Sukses

China Bekukan Akun Penggemar Artis K-Pop Blackpink Sampai BTS di Weibo, Dianggap Irasional

Sebanyak 21 akun penggemar bintang K-Pop seperti BTS, Blackpink hingga IU ditutup sementara selama 30 hari oleh pemerintah China.

Liputan6.com, Beijing - Belakangan ini China tengah gencar menertibkan industri hiburan. Mulai dari artis Vicky Zhao, Zhang Zhehan, Kris Wu jadi sasaran, konten mereka dilenyapkan dari platform negara tersebut, seperti Tencent Video, iQIyi dan Youku.

Para penggemar K-pop di platform Weibo kini jadi sasaran terbaru dari kebijakan China. Alhasil Weibo, media sosial seperti Twitter di China, menjadi sangat disensor.

Bahkan China mengumumkan telah menangguhkan 21 akun penggemar khusus berbagai artis K-pop. Lantaran China menganggap perilaku mereka dalam mengejar para idola tidaklah rasional.

Akun yang bakal dibekukan atau suspensi selama 30 hari itu melibatkan para penggemar artis populer Korea Selatan atau K-pop, termasuk fan BTS, Blackpink, EXO dan IU.

Diwartakan dari CNN Business pada Kamis (9/9/2021), larangan ini berawal dari akun penggemar anggota boyband "BTS" Jimin yang ditangguhkan.

Sebuah pemberitahuan di akun fan club Jimin menyampaikan bahwa "Akun tersebut untuk sementara waktu dilarang memposting, karena melanggar peraturan komunitas Weibo."

Pihak Weibo mengatakan bahwa beberapa postingan pada media sosial tersebut juga turut dihapus. Lalu secara tegas menentang perilaku mengejar bintang yang tidak rasional dan menindaklanjuti perkara lebih serius. Dan berjanji untuk mempromosikan kegiatan mengejar bintang yang rasional dan mengatur ketertiban masyarakat.

Dalam beberapa pekan terakhir, industri hiburan China menjadi bidikan peraturan ketat oleh Partai Komunis yang berkuasa saat ini, usai tindakan keras Presiden China Xi Jinping terhadap bisnis swasta telah meluas melampaui target awalnya di sektor teknologi.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Era Sebelumnya Pernah Terjadi

Adapun Zhao Wei, salah satu aktris paling terkemuka di China juga jadi target. Sebagian besar bentuk informasi yang tersebar tentangnya tak tanggung-tanggung dihapus dari situs internet China dalam waktu semalam saja.

Halaman penggemarnya di Weibo ditutup. Beberapa film dan acara televisi yang ia bintangi dikeluarkan dari platform streaming, dan namanya juga dihapus dari daftar pemeran - sejak dua dekade lalu.

Pihak berwenang juga membidik budaya penggemar selebritas yang populer di kalangan anak muda China. Cyberspace Administration of China (CAC) yang belum lama ini mengumumkan 10 langkah untuk menyapu bersih "kekacauan" klub penggemar selebritas, termasuk melarang segala upaya untuk memeringkat selebritas berdasarkan popularitas, memperketat peraturan seputar agensi bakat dan akun klub penggemar.

Sehari sebelumnya, platform video populer iQiyi membatalkan semua acara pencarian bakat idola, menyebutnya "tidak sehat."

Sebenarnya selebritas China lainnya telah menjadi sasaran pemerintah sebelumnya. Hanya saja saat ini jauh lebih ketat ketimbang era sebelumnya.

Beberapa komentar di media sosial China, mengatakan tindakan keras itu mengingatkan pada Revolusi Kebudayaan, satu dekade kekacauan politik dan sosial antara 1966 dan 1976. Dimana seni dan budaya dibatasi demi mempromosikan propaganda partai.

Partai Komunis yang memandang budaya populer sebagai medan pertempuran ideologis utama, telah lama menjaga ketat sektor hiburan dengan sensor ketat.

Padahal ini juga yang mendorong pertumbuhan negara, mendukung film dan pertunjukan domestik yang dimaksudkan untuk membantu memenangkan publik China dari Hollywood dan produksi asing lainnya.

Sayangnya di bawah Xi, partai semakin terobsesi dengan kontrol ideologis dan budaya. Pesona ketenaran dan hiruk-pikuk fandom semakin dipandang sebagai pengaruh yang berbahaya dan merusak. Apalagi pada kaum muda di negara yang dijuluki negeri tirai bambu itu.

 

Reporter: Bunga Ruth

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.