Sukses

Kenapa Cahaya Kemerahan Muncul Saat Gerhana Bulan? Ini Jawabannya

Bulan mengalami pantulan cahaya paling dramatis saat Gerhana Bulan total, yaitu berwana kemerahan.

Liputan6.com, Jakarta - Ketika berputar ke bagian luar bayangan Bumi, Bulan tidak mendapatkan cahaya Matahari. Fenomena ini disebut sebagai Gerhana Bulan.

Meski tak dapat cahaya Matahari karena terhalang Bumi, saat Gerhana Bulan muncul cahaya kemerahan dan langit tidak gelap gulita. Kenapa bisa begitu?

Fenomena yang mirip dan mungkin cukup menjelaskan mengapa hal ini terjadi adalah sama dengan fenomena yang menjelaskan mengapa langit berwarna biru. Cahaya merah yang dipantulkan Bulan ini disebut hamburan Rayleigh, atau hamburan preferensial dari panjang gelombang cahaya tertentu dari partikel yang sangat kecil - sekitar sepersepuluh panjang gelombang cahaya atau lebih kecil, sebagaimana dikutip dari Live Science, Rabu (17/11/2021). 

Saat Gerhana Bulan total, Matahari, Bumi, dan Bulan berbaris sempurna dalam urutan itu. Ketika Bumi berada tepat di depan Matahari, ia menghalangi sinar yang hendak diterima Bulan. Pada saat itu, terlihat cincin cahaya di sekitar Bulan, hasil dari cahaya matahari yang membelok di sekitar tepi Bumi.

"Cakram Terestrial yang gelap dikelilingi oleh setiap matahari terbit dan terbenam di dunia, sekaligus," menurut NASA. Namun, cahaya matahari harus melewati atmosfer Bumi sebelum mengenai Bulan.

Sepanjang jalurnya, cahaya biru dengan gelombang lebih pendek tersebar sebelum mencapai Bulan, meninggalkan warna merah dan jingga yang menyelimuti permukaan Bulan.

Voila, Bulan pun berubah menjadi merah.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Warna Merah Saat Matahari Terbit dan Terbenam

Astronom Shannon Schmoll, direktur Planetarium Abrams di Michigan State University mengatakan kepada Live Science tentang warna kemerahan yang muncul saat Matahari terbit dan terbenam.

"Ketika matahari lebih tinggi di langit pada siang hari, cahaya merah langsung menembus ke tanah, Sementara cahaya biru tersebar dan oleh karena itu lebih mungkin berada di garis pandang Anda," jelasnya.

Di siang hari, gelombang cahaya matahari disaring melalui atmosfer kita. Pada saat yang sama, molekul gas nitrogen dan oksigen kecil membiarkan gelombang yang lebih panjang seperti merah, oranye, dan kuning, menembus langsung ke tanah (melewati garis pandang kita).

Namun, gelombang yang lebih pendek - seperti violet dan biru, diserap dan kemudian tersebar ke segala arah, memberi mereka lebih banyak kesempatan untuk ditangkap mata (langit berwarna biru).

"Saat Matahari terbenam, karena Matahari rendah di langit, cahaya merah melewati garis pandang Anda, smementara cahaya biru menyebar menjauh darinya."

3 dari 4 halaman

Gerhana Bulan Parsial, Total, dan Penumbra

Selama Gerhana Bulan total, Bulan akan berubah ke dalam berbagai warna pada tahap yang berbeda. Awalnya, Bulan akan terlihat berwarna abu-abu, kemudian berubah menjadi oranye dan kuning.

Kondisi atmosfer juga dapat memengaruhi kecerahan warna. Misalnya, partikel ekstra di atmosfer, seperti abu dari kebakaran hutan besar atau letusan gunung berapi baru-baru ini, dapat menyebabkan Bulan tampak lebih gelap, menurut NASA.

Bulan tidak selalu bersembunyi sepenuhnya di balik bayangan Bumi. Selama Gerhana Bulan parsial, Matahari, Bumi, dan Bulan sedikit tidak sejajar sehingga bayangan planet kita hanya menutupi sebagian Bulan.

Seorang pengamat langit pemula mungkin bahkan tidak memerhatikan jenis ketiga dari Gerhana Bulan, jenis penumbra. Saat Gerhana Bulan penumbra, bulan berada di penumbra Bumi, atau bayangan luar Bumi yang samar.

Untuk melihat ilmu atmosfer ini beraksi, lihatlah Gerhana Bulan parsial terpanjang abad ini yang akan menghiasi langit pada 18 dan 19 November.

Dua Gerhana Bulan berikutnya adalah Gerhana Bulan Total dan akan terjadi pada 16 Mei 2022 (terlihat di Amerika, Eropa, dan Afrika), disusul dengan 8 November 2022 (terlihat di Asia, Australia, Pasifik, dan Amerika), menurut NASA.

 

 

Penulis: Anastasia Merlinda

4 dari 4 halaman

Infografis Gerhana Bulan Parsial

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.