Sukses

Jakarta Peringkat 3 dari 36 Kota Dunia yang Bikin Stres Saat Berkendara

Survei tersebut mencantumkan empat kota Asia Tenggara dalam peringkat 20 besar, dengan ibu kota Malaysia Kuala Lumpur dan ibu kota Indonesia Jakarta berada di peringkat 10 besar.

Liputan6.com, Jakarta - Berkendara merupakan hal yang tak bisa dilepaskan dalam kehiduran sehari-hari, terutama bagi para pekerja di wilayah urban.

Namun sayangnya, selain mengalami tekanan pekerjaan di kantor, para pekerja bisa juga mengalami stres saat berkendara, baik ketika pergi maupun pulang. Terutama, ketika mereka menghadapi kemacetan pada jam-jam sibuk.

Bayangkan, hampir setiap hari dalam seminggu, mereka duduk di mobil atau di atas motor, dalam lalu lintas yang padat, melalui panas terik atau hujan.

Tentu saja, banyak orang cenderung stres saat berkendara. Tidak setiap kota di dunia memiliki kondisi mengemudi yang sama. Beberapa membuat perjalanan sehari-hari menjadi mudah, yang lain menjadikannya bak neraka di Bumi.

Sejumlah kendaraan roda empat terjebak macet di ruas Tol Dalam Kota, Jakarta, Senin (5/7/2021). Macet tersebut disebabkan karena adanya penutupan sejumlah pintu keluar tol dalam kota dalam masa PPKM Darurat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dan, menurut sebuah survei, Jakarta merupakan salah satu di antara neraka di Bumi tersebut.

Sebuah platform berbagi kendaraan online yang berbasis di Inggris, Hiyacar, telah merilis survei peringkat kota kota-kota yang paling membuat stress untuk dikendarai, demikian seperti dikutip dari Mashable SE Asia, Minggu (5/9/2021).

Hiyacar menempatkan 36 kota terpadat di dunia berdasarkan sejumlah pertimbangan, termasuk jumlah mobil per kapita, jumlah total kendaraan di kota, tingkat keparahan kemacetan lalu lintas, kualitas jalan, pilihan transportasi umum, jumlah kecelakaan lalu lintas per tahun, dan kepadatan kota.

Masing-masing faktor ini berkontribusi pada skor kota, mulai dari satu hingga 10 poin. Semakin tinggi jumlah poin menunjukkan semakin membuat stres keadaan kota yang disurvei.

Sejumlah kendaraan roda empat terjebak macet di ruas Tol Dalam Kota, Jakarta, Senin (5/7/2021). Macet tersebut disebabkan karena adanya penutupan sejumlah pintu keluar tol dalam kota dalam masa PPKM Darurat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dan tentu saja, sama sekali tidak ada yang mengejutkan, Mumbai, India berada di peringkat sebagai kota paling membuat stres di dunia untuk dikendarai, dengan 7,4 poin dari 10.

Menurut Hiyacar, Mumbai memiliki populasi 12.478.447 orang. Dan ketika Anda mengemas semua manusia itu ke area yang hanya mencakup 603 kilometer persegi, itu sama dengan rata-rata 20.694 orang per kilometer persegi.

Kepadatan penduduk, dikombinasikan dengan jumlah mobil di jalan, membuat satu dorongan yang sangat menegangkan, memperkuat posisi kota India di atas.

Namun, itu bukan satu-satunya kota di India dalam daftar. Delhi berada di nomor empat dengan 5,9 poin, sementara Bangalore berada di nomor 11 dengan 4,7 poin.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

4 Kota Asia Tenggara Termasuk di Dalamnya, Termasuk Jakarta di Peringkat 3

Survei tersebut mencantumkan empat kota Asia Tenggara dalam peringkat 20 besar, dengan ibu kota Malaysia Kuala Lumpur dan ibu kota Indonesia Jakarta berada di peringkat 10 besar.

Jakarta sendiri berada di peringkat 3 dengan 6 poin dari 10 poin (semakin tinggi poin, semakin buruk keadaannya).

Ini merupakan catatan buruk, namun tak begitu mengejutkan bagi hampir sebagian besar penduduk the Big Durian yang sehari-hari terbiasa mengaspal di jalan-jalan ibu kota.

Sementara itu, ibu kota Thailand Bangkok berada di peringkat 13 dengan 4,7 poin dan Manila Filipina di peringkat 17 dengan 4,4 poin.

Kemacetan kendaraan saat terjebak penyekatan mobilitas di Jalan Basuki Rahmat, Jakarta, Kamis (15/7/2021). Polda Metro Jaya memperluas area penyekatan selama PPKM Darurat menjadi 100 titik guna mengurangi mobilitas sekaligus menekan penyebaran Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Meskipun peringkat ini mungkin tampak seperti refleksi yang mengecewakan dari infrastruktur masing-masing kota, tidak mengherankan, melihat bahwa kepemilikan mobil di negara-negara ini agak tinggi – dengan banyak rumah tangga individu memiliki hingga empat mobil.

Selain itu, tingkat stres Jakarta dan Kuala Lumpur juga dapat disebabkan oleh kurangnya kesopanan umum di antara pengemudi, serta kejadian alami di luar kendali siapa pun.

Ini termasuk orang-orang yang memotong orang lain, tidak menggunakan indikator belokan mereka, tailgating, kecelakaan lalu lintas yang sering, serta kondisi cuaca yang tidak menentu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.