Sukses

Pramugari hingga Biarawati, Sederet Pahlawan di Balik Tragedi 11 September 2001

Beberapa orang ini dianggap pahwalan karena berhasil menyelamatkan korban dari tragedi 11 September 2001 atau dikenal sebagai 9/11.

Liputan6.com, New York - Tragedi 11 September mengakibatkan hilangnya 2.753 nyawa di New York City. Namun, di antara orang-orang yang terkena dampak ada beberapa yang menjadi pahlawan serta sukarelawan untuk menolong orang lain.

Berdasarkan Biography.com yang dilansir Minggu (11/9/2021), berikut ini beberapa pahlawan dengan keberanian dan komitmennya untuk membantu orang lain pada saat serangan 11 September 2001: 

Betty Ong dan Madeline Amy Sweeney, Pramugari American Airlines 11 yang membantu mengidentifikasi para pembajak

American Airlines Flight 11 (American Airlines Penerbangan 11) adalah pesawat pertama yang dibajak pada pagi hari tanggal 11 September 2001. Sekitar pukul 08.15 teroris telah menguasai pesawat, pramugari Betty Ong dan Madeline Amy Sweeney segera menghubungi maskapai tersebut.

Ong menggambarkan situasi mereka, termasuk penggunaan gas oleh teroris, sementara Sweeney menyampaikan di mana para pembajak duduk.

Keduanya membantu pihak berwenang untuk memahami jenis ancaman yang dihadapi dan informasi yang mereka bagikan akan berguna dalam mengidentifikasi para pembajak. Ong dan Sweeney tetap melakukan panggilan mereka hingga pesawat sengaja diterbangkan ke Menara Utara World Trade Center pada pukul 8:46 pagi.

Brian Clark menyelamatkan seorang pria yang terjebak di lantai 81 Menara Selatan World Trade Center

Stanley Praimnath, pria yang berada di lantai 81 Menara Selatan ketika pesawat kedua, United Airlines Penerbangan 175, menabrak pukul 09:03. Lokasi Praimnath cukup dekat dengan titik serang sehingga ia bisa melihat ketika pesawat telah mendekat.

Meskipun Praimnath selamat, ia tidak dapat melihat jalan keluar akibat kerusakan yang terjadi. Untungnya, Brian Clark, yang juga bekerja di menara tersebut, mendengar teriakan minta tolong Praimnath.

Dengan bantuan Clark, Praimnath berhasil melompati puing-puing yang menghalangi jalannya. Kedua pria itu turun dari lantai atas yang telah hancur dan berhasil keluar dari menara.

Menurut Clark, Praimnath juga telah membantunya untuk bertahan hidup, sebab kelompok yang bersamanya ketika dia pergi membantu Praimnath telah naik ke tempat yang lebih tinggi untuk menunggu bantuan, namun keputusan tersebut menyebabkan konsekuensi yang fatal karena Menara Selatan justru runtuh pada pukul 9:59 pagi.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pahlawan-Pahwalan Dalam Tragedi 11 September 2001

Michael Benfante dan John Cerqueira membawa seorang wanita berkursi roda ke tempat yang aman

Setelah terjadi serangan 9/11, untuk keluar dari World Trade Center tidak dapat melalui lift. Para pekerja dari lantai atas harus turun melalui tangga yang telah dipenuhi asap.

Rutenya yang di lewati cukup sulit bagi mereka yang sehat, sementara bagi pengguna kursi roda tidak mungkin untuk melewati rute tersebut.

Michael Benfante yang berada di lantai 68 Menara Utara World Trade Center bertemu dengan Tina Hansen pengguna kursi roda yang terjebak karena tidak dapat turun dari lantai tersebut. Benfante dan rekannya John Cerqueira segera menggendong dengan kursi roda ringan melalui tangga darurat dan kondisi yang berbahaya.

Untungnya, ketiganya berhasil keluar dari gedung dengan selamat.

Patricia Horoho mendirikan area triase (IGD) setelah serangan Pentagon

Pentagon adalah target ketiga dari serangan American Airlines Penerbangan 77 yang menghantam gedung pada pukul 09:37. Upaya para korban yang selamat dan berani keluar gedung melewati lokasi yang terdapat banyak api.

Patricia Horoho, seorang perawat Angkatan Darat yang saat itu adalah seorang letnan kolonel berhasil mendirikan area triase atau tempat untuk penanganan pasien prioritas. Meskipun pada awalnya Horoho tidak memiliki apa-apa selain kotak P3K, pengetahuan dan pengalamannya dalam perawatan luka bakar dan mengatasi trauma dapat membantu untuk pemberian perawatan medis kepada 75 pasien di hari itu.

Frank De Martini dan Pablo Ortiz menyelamatkan 50 nyawa di Menara Utara

Frank De Martini, seorang manajer konstruksi yang bekerja untuk Otoritas Pelabuhan dan Pablo Ortiz, seorang instruktur konstruksi Otoritas Pelabuhan, berada di dalam Menara Utara ketika insiden terjadi.

