Sukses

Forum FPCI: Kota Harus Menjadi Tempat yang Nyaman untuk Ditinggali

FPCI menghadirkan diskusi yang membahas tentang bagaimana kota berpengaruh dalam perubahan iklim.

Liputan6.com, Jakarta - Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) mengadakan diskusi kembali yang mengusung pembahasan mengenai “Kota-kota yang Tenggelam dan Darurat Iklim: Jakarta and Beyond”.

Diskusi yang digelar pada Kamis, 30 September menghadirkan tiga pembicara, yakni Gubernur Jakarta Anies Baswedan, Dubes US di Indonesia Sung Y. Kim, dan Presiden dan CEO WRI US Ani Dasgupta, serta Dino Patti Djalal selaku moderator dan Founder FPCI.

Dalam diskusi tersebut membahas bahwa perubahan iklim telah menjadi krisis global, di mana semua orang harus bertidak sekarang karena waktu terus bergerak. Untuk dapat memerangi krisis global tersebut, dibutuhkan juga sebuah komitmen global.

“Di Indonesia hutan besar telah terlibat secara intens untuk meningkatkan ambisi iklim kolektif. Kami berkomitmen terhadap dialog iklim bilateral yang berfokus pada empat isu kunci perubahan iklim, yakni pengurangan emisi dan tujuan 0 bersih dalam jangka panjang, ekosistem alam dan tata guna lahan, energi terbarukan dan pembiayaan hijau” kata Kim.

Anies mengatakan bahwa dunia sedang urbanisasi, hal tersebut dibuktikan dengan adanya data pada 2018, sekitar 55% dari populasi tinggal di kota dan pada 2021, 56% dan diproyeksikan bahwa setidaknya 60% populasi dunia akan tinggal di kota pada 2030, dan bahkan pada 2050 sudah diproyeksikan sebanyak 78% orang yang akan tinggal di kota.

“Ini jelas bahwa tren dunia sedang urbanisasi, kota memiliki peran penting untuk peradaban kita,” ujar Anies.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kehabisan Waktu Jika Tidak Ada Gerakan

Ani juga setuju dengan pendapat Anies, “Kita perlu khawatir dengan kota dan iklim karena kebanyakan orang di dunia tinggal di kota. Kota harus menjadi tempat yang sehat, harus menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali, memiliki udara yang bersih, dan air minum yang bersih.”

Oleh karena itu, kota harus bisa menyediakan layanan dasar untuk kualitas hidup kebanyakan orang. Tidak hanya itu, kota juga paling berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi.

Ani mengatakan alasan orang tinggal di kota karena tiga hal yakni kota menyediakan pekerjaan, pendidikan, produktivitas, yang membuat kota akan terus berkembang.

Keadaan semakin diperburuk dengan adanya pandemi COVID-19, semua orang dan sektor sangat berdampak. Ini menjadi sebuah tantangan kedepan bersama, karena kita semua harus menyeimbangi semua masalah, baik karbon, pekerjaan, dan pandemi secara bersamaan, kata Ani.

Kota harus membuat keputusan yang bijak untuk memerang semua ini. Bukan hanya satu kota, melainkan ada 5.000 kota yang harus berubah.

 

Reporter: Cindy Damara

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.