Sukses

Mustafa Kemal Ataturk, Pahlawan Sekuler Turki yang Akhiri Era Utsmaniyah

Mustafa Kemal Ataturk, pahlawan sekuler Turki yang memberontak melawan kesultanan Utsmaniyah.

Liputan6.com, Ankara - Nama Mustafa Kemal Atatürk mendadak jadi sorotan di Indonesia. Pasalnya, nama bapak bangsa di Turki itu disebut akan menjadi nama jalan di Jakarta. 

Sejumlah kelompok konservatif seperti MUI dan PKS langsung menolak. Beredar pula hoaks lama bahwa jenazah Mustafa Kemal Ataturk bau bangkai, padahal hoaks itu sudah lama dibantah.

Berdasarkan biografi Atatürk di Britannica, sosok itu menjadi bapak dari Turki modern karena berhasil mengangkat semangat rakyat untuk bangkit usai beragai kekalahan dan mismanajemen oleh sultan-sultan Utsmaniyah. 

Mustafa Kemal lahir pada 1881 di Salonika (kini wilayah Yunani). Ketika muda, ia kuliah di War College di Istabul. Kampus itu ternyata memiliki sentimen negatif terhadap Sultan Abdul Hamid II yang opresif.

Sejarah mencatat Sultan Abdul Hamid II mengerahkan polisi rahasia, serta melakukan sensor kepada oposisi. Pembantaian di Armenia juga dilakukan di zamannya, selain itu banyak konflik terjadi di zamannya.

Namun, kekuatan Utsmaniyah sudah lama melemah, serta banyak kasus korupsi. Mereka lantas dijuluki Orang Sakit di Eropa.

Mustafa Kemal kemudian bergabung dengan Committee of Union and Progress (CUP) yang punya koneksi dengan Young Turks (Turki Muda). Kelompok anti-pemerintah inilah yang memicu akhir dari Kesultanan Utsmaniyah.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perang Dunia I

Pada 1908, pemberontakan pecah di Makedonia. Sultan dituntut untuk menegakkan kembali konstitusi 1876 untuk membatasi kekuasannya. 

Gerakan itu dipimpin oleh kelompok Turki Muda. Sosok pahlawan di pemberontakan ini adalah Enver Paşa, yang sebetulnya anti-pemerintah. Namun, Envar dan Mustafa Kemal adalah rival. 

Ketika Perang Dunia I pecah, Mustafa Kemal ikut menjadi sosok pahlawan. Ia mendapat sorotan dunia setelah menyelamatkan Istanbul dari serangan Inggris dan sekutunya (waktu itu Turki berpihak dengan Jerman). 

Pada periode ini, sultan Utsmaniyah sebetulnya sudah tak punya kekuatan, dan sebetulnya Enver Paşa yang membawa Turki masuk ke PD I. Waktu itu, Enver adalah Menteri Perang. Sultan Mehmed V lantas mendeklarasi jihad melawan pasukan Sekutu. 

Sejarah mencatat keputusan terlibat ke Perang Dunia I ternyata tidaklah bijak bagi Turki. Perang inilah yang mengakhiri reputasi Enver, serta membuka jalan menuju akhir kesultanan Utsmaniyah.

3 dari 3 halaman

Istanbul dan Ankara

Ketika situasi berantakan usai PD I, Mustafa Kemal hadir sebagai pahlawan untuk menstabilkan Anatolia pada 1919. Tugas itu diberikan oleh sultan terakhir: Mehmed VI.

Namun, Mustafa Kemal malah mengklaim Sultan Mehmed V dijadikan tawanan oleh pasukan Sekutu. Perintah dari Sultan Mehmed V lantas diabaikan, meski Sekutu telah meminta sang sultan untuk mengirim pesan ke berbagai pemimpin daerah agar tak mengikuti instruksi Mustafa Kemal. 

Mustafa Kemal perlahan berhasil menarik simpatisan dari kalangan nasionalis di Turki. Ia lantas mendirikan pusat pemerintahan sendiri di Ankara, sementara sultan di Istanbul.

Di Ankara, kekuasaan Mustafa Kemal semakin kuat. Ia menjadi presiden, mendirikan parlemen, dan punya pasukan militernya sendiri untuk menjaga Turki yang kondisinya sedang lemah usai kalah di PD I. 

Salah satu pertarungan yang ia alami adalah melawan pasukan Yunani yang ingin masuk ke wilayah Turki. 

Pengaruh Mustafa Kemal semakin besar dan akhirnya pada 1 November 1922 muncul keputusan dari parlemen di Ankara untuk membubarkan kesultanan Utsmaniyah. 

Sultan Mehmed VI lantas turun takhta dan menjadi eksil di Italia. Dengan ini, sejarah ratusan tahun kesultanan Utsmaniyah berakhir dan lahirlah Republik Turki yang menganut paham sekuler.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.