Keduanya berhasil selamat, mereka mulai membantu orang-orang yang terjebak di lantai 88 dan 89. Bersama dengan beberapa rekan kerja mereka, keduanya diperkirakan telah menyelamatkan sekitar 50 nyawa dengan membuka pintu lift yang macet, membersihkan kantor yang telah hancur, mengarahkan orang-orang ke pintu keluar, dan menyediakan jalur penyelamat di tengah debu dan api sebagai penghalang.

Mereka mencoba untuk membantu orang lain sebelum Menara Utara runtuh pada pukul 10:28 pagi.

 

 

3 dari 4 halaman

Pahlawan-Pahwalan Dalam Tragedi 11 September 2001

Todd Beamer, Mark Bingham, Tom Burnett dan Jeremy Glick Penumpang penerbangan 93 yang melawan pembajak

United Airlines Penerbangan 93 adalah pesawat keempat yang dibajak pagi itu. Namun keberangkatan pesawat dari Bandara Newark telah ditunda hingga pukul 8:41 pagi.

Saat itu para teroris tidak dapat menguasai pesawat hingga sekitar pukul 9:30.

Todd Beamer, Mark Bingham, Tom Burnett, dan Jeremy Glick sebagai penumpang memutuskan untuk melawan dan mencoba menjaga pesawat yang mereka tumpangi agar tidak merusak yang lainnya.

Di pesawat, ketika Sandra Bradshaw seorang pramugari sedang merebus air, kendinya dijadikan senjata selain peralatan makan dan alat pemadam kebakaran. Sebuah gerobak makanan diluncurkan ke arah pintu kokpit yang telah terkunci.

Para teroris menyadari pilot akan menabrakkan pesawat di sebuah lapangan di Shanksville, Pennsylvania, pada pukul 10:03 pagi dan menewaskan orang-orang di dalamnya. Tindakan heroik ini membuat Penerbangan 93 tidak mencapai target yang diinginkan, teroris mungkin telah merencanakan untuk menyerang Gedung Putih atau Gedung Capitol AS, sehingga dengan tindakan ini sejumlah nyawa yang berada digedung tersebut terselamatkan.

Sebuah boatlift membawa 500.000 orang ke tempat yang aman

Meskipun beberapa korban yang mencari perlindungan di daerah sekitar World Trade Center dapat melakukan perjalanan ke utara, dan yang lain dapat menyeberangi Jembatan Brooklyn dengan berjalan kaki. Ribuan orang tidak punya pilihan selain menuju ke selatan melalui jalur air. Tak disangka mereka disambut oleh perahu yang siap menyediakan transportasi.

Perahu-perahu ini tiba sebelum panggilan bantuan keluar dari penjaga pantai dan meskipun udara dipenuhi asap, yang membuatnya sulit untuk dinavigasi. Selain itu, dalam kondisi ketakutan bahwa serangan lain mungkin terjadi kapan saja, akhirnya lebih dari 100 kapal ikut serta dalam pengangkutan yang diperkirakan 500.000 orang selama sembilan jam untuk dibawa ke lokasi yang lebih aman.

Cynthia Mahoney, biarawati yang memberikan konseling dan memberkati jenazah di Ground Zero selama enam bulan

Setelah tragedi 11 September banyak orang secara sukarela membantu untuk pemulihan kondisi kota dengan cara apa pun. Beberapa tiba dari lokasi seperti California, Texas dan Virginia dan yang lainnya adalah penduduk kota New York.

Adalah Cynthia Mahoney, seorang biarawati yang baru saja pindah dari Carolina Selatan. Ia memiliki pelatihan medis darurat, jadi dengan cepat ia masuk ke dalam ambulans untuk menawarkan bantuannya. Ia terus kembali ke Ground Zero, lokasi World Trade Center yang telah hancur, untuk memberikan konseling dan memberkati jenazah selama enam bulan.

Dia menulis, "Saya bersyukur saya dapat bekerja di zona perang ini dan menjadi saksi kepahlawanan setiap hari ... Tapi, ketika saya pulang, saya mengalami waktu yang sulit. Apa yang saya lihat sangat menantang, tapi apa yang akan tinggal bersamaku selamanya adalah aromanya. Tidak seperti yang pernah aku alami."

Cynthia meninggal pada tahun 2006, setelah menderita penyakit paru-paru yang di yakini terkait saat ia menjadi sukarelawan ketika udara dipenuhi racun di Ground Zero.

Tim penyelamat yang bekerja siang dan malam untuk mencari jasad dari serangan 9/11

Terdapat banyak tim penyelamat yang berada di World Trade Center untuk membantu mereka yang terjebak dan terluka oleh serangan tersebut. Korban tewas termasuk 23 petugas polisi Kota New York, 37 petugas Otoritas Pelabuhan, dan 343 anggota pemadam kebakaran Kota New York.

Mereka yang kehilangan nyawa dalam menjalankan tugas adalah pahlawan. Namun tim penyelamat terus muncul dan bekerja pada hari-hari setelah serangan dapat disebut sebagai pahlawan. Di sana, mereka bekerja dengan shift yang melelahkan dan kondisi yang berbahaya, mencari korban selamat dan mencari jasad dari tragedi 11 September tersebut.

 

Penulis : Vania Dinda Marella

4 dari 4 halaman

INFOGRAFIS: Deretan Kecelakaan Pesawat di Indonesia dalam 5 Tahun Terakhir

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.