Sukses

Kisah Haru Ayah Tunggal Adopsi Anak Sakit Hingga Jadi Juara Olimpiade

Sering dipandang sebelah mata, pria gay ini membuktikan ketulusannya untuk menjadi seorang ayah.

Liputan6.com, Florida - Jerry Windle, seorang pria gay lajang terus mendapat cemooh dari orang-orang bahwa dirinya tidak akan pernah menjadi seorang ayah.

Stereotip yang mengarah kepadanya hampir membuat dia tidak percaya akan menjadi seorang ayah, dikutip dari Bright Side, Senin (30/08/2021).

Seperti sebuah keajaiban, dia membuktikan bahwa dirinya memang pantas menjadi seorang ayah, ketika dia memiliki hati yang besar untuk membesarkan anak yatim piatu terlantar hingga berhasil membawanya juara olimpiade.

Jerry yang sudah lama ingin menjadi seorang ayah terus berjuang untuk mengadopsi anak di AS. Namun, saat dia melihat sebuah cerita majalah kehidupan anak yatim di Kamboja, hatinya tergerak.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mimpi Menjadi Seorang Ayah Terwujud

Tanpa ragu, dia menghubungi pejabat Kamboja, dan bergegas ke Phnom Penh, Kamboja pada Juni 2000. Dia bertemu calon putranya, Jordan yang tinggal di panti asuhan sejak orangtua kandungnya meninggal.

Balita itu menderita gizi buruk, kudis dan infeksi berat. Kemudian, Jerry membawanya pulang ke Florida, merawat hingga sembuh, dan menjadi ayah sah Jordan.

Kembali ke AS bersama, ada banyak kendala yang dihadapi Jerry dan Jordan. Jordan memiliki banyak masalah kesehatan, dia kelelahan dan lemah, dan berkomunikasi dengan Jerry melalui bahasa isyarat sebelum belajar bahasa Inggris.

Saat Jordan berusia dua tahun, beratnya hanya 7,2 kg. Ayahnya tidak tahu apakah dia akan hidup atau mati. Namun, dia berjanji akan melakukan semua usaha agar putranya tidak menderita lagi.

3 dari 4 halaman

Bukti Cinta Seorang Ayah untuk Putranya

Mimpi Olimpiade Jordan dimulai pada usia tujuh tahun. Dia menarik perhatian Tim O’Brien, putra seorang pelatih selam terkenal, Ron O'Brien, di kamp selam. 

Kemudian, Jordan mengikuti program menyelam khusus dan mulai meraih kesuksesan pertamanya.

Dia juga bertemu dengan peraih medali emas Olimpiade dan aktivis LGBT Greg Louganis. Dia bahkan disebut Little Louganis”

Setelah tiga kali uji coba Olimpiade, yang pertama pada usia 13 tahun, kemudian pada usia 16 tahun, dan Jordan mencapai impiannya selama 15 tahun serta memenuhi syarat untuk platform putra.

Jordan akan besaing untuk Amerika Serikat di Olimpiade, dan dalam hatinya dia juga akan mewakili Kamboja, tempat kelahirannya.

Baru-baru ini, dia membuat tato bendera Kamboja di lengannya agar orang bisa melihatnya saat dia menyelam.

Ayah dan anak itu merayakan kisah mereka dalam sebuah buku anak-anak yang mereka tulis bersama pada tahun 2011. 

Buku itu berjudul An Orphan No More: The True Story of a Boy, yang bercerita tentang ayam jantan yang diberitahu oleh hewan lain bahwa ia tidak bisa menjadi ayah tanpa ayam. 

Suatu hari, dia menemukan telur yang tidak diinginkan siapa pun. Apa yang menetas adalah bebek, tetapi meskipun penampilan mereka berbeda, keduanya akan membuktikan bahwa di mana ada cinta, di situ ada keluarga.

 

Reporter: Cindy Damara

4 dari 4 halaman

Infografis Bonus Atlet Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.