Sukses

Gelombang COVID-19 Ketiga Mereda, Afrika Selatan Mulai Longgarkan Aturan

Pemerintah Afrika Selatan melonggarkan aturannya ketika gelombang COVID-19 mereda.

Liputan6.com, Jakarta - Afrika Selatan akan melonggarkan pembatasan COVID-19 dan memperpendek jam malam nasional mulai Senin (13/9) setelah penurunan infeksi, kata Presiden Cyril Ramaphosa dalam pidato yang disiarkan televisi.

Pihak berwenang juga akan memperpanjang jam penjualan alkohol, kata presiden, melonggarkan pembatasan lebih lanjut yang diperkenalkan pada bulan Juni untuk memerangi gelombang ketiga kasus yang disebabkan oleh varian Delta. Demikian seperti mengutip laman Channel News Asia, Senin (13/9/2021).

"Sementara gelombang ketiga belum berakhir, kami telah melihat penurunan infeksi yang berkelanjutan di seluruh negeri selama beberapa minggu terakhir," kata Ramaphosa.

Pihak berwenang melaporkan 3.961 kasus baru pada hari Minggu, dibandingkan dengan puncaknya ketika mencapai sekitar 26.500 kasus per hari pada awal Juli.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penjualan Alkohol Kembali Diizinkan

Pengumuman itu akan membawa negara itu turun satu tingkat dalam sistem pembatasan lima tingkat, di mana lima adalah yang tertinggi, ke 'tingkat 2 yang disesuaikan'.

Jam malam akan dimulai satu jam kemudian pada jam 11 malam tetapi masih berlangsung hingga jam 4 pagi. Toko-toko akan dapat menjual alkohol dari Senin hingga Jumat. Semua penjualan alkohol dilarang pada bulan Juni, kemudian diizinkan di toko-toko dari Senin hingga Kamis pada bulan Juli.

Bar dan restoran telah diizinkan untuk menyajikannya selama jam buka sejak Juli.

Ramaphosa mengimbau lebih banyak orang untuk divaksinasi, dengan mengatakan ada dosis yang cukup untuk semua orang, tetapi hanya sekitar 7 juta orang dari populasi lebih dari 60 juta yang sepenuhnya dilindungi.

Afrika Selatan telah menjadi salah satu yang terparah di benua itu dalam hal kasus dan kematian yang dilaporkan.

Perusahaan asuransi kesehatan telah mengutip keraguan vaksin sebagai faktor kunci yang mempengaruhi laju kampanye vaksinasi.

Ramaphosa mengatakan negara itu bekerja keras untuk meningkatkan jumlah orang yang mendapatkan vaksin, dengan fokus pada individu yang lebih tua atau rentan. Dia menambahkan bahwa negara itu juga sedang melihat paspor vaksin dan akan memberikan informasi lebih lanjut tentang ini nanti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.