Sukses

Pertama Sejak Taliban Berkuasa, Penerbangan Komersil Asing Tinggalkan Bandara Kabul

Penerbangan komersial pertama meninggalkan Bandara Kabul.

Liputan6.com, Kabul - Sebuah penerbangan komersial internasional meninggalkan Kabul pada Senin (13/9), yang pertama sejak Taliban merebut kembali kekuasaan bulan lalu.

Melansir Channel News Asia, Senin (13/9/2021), ini menawarkan beberapa harapan bagi warga Afghanistan yang masih putus asa untuk meninggalkan negara itu.

Bandara ibukota Afghanistan dibiarkan hancur setelah pasukan pimpinan AS menyelesaikan evakuasi kacau lebih dari 120.000 orang, dan Taliban sejak itu bergegas untuk mengoperasikannya dengan bantuan teknis dari Qatar dan negara-negara lain.

 

Pada Senin pagi, sebuah jet Pakistan International Airlines (PIA) mendarat di Kabul, sebelum melakukan penerbangan kembali ke Islamabad.

Sekitar 70 orang berada dalam penerbangan ke ibu kota Pakistan, sebagian besar warga Afghanistan yang merupakan kerabat staf organisasi internasional seperti Bank Dunia, menurut staf darat bandara.

"Saya sedang dievakuasi. Tujuan akhir saya adalah Tajikistan," kata seorang pengungsi Bank Dunia berusia 35 tahun, yang tidak mau disebutkan namanya.

"Saya akan kembali ke sini hanya jika situasi memungkinkan perempuan untuk bekerja dan bergerak bebas."

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tantangan Bagi Taliban

Dimulainya kembali penerbangan komersial akan menjadi ujian utama bagi kelompok militan garis keras, yang telah berulang kali berjanji untuk mengizinkan warga Afghanistan dengan dokumen yang tepat untuk meninggalkan negara itu dengan bebas.

Saat penumpang bersiap untuk naik, staf bandara melakukan tugas mereka, meskipun bekerja di bawah rezim baru dirusak oleh ketakutan dan kebingungan bagi perempuan.

"Saya tidak tahu apakah kami akan dibunuh atau tidak karena bekerja di sini," salah satu dari dua wanita yang menangani mesin pemindai keamanan mengatakan kepada AFP.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.