Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

8 Ritual Seks Ini Dianggap Aneh, Masturbasi di Publik hingga Apel Bau Ketiak

Ritual seks ini dianggap aneh. Mulai dari masturbasi di publik hingga tawaran apel bau ketiak.

Liputan6.com, Jakarta - Terlepas dari sentuhan modernitas yang telah melanda sebagian besar Afrika, beberapa budaya masih sangat mengidentifikasikan diri dengan tradisi dan kebiasaan yang telah lama mereka pegang.

Mereka bangga dengannya, dan terus mempraktekkannya hingga sekarang. Mereka menarik, tetapi bagi sebagian orang itu bisa jadi tabu.

Festival pencurian istri di Niger, Afrika Barat misalnya.

Tak hanya itu, sejumlah ritual seks lainnya yang dianggap aneh terjadi di sejumlah wilayah. Dikutip dari laman scoopwhoop, Kamis (14/10/2021), berikut 8 ritual seks yang dianggap aneh:

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 10 halaman

1. Suku Trobriander di Papua Nugini Melakukan Seks di Usia Muda

Suku Trobriander dari Papua Nugini disebut melakukan seksualitas sejak usia sangat muda.

Anak laki-laki mulai melakukan aktivitas seksual dari usia 10-12, sedangkan anak perempuan mulai dari 6 tahun.

Hal semacam ini mungkin bisa ilegal jika terjadi di banyak tempat di seluruh dunia.

 

 

3 dari 10 halaman

2. Di Mangaia Wanita yang Lebih Tua Berhubungan Seks dengan Anak Laki-Laki

Di Mangaia, sebuah pulau di Samudra Pasifik Selatan, anak laki-laki berusia sekitar 13 tahun berhubungan seks dengan wanita yang lebih tua.

Mereka yang mengajari seluk-beluk tindakan dan cara terbaik untuk menyenangkan pasangan mereka.

 

4 dari 10 halaman

3. Di Pedesaan Austria Wanita Memberi Apel Bau Ketiak pada Pria

Di pedesaan Austria, wanita muda melakukan tarian ritual dengan irisan apel yang dijejalkan di ketiak mereka. Setelah dansa, masing-masing memberikan potongannya kepada pria pilihannya, dan pria itu kemudian memakannya.

 

5 dari 10 halaman

4. Suku Kreung Kamboja Membangun Gubuk Cinta

Suku Kreung terbiasa membangun gubuk cinta. Di mana gadis remaja dapat berhubungan seks dengan pria yang berbeda sampai mereka menemukan pasangan yang cocok.

Para tetua di Suku Kreung Kamboja membangun pondok cinta untuk putri remaja mereka. Anak laki-laki yang berbeda menghabiskan malam di sini hari demi hari, sampai dia menemukan pasangan yang cocok yang kemudian bersamanya seumur hidup.

 

6 dari 10 halaman

5. Di Yunani Kuno Pria Dewasa Jadikan Anak Laki-laki sebagai Kekasih

Bagi orang Yunani Kuno, identitas seksual tidak bergantung pada jenis kelamin dan preferensi, tetapi pada siapa yang aktif melakukan penetrasi dan menjadi partner berhubungan seksual (pasif).

Peran aktif dikaitkan dengan status sosial yang lebih tinggi, sedangkan peran pasif berarti pemuda dan feminitas, atau 'cinta anak laki-laki' dengan kata lain.

 

7 dari 10 halaman

6. Laki-laki di Sebuah Suku Nepal Berbagi Satu Wanita

Beberapa suku Nepal di kawasan Himalaya mempraktikkan poliandri.

Pada dasarnya, semua saudara berbagi satu wanita, sehingga mereka tidak memiliki terlalu banyak anak untuk lahan pertanian mereka yang terbatas.

 

8 dari 10 halaman

7. Upacara Masturbasi Publik di Zaman Mesir Kuno

Mesir kuno terobsesi dengan masturbasi. Mereka percaya pasang surutnya Sungai Nil disebabkan oleh ejakulasi dewa penciptaan mereka.

Selama festival Dewa Min di Mesir, yang mewakili kekuatan seksual Firaun, pria secara teratur melakukan masturbasi di depan umum.

 

9 dari 10 halaman

8. Seks Ala Wanita Suku Guajiro

Wanita Suku Guajiro harus membuat pria 'jatuh' untuk bercinta. Orang Guajiro Kolombia memiliki tarian seremonial. Jika seorang wanita menabrak seorang pria selama pesta dansa, mereka harus berhubungan seks.

 
10 dari 10 halaman

Infografis Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Karantina dan Isolasi untuk Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.