Sukses

Rasisme dalam Layanan Kesehatan di Rumah Sakit Berujung Kematian

Joyce Echaquan, seorang pribumi yang meninggal tak lama setelah merekam tindak rasis dua staf rumah sakit

Liputan6.com, Ottawa - Kematian seorang perempuan pribumi, Joyce Echaquan, tahun lalu dapat dicegah dan merupakan kasus yang tak terelakkan dari rasisme, ujar seorang koroner dari Kanada.

Dilansir dari laman BBC, Kamis (7/10/2021), Echaquan, seorang ibu tujuh anak, meninggal tak lama setelah merekam sebuah video yang menunjukkan staf rumah sakit menghinanya.

Dalam laporannya, koroner Géhane Kamel menemukan bahwa perempuan itu meninggal akibat kelebihan cairan di paru-parunya.

Staf rumah sakit di Joliette, Quebec telah salah mengira ia menderita karena narkotika.

Konferensi pers hari Selasa untuk menjelaskan temuan penyelidikan tiga minggunya, Kamel mengatakan Echaquan, yang memiliki riwayat masalah jantung, "diinfantilisasi" dan dicap sebagai penyalahguna narkoba oleh staf kesehatan meskipun tidak ada bukti yang mendukung hal ini.

Asumsi yang salah ini mempengaruhi perawatan Echaquan dan mengambil peran pada kematiannya.

Ditanyai apakah ia pikir Echaquan akan masih hidup jika ia berkulit putih, Kamel menjawab, “Saya pikir begitu” dalam bahasa Prancis.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perdana Menteri Quebec Tak Akui Adany Rasisme

Pemeriksa, yang mengatakan penyelidikan itu mengguncangnya, tampak menahan air mata di beberapa titik selama konferensi pers.

Echaquan, perempuan Atikamekw berusia 37 tahun, pergi ke rumah sakit Joliette, sekitar 70 km (45 mil) dari Montreal, menderita sakit perut. Ia merekam dirinya di ranjang rumah sakit sambil berteriak dan meminta bantuan datang segera.

Dalam video yang direkam pada September 2020, dua anggota staf berada di kamarnya, dan satu orang terdengar berkata padanya dalam bahasa Prancis: “Kamu bodoh sekali”. Yang lain mengatakan kepadanya bahwa ia membuat pilihan yang buruk dalam hidupnya dan bertanya ap ayang akan dipikirkan anak-anaknya tentang perilakunya.

Kedua staf itu telah dipecat.

Kematian Echaquan menyebabkan protes keras nasional dan seruan bagi para pemimpin politik di Quebec untuk mengakui adanya rasisme sistemik di provinsi tersebut.

Perdana Menteri Quebec, François Legault, menyebut insiden itu "benar-benar tidak dapat diterima" tetapi membantah rasisme semacam itu ada di provinsinya.

Pengacara Echaquan mengatakan mereka akan segera mengajukan gugatan atas kematiannya, serta pengaduan ke fakultas kedokteran provinsi, perintah perawat dan komisi hak asasi manusia.

 

Reporter: Ielyfia Prasetio

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.