'memiliki dua bentuk', yang kemudian jadi niat NASA untuk mengubah orbit asteroid tersebut.

Para astronom yang menggunakan teleskop di Bumi akan mengamati Didymos mencari tanda-tanda perubahan orbital itu.

4 dari 4 halaman

Infografis Asteroid-Asteroid Pengancam Bumi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.