Sukses

5 Orang Ditangkap Terkait Pembunuhan Pemimpin Rohingya di Bangladesh

Lima orang telah ditangkap terkait pembunuhan pemimpin Rohingya.

Liputan6.com, Jakarta - Lima pria Rohingya telah ditangkap atas pembunuhan seorang pemimpin komunitas terkemuka di sebuah kamp pengungsi di Bangladesh, kata polisi pada Minggu (3/10), menambahkan bahwa mereka sedang menyelidiki hubungan dengan kelompok militan.

Mohib Ullah - tokoh terkemuka untuk lebih dari 800.000 minoritas Muslim yang melarikan diri dari militer Myanmar dalam eksodus massal - dibunuh oleh orang-orang bersenjata pada Rabu malam di salah satu kamp yang tersebar di tenggara Bangladesh.

Dilansir dari laman Channel News Asia, Senin (4/10/2021), keluarganya menyalahkan militan dari Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), sebuah kelompok di balik beberapa serangan di Myanmar, dengan para aktivis mengklaim mereka marah dengan popularitasnya yang semakin meningkat di kamp-kamp.

"Kami telah menangkap lima orang atas pembunuhan Mohib Ullah," kata komandan unit polisi yang bertanggung jawab atas keamanan kamp, ​​Naimul Haque, kepada AFP.

Dua dari pria itu ditahan selama tiga hari untuk diinterogasi, kata pihak berwenang. Tiga lainnya belum muncul di pengadilan.

Seorang pria Rohingya berusia 28 tahun juga ditangkap atas pembunuhan pekan lalu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Proses Penyelidikan

Keenamnya sedang diselidiki terkait dengan ARSA, yang malah menyalahkan "penjahat tak dikenal" atas kematian Ullah.

Seorang anggota kelompok hak asasi yang dipimpin Mohib Ullah menuduh bahwa salah satu dari mereka yang ditangkap, Mohammad Elias yang berusia 35 tahun, adalah anggota ARSA dan telah mengancam pemimpin itu pada bulan Juni.

Anggota tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena khawatir akan keselamatannya, mengatakan setidaknya sepuluh pemimpin kelompok Mohib Ullah bersembunyi karena mereka takut akan lebih banyak serangan.

Dan sementara pihak berwenang telah meningkatkan keamanan di kamp-kamp, ​​keluarga Mohib Ullah mengatakan bahwa mereka bahkan takut melangkah keluar dari rumah mereka.

"Kami tidak bisa keluar dari rumah. Mereka (ARSA) mengancam akan membunuh kami," kata adik Mohib Ullah, Habibullah, kepada AFP.

"Kami menerima ancaman melalui pesan audio dalam beberapa hari terakhir. Saya sekarang dalam keadaan panik. Kami menerima ancaman pembunuhan karena mengatakan bahwa anggota ARSA membunuh saudara saya."

Juru bicara polisi Cox's Bazar Rafiqul Islam mengatakan mereka siap untuk memberikan keamanan kepada keluarga Ullah jika mereka mengajukan banding.

Pada hari Jumat Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet menyerukan "penyelidikan yang cepat, menyeluruh, dan independen" atas pembunuhan tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.