Sukses

Talking Film Club, Bioskop China untuk Penonton Tunanetra

Banyaknya penonton tunanetra membuat Wang Weili terinspirasi untuk membuat bioskop dengan audio narator, untuk menggambarkan adegan yang tidak dapat terdengar sehingga tidak terlewat bagi penonton tunanetra.

Liputan6.com, Beijing - Zhang Xinsheng adalah seorang warga tunanetra di China yang gemar menonton bersama teman-temannya. Ia kehilangan penglihatannya di awal usia dua puluhan karena kondisi degeneratif, namun sejak menjadi tunanetra Zhang sering menonton bioskop di "talking film" club atau klub "film yang berbicara".

Dilansir dari Today Online, Kamis (9/9/2021), bioskop ini dibuat oleh para sukarelawan yang memberikan narasi ke auditorium kepada penonton bioskop tunanetra. Mereka menyampaikan petunjuk visual yang seharusnya terlewatkan, seperti perubahan pemandangan yang tiba-tiba dari daun yang berjatuhan menjadi salju seolah menyampaikan perjalanan waktu.

Zhang mengatakan setelah ia mendengarkan film untuk pertama kalinya pada tahun 2014, rasanya seperti dunia baru terbuka untuknya.

"Saya merasa dapat memahami film ini meskipun saya tidak dapat melihat. Ada gambaran jelas yang terbentuk di mata dan pikiran saya... saat (narator) menggambarkan adegan tawa, tangisan." tambah Zhang.

Kini Zhang yang telah berusia 51 tahun, seringkali mengunjungi bioskop tersebut setiap minggunya. Puluhan penonton bioskop tunanetra datang ke pemutaran film pada hari Sabtu yang diselenggarakan oleh Teater Xin Mu, sekelompok kecil sukarelawan yang pertama kali memperkenalkan film kepada penonton tunanetra di Tiongkok.

Film yang pernah ditayangkan adalah "A Street Cat Named Bob", yakni sebuah kisah tentang kucing yang membantu seorang pria tunawisma di London yang telah berhenti dari narkoba dan menjadi penulis buku terlaris.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Narator Menggambarkan Apa yang Terjadi di Layar

Dalam film tersebut Wang Weili sang narator menggambarkan adegan seperti "Salju turun di atas langit London, sebuah kota di Inggris. Sedikit seperti Beijing, tetapi gedung-gedungnya tidak setinggi itu" katanya di sela-sela dialog dalam bahasa China. Pada saat narator berbicara hanya ada kesunyian dan para penonton yang mendengarkan dengan seksama.

Wang terinspirasi untuk memperkenalkan film kepada penonton tunanetra setelah menceritakan "The Terminator" kepada seorang teman.

"Saya melihat keringat mengucur dari dahinya ketika saya menggambarkan adegan aksi. Dia sangat bersemangat," katanya. "Dia terus berkata katakan padaku apa yang kamu lihat!"

Wang menyewa sebuah kamar kecil di halaman tua Beijing dengan tabungannya pada tahun 2005 dan memulai klub film berbicara dengan TV layar datar kecil, pemutar DVD bekas dan sekitar 20 kursi. Bioskop daruratnya yang berukuran 20 meter persegi selalu dipenuhi penonton.

Menjelaskan film kepada penonton tunanetra dapat menjadi tantangan, terutama jika plotnya memiliki elemen sejarah atau imajiner yang belum pernah ditemui oleh penonton. Seperti saat pemutaran film "Jurassic Park", Wang membuat penonton mengetahui bentuk-bentuk dinosaurus.

Teater Xin Mu kini bekerja sama dengan bioskop yang lebih besar untuk pemutaran film mereka.

3 dari 4 halaman

Peluang Terbatas

Menurut Asosiasi Tunanetra China, terdapat lebih dari 17 juta orang yang mengalami gangguan penglihatan. Delapan juta di antaranya sama sekali tidak bisa melihat.

Selama dekade terakhir, kota-kota di China telah membangun banyak jalan setapak khusus tunanetra, menambahkan tanda braille atau tulisan yang timbul pada panel lift dan memungkinkan seorang tunanetra menjadi kandidat untuk mengikuti ujian mendapatkan pekerjaan di pemerintah dan perguruan tinggi.

“Tetapi komunitas tunanetra memiliki kesempatan terbatas untuk berpartisipasi dalam kegiatan budaya,” kata Dr Dawning Leung, Pendiri Audio Description Association di Hong Kong.

Menurut Dr Dawning, seorang tunanetra dilarang menonton bioskop, teater, atau pameran seni karena tidak ada kesadaran tentang perlunya narasi audio. Aktivis telah bertahun-tahun mendorong undang-undang yang mengamanatkan deskripsi audio untuk film, program televisi atau karya seni di daratan China, seperti yang ada di Hong Kong.

Pemutaran film gratis oleh Xin Mu menawarkan kesempatan langka bagi penonton tunanetra untuk menjadi bagian dari box office terbesar di dunia.

 

 

Penulis : Vania Dinda Marella

4 dari 4 halaman

nfografis 9 Cara Aman Menonton di Bioskop Saat Pandemi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.